[Perjanjian dan Siapa Cinta]
Sivia sedang menunggu gilirannya
take sambil merenung. Tawaran Cakka
sedang berkelebat asyik di otaknya. Entah kenapa penarawan Cakka terasa begitu menggiurkan.
Dan jika ia setuju, maka bisa dipastikan ia akan dekat dengan Alvin, laki-laki
yang sedang membuatnya tertarik setengah mati.
“Sivia,
sekarang giliran kamu take!” teriak
seorang sutradara. Sivia segera berjalan ke arah lawan mainnya yang sudah
menunggu, meninggalkan lamunannya sejenak dan kembali ke aktivitas rutinnya.
~Lollipop~
Waktu sudah menunjukkan pukul 2
pagi. Dan Sivia baru saja tiba di kamarnya setelah selesai syuting salah satu
drama serialnya. Kembali gadis itu melamun di atas tempat tidur. Memikirkan tawaran
Cakka yang benar-benar menggiurkan, tapi ia masih ragu untuk menyerahkan Ify
sebagai imbalan tawaran itu. Pikiran Sivia pun kembali ke kejadian sore tadi.
“Gue bakal
bantu lo supaya bisa deket sama Alvin, tapi ada satu syarat?” Sivia semakin
berkerut bingung mendengar penawaran Cakka. Belum selesai urusan surat
cintanya, sekarang Cakka malah berbicara kemana-mana.
“Aduhhh, mau
lo apa sih gue bingung tau? Satu-satu dong!” Sivia pun segera mengambil salah
satu lollipop coklat dari kantongnya. Lollipop rasa itu selalu bisa
menghilangkan stress dan menenangkan dirinya.
“Dasar
lollipop kecil lemot. Ini surat cinta lo, gue kembaliin!” Cakka menyodorkan
amplop yang berisi surat cinta Sivia. Dan dengan senang hati Sivia pun
mengambil surat cinta itu dari tangan Cakka.
“Terima kasih
Cakka.” kata Sivia sambil melangkah pergi meninggalkan Cakka.
“Belum selesai
lollipop kecil!” teriak Cakka dengan suara cukup keras, Sivia pun berhenti
berjalan dan memutar tubuhnya menghadap malas ke arah Cakka.
“Lollipop
kecil? Apa lagi sih Cakka?” tanya Sivia dengan gemas.
“Tawaran gue belum
kita bahas tau. Gue bakal ngedeketin lo sama Alvin asal lo mau bantu gue
balikan sama Ify.” ucap Cakka dengan santai. Sivia pun langsung melotot
mendengar tawaran Cakka. Tadi kalau tidak salah dia mendengar tentang balikan
sama Ify. Jadi maksudnya Cakka pernah jadian sama Ify? Cakka-Ify pacaran? Cakka-Ify
udah putus? Sivia pun langsung menggelengkan kepalanya bingung.
“Iya lollipop
kecil, gue pernah pacaran sama Ify.” kata Cakka dengan cepat saat melihat wajah
Sivia yang kebingungan.
“Tapi waktu
masuk SMA tiba-tiba dia mutusin gue dan entah kenapa sampai sekarang gue yakin dia
itu masih suka sama gue.” Cakka tersenyum ringan melihat Sivia mencibirnya.
“Gue gak
narsis lho. Lo tadi juga lihat kalau dia sampai bengong lihatin gue kan? Itu
salah satu tanda kalau dia masih suka sama gue.” Sivia mengangguk ragu.
Ingatannya kembali berputar ke saat pertemuan panitia festival tadi. Benar kata
Cakka, Ify tadi benar-benar bengong melihat Cakka yang duduk bersama Alvin.
“Gue pikirin
dulu yaa. Walau gue mau dekat sama Alvin tapi gue takut nyerahin sahabat gue ke
mulut buaya.” Cakka tersenyum geli mendengar ejekan Sivia.
Sivia menghela nafas panjang. Sudah
cukup ia melamun seharian ini. Mungkin ia harus mencoba tawaran Cakka. Bukankah
dengan begitu semuanya bisa bahagia? Ify kembali pada laki-laki yang ia sukai
dan ia ada kemungkinan dekat sama cowok yang ia sukai.
“Mungkin gue
harus coba.” Sivia tersenyum sekilas lalu merebahkan dirinya ke atas tempat
tidur.
~Lollipop~
“Halo
Siviaaa...” sapa Cakka yang entah sejak kapan sudah duduk di samping Sivia.
Sivia pun langsung mengerutkan keningnya melihat Cakka yang sudah duduk
disebelahnya.
“Perasaan, kita
gak seakrab ini deh?” Cakka hanya terkekeh geli mendengar ucapan Sivia.
“Dan kenapa lo
selalu ada di dekat gue sih? Atau jangan-jangan lo mata-matain gue? Lo fans
terselebung gue yaa? Mending lo daftar jadi anggota Siviaholic aja deh, itu
fans resmi gue lho.” tuduh Sivia dengan kejamnya.
“Mungkin takdir
kali. Lihat deh, kita cuma berdua disini. Kita berdua ngerjain kepangan pita
yang bakal nyatuin pasangan. Terus, dulu lo salah ngirim surat cinta ke loker
gue. Lalu kita jadi panitia festival. Dan kemarin gue nolongin lo dari anak SMA
lain. Udah lewat tiga kali kebetulan lho.”
“Jadi maksud
lo kita takdir gitu? Jodoh gitu? Ngarep!” cibir Sivia, Cakka terkekeh geli
melihat ekspresi wajah sebal Sivia yang benar-benar lucu.
“Terus mau
dikemanain rencana lo buat balikan sama Ify?” tanya Sivia.
“Padahal gue
udah setuju sama tawaran lo. Tapi kayaknya gak jadi deh, lo player sihh. Takut
gue nyerahin sahabat gue ke lo.” Cakka langsung berbinar ketika mendengar Sivia
setuju dengan tawarannya.
“Eiit, jangan
dong! Lo tenang aja deh, kalau sama Ify gue bakal serius.” tegas Cakka. Sivia pun
mengangguk percaya.
“Oke kalau
begitu kita deal!” kata Sivia sambil tersenyum senang.
“Deal..” ucap
Cakka. Sivia pun segera mengembalikan senyum tulusnya saat melihat Ify dan
seseorang masuk ke dalam ruangan. Dan Ify begitu gembira melihat Sivia yang
tersenyum dihadapan Cakka. Senyum manis Ify pun terkembang di bibirnya. Ify terus
memperhatikan Cakka yang begitu akrab dengan Sivia. Dan entah kenapa keinginan
untuk kembali pada Cakka mulai muncul lagi, dulu ia memilih putus dengan Cakka
karena ia merasa Cakka terlalu dingin, bahkan saat mereka pacaran. Tapi melihat
Cakka yang bisa membuat Sivia yang takut pada cowok tersenyum, benar-benar membuat
Ify ingin kembali padanya.
“Lo udah
berubah Kka. Dan ternyata gue masih suka sama lo.” batin Ify sambil terus
tersenyum.
“Alvin, lo
kesini bentar deh!” teriak Cakka pada Alvin yang masih berdiri di sebelah Ify.
“Bantu Sivia
buat kepang pita gih. Gue masih ada kerjaan lain nih.” Alvin pun mengangguk dan
duduk di depan Sivia. Sementara Cakka pergi meninggalkan mereka berdua. Rencana
pertama berhasil!
~Lollipop~
Sivia dan Alvin sedari tadi
hanya diam sambil terus mengepang pita. Keduanya sama-sama tidak punya topik
untuk dibicarakan. Sedangkan Cakka yang mengintip dari balik pintu pun menjadi
gemas melihat tingkah kedua orang itu.
Pekerjaan mengepang pita sudah
selesai. Sivia pun segera melihat jam tangannya. Dengan buru-buru Sivia berdiri
dari bangkunya. Baru beberapa detik berdiri Sivia kembali duduk di atas
bangkunya, sejenak tadi semuanya terasa berputar.
“Lo kenapa?”
tanya Alvin dengan nada cemas.
“Gak papa kok
cuma sedikit pusing aja.” balas Sivia sambil memegangi kepalanya yang berdenyut.
“Terus gimana
udah gak papa kan?” tanya Alvin sambil menyentuh lembut kepala Sivia. Sivia pun
menatap Alvin yang kini sudah berdiri didepannya. Laki-laki itu semakin memukau
jika dilihat dari dekat, beda sekali dengan Cakka yang semakin menyebalkan jika
dilihat dari dekat.
“Gue gak papa
kok. Mungkin cuma kurang tidur aja.” jawab Sivia pelan.
“Makanya kalau
selesai syuting langsung tidur aja biar gak kecapekan.” Sivia tersenyum ringan,
ternyata Alvin juga sedikit tau kesibukannya. Berarti selama ini tidak hanya
dia yang memperhatikan Alvin.
“Lo tau juga
kalau gue sibuk?” pertanyaan polos itu langsung meluncur begitu saja dari mulut
Sivia. Dan tanpa Sivia ketahui ada semburat merah yang muncul di pipi Alvin.
“Lo kan emang
lagi eksis banget di tv.” kata Alvin dengan nada sok cuek.
“Ya udah deh. Gue
pulang duluan ya. Lagian udah sore ada jadwal syuting.”
“Oke! Biar gue
yang beres-beres. Hati-hati yaa.” Sivia mengangguk dan melemparkan senyumnya
pada Alvin. Senyum yang tanpa Sivia tau dapat membuat hati Alvin bergetar.
~Lollipop~
“Cakka....”
teriak Sivia.
“Lo tega
banget sih sama gue.” protes Sivia saat Cakka sudah berdiri di depannya.
“Via, lo sama
Alvin gak keren amat sih. Udah dikasih waktu berduaan malah diam-diaman,
dimanfaatin dong!” kata Cakka sebelum Sivia sempat nyerocos lagi.
“Iyadeh..
mentang-mentang bisa berduaan sama Ify. Makasihnya sama gue mana? Kalau tadi
gue gak senyum waktu lihat Ify masuk lo pasti gak bisa deket sama Ify lagi. Ify
kan tau kalau gue takut sama cowok dan lo itu satu-satunya cowok yang bisa buat
gue senyum tanpa akting saat ngobrol berdua. Itu luar biasa tau. Pasti Ify
mikirnya lo itu cowok humoris, baik, dan perhatian.” cerocos Sivia tanpa henti.
“Lo itu
ternyata narsis banget dan cerewet yaa..” kata Cakka sambil mencubit gemas pipi
Sivia.
“Cakka sakit..”
rajuk Sivia sambil memukul tangan Cakka yang berada di pipinya.
“Dan baru aja
lo ngaku kalau lo itu takut sama cowok. Lo lucu deh, lo itu kan artis, biasa
main peran sama cowok, terus kenapa lo bisa takut sama cowok. Aneh deh Vi!”
mulut Sivia langsung menganga mendengar apa yang dikatakan Cakka. Tuhan, dia
keceplosan! Dia keceplosan mengatakan kelemahanya di depan cowok rese! Ya
ampun!
“Tenang aja
mulut gue aman kok. Gak usah pasang wajah kaya gitu dong. Jelek tau!” kata
Cakka sambil mengalungkan syal yang sebelumnya ia pakai ke leher Sivia. Sivia
sendiri hanya diam melihat perlakuan manis Cakka.
“Pipi lo
dingin banget tau.” kata Cakka sambil menepuk-nepuk pipi Sivia.
“Tapi lo juga
gak bilang terima kasih ke gue karena gue udah kasih lo berduaan sama Alvin.”
kata Cakka sambil menepuk kepala Sivia pelan.
“Habis lo tega
banget sama gue Kka. Tadi itu gue hampir mati gugup tau. Dia di depan gue, bisa
ngelihat semua gerakan gue, dan gue bingung mau bicara apa.” sembur Sivia
dengan cepat. Cakka tersenyum lagi, entah kenapa ia sangat suka melihat
ekspresi Sivia yang selalu berubah sesuai dengan suasana hatinya.
“Tapi ya udah
deh. Gue mau pergi dulu, ada jadwal syuting yang nunggu.” Cakka melihat Sivia
yang berjalan meninggalkannya.
“Sampai jumpa
besok Kka. Makasih syalnya yaa...” teriak Sivia sambil melambaikan tangannya ke
arah Cakka.
“Sampai jumpa
besok lollipop kecil.”
“Gue gak
kecil! Dasar Cakka rese!” Cakka langsung tersenyum geli mendengar teriakan
Sivia.
~Lollipop~
Waktu persiapan untuk festival sekolah
tinggal 5 hari lagi. Semua panitia bergerak dengan cepat. Alvin dan Sivia pun
sudah bisa dekat karena bantuan Cakka. Ify juga semakin berani menunjukkan
perasaannya pada Cakka.
Walau begitu Sivia juga masing
sering dibully secara tidak langsung
oleh panitia-panitia perempuan. Tetapi Sivia tetap semangat karena Cakka selalu
ada disampingnya. Dan selalu saja Cakka, bukan Alvin atau Ify.
“Harusnya lo
yang ngebully mereka. Dasar lollipop
kecil!” itulah protes yang selalu Cakka ucapkan saat melihat Sivia disindir.
Selain
apa yang terjadi, Cakka sendiri sudah punya aktivitas rutin setiap waktunya.
Melihat semua detail ekspresi Sivia. Bahkan ia sama sekali tidak pernah bosan
melihat wajah Sivia. Ia sendiri bingung kenapa objeknya Sivia, bukan Ify yang
notabene adalah calon pacarnya. Dan akhirnya Cakka sadar akan perasaannya
karena satu kejadian tak terduga.
“Anak-anak,
persiapan untuk festival sekolah sudah sekitar 3 minggu dan bagaimana
perkembangannya?” tanya Pak Dio pada semua panitia festival.
“Sudah beres
Pak. Semua kelas juga sudah mengirimkan konsep untuk stan mereka masing-masing.
Dan besok mereka siap untuk menata ruangannya.” jawab Alvin selaku ketua
panitia.
“Lalu
bagaimana dengan stan yang akan kalian buat?” tanya Pak Dio lagi.
“Kami
berencana membuat kafe. Daya tariknya adalah penjual yang cantik dan tampan.
Dan karena mulai besok pelajaran dikosongkan sampai hari H festival maka hari
ini kami akan mulai menata ruangan yang sudah dipilihkan untuk tempat stan
kami.” jelas Alvin sekali lagi.
“Bagus! Ternyata
tidak salah para wali kelas memilih kalian menjadi panitia festival ini. Kalau
begitu bapak pergi dulu. Tetap dijaga semangatnya yaa.”
Sekarang semua panitia festival
sedang menata ruangan tempat stan mereka. Disana terlihat Sivia yang tengah duduk
untuk istirahat. Badannya benar-benar capek dan tidak enak. Sudah tiga minggu
dia sibuk syuting dan mengurus festival, waktu istirahatnya benar-benar
berkurang.
“Dihh,
mentang-mentang artis bisa duduk gitu.”
“Enak yaa jadi
artis, gak usah bantu tinggal duduk aja.”
“Mentang-mentang
cantik jadi manfaatin cowok-cowok buat gantiin pekerjaannya.”
Sivia menghela nafas panjang.
Baru duduk sebentar saja sudah langsung disindir, benar-benar gadis-gadis yang
menyebalkan. Padahal Sivia jelas tau kalau para gadis itu dari tadi hanya
berdandan, mempertebal bedak di wajah mereka. Bahkan kerja mereka selama ini
hanya memandang Cakka dan Alvin saat rapat berlangsung. Dasar gadis-gadis
centil!
“Kalian
benar-benar menyebalkan.” ucap Sivia dengan nada tajam, gadis-gadis itu
tertegun sejenak mendengar kata-kata Sivia.
“Waahh..
sekarang artisnya udah berani ngebully
nih.” ejek salah satu dari mereka dengan suara yang pelan. Sivia menarik nafas
panjang.
“Mentang-mentang
artis mau ngebully yaa.”
“Dasar artis
gak tau diri.”
“Dasar gadis
gila, bukankah selama ini mereka yang selalu membullynya.” batin Sivia sebal.
“Ternyata
berbicara dengan tong kosong susah juga.” Gadis-gadis itu menggeram sebal
melihat Sivia yang berlalu meningalkan mereka.
Sekarang di depan Sivia ada
beberapa tumpukan kardus kopi yang cukup berat. Sivia menghela nafas sebentar
sambil memandang panitia-panitia yang lain. Semua terlihat sibuk sementara
kardus-kardus ini harus segera dipindahkan sebelum menghalangi jalan atau
melukai orang.
Dengan seluruh tenaganya Sivia
pun mengangkat salah satu kardus kopi itu. Dan saat itu juga pandangannya
mengabur perlahan, kepalanya terasa berputar-putar, tubuhnya terasa melayang,
dan tiba-tiba semuanya gelap.
“BRUKKKK...”
terdengar suara dentuman yang cukup keras.
~Lollipop~
“Siviaaaa...”
Cakka berteriak melihat tubuh Sivia yang jatuh ke lantai. Panitia-panitia lain
pun segera melihat ke arah Sivia yang kini tergeletak lemas di lantai.
Dengan cepat Cakka berlari ke
arah Sivia. Dan dengan cekatan pula Cakka menggendong Sivia dan membawanya ke
UKS, mendahului Alvin yang sudah siap untuk bergerak.
Sudah sekitar 3 menit Sivia
pingsn. Perlahan Sivia mengerjapkan matanya. Kepalanya terasa pusing dan sakit,
pandangan matanya pun masih berputar-putar.
“Sivia lo udah
sadar? Lo baik-baik aja kan?” suara Ify terdengar jelas di telinga Sivia tapi
Sivia masih belum bisa menfokuskan matanya untuk memandang Ify.
“Ify? Gue
dimana?” tanya Sivia dengan suara yang lirih.
“Lo di UKS,
kata dokter lo kecapean dan demam.”
“Ohh iya, nanti
lo pulang naik mobil Alvin aja. Kebetulan dia bawa mobil. Dan gue pamit keluar
dulu, ada tugas yang harus gue selesaiin. Tenang deh, Alvin ada disini kok. Dia
cemas banget tau.” Sivia mengangguk lemah sambil tersenyum ringan. Ia melihat
Alvin yang kini duduk di posisi Ify tadi.
“Maaf
ngerepotin..” Alvin hanya menggeleng.
“Gak kok. Gue
seneng bisa nolong lo.” ucap Alvin sambil memegang lembut tangan Sivia. Sivia
tertegun, bukan karena ia terlalu berdebar tapi bahkan ia tidak berdebar sama
sekali.
“Emm, lo tadi yang bawa gue kesini?” tanya
Sivia pelan.
“Bukan, tadi
Cakka yang bawa lo kesini kok. Dia emang sigap banget orangnya.” kata Alvin.
Sivia hanya mengangguk. Cakka? Kenapa ia jadi berdebar?
~Lollipop~
Cakka sedang termenung sambil
duduk di lantai teratas gedung sekolahnya. Ada yang aneh dengan perasaannya.
Kenapa ia begitu cemas melihat Sivia yang tergeletak lemas seperti tadi? Kenapa
dia begitu peduli pada gadis itu? Bukankah ia menganggap Sivia sebagai lollipop
kecil? Sivia sebagai calon pacar sahabatnya? Sivia teman dari calon pacarnya?
“Hanya itu
Cakka! Status Sivia hanya itu! Dia adik kecil bukan gadis yang kamu sukai.
Gadis yang kamu sukai itu Ifykaila Umari bukan Aisivia Putri.”
“Benarkah?”
lirih Cakka.
“Sivia milik
Alvin, Cakka milik Ify. Itulah masa depan.”
“Kenapa terasa
sakit...” Cakka merebahkan dirinya, melihat kembali ke hari-hari sebelum ini.
Bukan Ify yang ada dalam fokusnya sekarang tapi Sivia.
“Gue bahkan
gak tau sejak kapan lo goyahin perasaan gue.”
“Kka...” Cakka
membuka tangannya dan melihat Ify ada dalam pandangannya. Tanpa sadar Cakka
bangun dan memeluk Ify. Ify pun hanya diam sambil tersipu malu.
“Cakka juga
masih suka sama gue..” ucap Ify dalam hati.
“Ternyata
rasanya udah beda...” batin Cakka.
“Maaf....”
****
***Selamat dan
terima kasih udah mau baca***
***Tolong
tinggalkan jejak buat penulis***
_mei_