Minggu, 16 Oktober 2011

Love Is You Bag 1


Love Is You Bag 1

                Laki-laki itu melangkah tenang. Terkadang ia memberikan senyum manisnya pada beberapa murid yang menyapanya. Langkahnya terhenti saat ia mendengar denting piano dari Ruang Musik. Senyumnya terkembang lagi. Ia benar-benar tau dan yakin dengan siapa yang sedang memainkan piano.

“ Siviaaa…” teriakan laki-laki tadi menghentikan permainan piano gadis itu. Gadis itu pun menoleh ke arah suara dan menatap laki-laki yang memanggilnya.

“ Kesini kak Gab..” Gadis yang bernama Sivia tadi melambaikan tangannya dan menyuruh laki-laki itu mendekat ke arahnya.

“ Semakin hari permainan pianomu semakin bagus.” Sivia hanya tersenyum mendengar pujian tulus yang mengalir dari mulut sahabat sekaligus kakak kelasnya itu.

“ Kak Gabriel dari dulu sampai sekarang masih pintar ngengombal ya.” Sivia tersenyum pelan, Gabriel hanya menepuk puncak kepala Sivia.

“ Bukan gombal tapi kenyataan.” tuturnya lembut.

“ Iyaa deh, ayo ke kelas kak.” Sivia sudah berdiri tidak berapa lama Gabriel mengikutinya.

                Gabriel hanya tersenyum. Mereka berdua berjalan beriringan ke kelas mereka yang kebetulan bersebelahan. Di koridor sekolah, mereka mulai mendengar bisik-bisik dari siswa lain. Selalu saja begitu, semua siswa sama saja, selalu mengambil kesimpulan sama dan memandang semuanya remeh.

“ Kalian bisa gak sih gak bicarain aku sama kak Gabriel, kita itu cuma temen.” Nada kesal jelas tergambar dari perkataan Sivia, siswa-siswa yang tadi bisik-bisik pun langsung berhamburan pergi. Sementara Gabriel hanya tersenyum sambil memandang Sivia.

“ Kamu jangan marah-marah dong. Lagian segitunya kamu gak suka digosipin sama aku.” Gabriel tersenyum lirih, rasanya begitu berat mengatakan hal itu.

“ Bukannya gak suka kak, tapi Sivia takut kejadian sama menimpa Sivia lagi.” Sivia menerawang jauh ke masa lalu. Gabriel tersenyum miris, ia masih jelas mengingat betul kejadian yang membuat Sivia trauma itu.

“ Maaf, itu semua salah kakak. Kakak gak bisa jaga kamu.” Tangan Gabriel menuntun Sivia untuk menatap wajahnya. Sivia hanya menunduk, ia tidak sanggup menatap tatapan mata bersalah milik Gabriel.

“ Huhhh..” Sivia menghela nafasnya panjang.

“ Udah kak, ayo ke kelas.”

><><><><><><><>< 

“ Sivia pulang sama abang yuk..” Sivia hanya bergidik ngeri mendengar perkataan barusan. Ia terus berjalan tanpa menatap ke kanan dan ke kiri.

“ Sama aku aja, cantik..”

“ Ihh, jangan mau. Sama aku aja pake mobil keluaran terbaru.”

“ Iyaa, daripada naik vespa butut…”

“ Ayolah cantik jangan sombong gitu lho..”

“ Iya masa cantik-cantik sombong..”

                Sivia semakin bergidik ngeri. Segera ia percepat langkahnya menuju ke parkiran. Sivia memang termasuk gadis yang popular karena kecantikkannya tapi yang anehnya Sivia sendiri jarang berinteraksi dengan murid lain, entah kenapa.

“ Kakk…” panggil Sivia ketika melihat seseorang yang sedang menunggunya.

“ Maaf lama, laki-laki disini makin lama makin gila aja ya kak.” Gabriel hanya tersenyum mendengar penuturan Sivia.

“ Bukan mereka yang makin gila tapi kamu yang makin cantik.”

“ Apasih kakk..” Sivia memukul pelan bahu Gabriel, Gabriel hanya tertawa pelan sambil menyodorkan helm untuk Sivia. Dengan segera Sivia memakai helm itu dan segera menurunkan kacanya. Ia tak ingin semburat merah di pipinya terlihat oleh Gabriel.

“ Naik..” Pelan Sivia naik ke vespa Gabriel. Disini Gabriel bukan tipe cowok yang suka dengan motor gede atau pakai mobil ke sekolah. Bukan karena ia tak mampu beli. Bahkan kalau mau, gonta-ganti mobil 1 minggu sekali bukan masalah baginya.

                Gabriel selalu setia dengan vespa bututnya karena seorang gadis manis, Sivia. Karena Sivia tidak pernah mau naik motor lain selain vespanya. Kalau kata Sivia sih, ia sudah jatuh cinta pada vespa Gabriel. Aneh memang lelaki seperti Gabriel mau mempermalukan dirinya dengan vespa, dan itu hanya karena permintaan seorang gadis yang berstatus sahabatnya.

“ Pegangan !! Aku mau ngebut !!”

“ Mana mungkin si Gavi bisa ngebut. Hahaha..” Sivia hanya tertawa, ia tidak bisa membayangkan Si Gavi vespa milik Gabriel ini ngebut. Orang diajak jalan-jalan naik ke gunung aja ngadat padahal kelajuannya cuma 40 km/jam, malu-maluin banget bukan.

“ Ngejek banget sih lo.”

“ Biarin..”

“ Kapan-kapan aku ganti mo…” Ucapan Gabriel terhenti saat ia merasakan tangan lembut Sivia melingkar di pinggangnya.

“ Buat aman kak. Aku kan gak mau jatuh kaya tempo hari.” Tutur Sivia, Gabriel hanya tersenyum manis. Ia pun bisa melihat semburat merah di pipi Sivia melalu spion Gavi.

><><><><><><><>< 

                Entah kenapa pagi ini Sivia enggan berangkat ke sekolah. Rasanya akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Mana Gabriel hari ini tidak masuk ke sekolah karena ada pertandingan futsal antar sekolah. Sivia sedari tadi pun tak berhenti menatap sekelilingnya. Ia gelisah, keringat dingin terus meluncur bebas dari pelipisnya, firasatnya benar-benar buruk.

                Saat jam pelajaran pun Sivia hanya tertunduk. Dan kira-kira saat setengah pelajaran jam pertama, seorang ibu cantik masuk ke kelasnya dan berbincang sebentar dengan sang guru yang sedang mengajar. Hati Sivia semakin gelisah, ia benar-benar takut.

                Dunianya kini serasa runtuh ketika melihat gadis itu memasuki kelasnya. Kepalanya terasa berputar, semua memori masa lalunya seperti terulang kembali, semuanya terasa nyata. Perutnya menjadi mual, rasa takut mulai menguasainya, dan kini pandangannya kabur, tak lama ia tergelatak pingsan di bangkunya.

                Teman sebangkunya Oik pun dengan sigap meminta bantuan siswa laki-laki untuk membawa Sivia ke UKS. Sementara disana gadis yang baru saja masuk ke kelas itu hanya tersenyum tipis.

“ Aku kembali Sivia…” lirihnya sinis.

><><><><><><><><>< 

                Aroma minyak kayu putih tercium jelas di hidung gadis itu. Semua yang awalnya gelap mulai menjadi terang. Pandangannya yang mengabur pun mulai jelas. Diingatnya kembali apa yang membuat ia berada disini, UKS, tempat yang begitu ia kenal. Pelan keringat dingin mulai mengucur dari dahi Sivia, perutnya kembali mual mengingat wajah gadis itu.

                Secepat kilat gadis itu berlari dari UKS. Tapi mungkin kali ini bukan hari baiknya. Tanpa sengaja saat ia berlari ia menabrak gadis itu.

“ Ify…” lirih Sivia, matanya benar-benar menunjukkan pancaran ketakutan. Sedangkang gadis yang bernama Ify tadi hanya menatapnya tajam.

“ Haii.. Sivia !! Lama tidak jumpa kawan.” Sinis Ify. Tubuh Sivia rasanya terpaku, ia tak bisa beranjak 1 centi pun dari sana. Sementara Ify mulai berjalan mendekati Sivia.

“ Kenapa kamu tidak mau menyapa sahabat lamamu ?” Sivia benar-benar mual mendengar ucapan Ify barusan. Ify semakin mendekat ke Sivia yang tidak juga beranjak dari tempatnya.

“ Siviaaaa…” panggilan itu menghentikan aktivitas Ify mendekati Sivia. Sementara Sivia benar-benar bernafas lega, ia sangat hapal pemilik suara itu.

“ Heii, katanya tadi kamu pingsan.”  Laki-laki yang baru saja menyapa Sivia itu mulai menanyai Sivia. Sebelah tangannya pun bergerak kea rah dai Sivia.

“ Tidak panas tapi begitu dingin..” ucapnya pelan.

“ Halo Kak Gabriel !!” sapa Ify dengan nada yang manja.

“ Haa…” Belum sempat Gabriel membalas sapaan orang itu, matanya terbelalak saat membalik dan melihat siapa yang menyapanya.

“ Kenapa kamu ada disini ?? Cepat pergi !! Apa kamu mau aku keluarkan lagi !!” bentak Gabriel, emosinya benar-benar naik melihat gadis dihadapannya itu.

“ Tenanglah !! Aku cuma ingin bertemu sahabat lama dan cinta lamaku.” Gabriel menepis kasar tangan Ify yang akan memegang wajah Sivia.

“ Jangan sentuh Sivia.” Gabriel kini merangkul Sivia dari samping, ia ingin melindungi gadis itu.

“ Hahahahaha…..”

“ Sampai jumpa Sivia..” Ify pun pergi meninggalkan Gabriel dan Sivia.

                Lutut Sivia melemas seketika, matanya tak lepas menatap Ify yang pergi meninggalkan dirinya dan Gabriel. Hampir saja ia jatuh kalau Gabriel tak menahan tubuhnya.

“ Kalian semua pergi dari sini..” beberapa murid yang tadi menonton drama Gab-Via-Ify pun langsung ngacir karena takut.

                Sementara disana dapat dilihat Sivia yang sedang menangis tersedu-sedu. Tubuh lemasnya kini terduduk di lantai. Dengan cepat Gabriel memeluk tubuh Sivia.

“ Aku akan melindungimu, Selalu !! Dan yakin kejadian dulu tidak akan terulang lagi.” kata Gabriel tegas tepat di telinga Sivia.

“ Janji ya kak..” isak Sivia, jemari lembutnya mencengkram erat kaos futsal yang dipakai Gabriel.

“ Kakak harus selalu buat Sivia, Sivia takut banget kak..”

“ Pasti !!” ucap Gabriel mantap.

“ Because my Love Is You..” batin Gabriel.

><><><><><><><><><>< 

                Gabriel sekarang sedang berada di kamar Sivia. Sedari tadi ia terus menggenggam tangan Sivia yang kini sedang tertidur pulas. Terlihat jelas raut lelah dari wajah Sivia. Pelan Gabriel mengusap kepala Sivia dengan lembut.

“ Aku akan selalu melindungimu..”

                Mata Gabriel menatap jauh ke kejadian 3 tahun yang lalu saat dirinya kelas 3 SMP dan Sivia kelas 2 SMP. Disana terjadi sesuatu yang menakutkan bagi Sivia. Dan itu semua karena Ify yang mencintai dirinya. Gabriel sendiri juga bingung, darimana Ify bisa mendapat ide sejahat itu padahal sebelumnya Ify adalah seorang gadis manis yang baik.

                Kenapa Ify tega melakukan itu pada Sivia yang notabenya adalah sahabatnya sendiri. Apakah menurutnya sahabat itu tidak lebih berarti dari cinta. Dulu Ify benar-benar gelap mata, itu pun sebab faktor usia, ia masih terlalu kecil untuk mengenal cinta.

                Ify benar-benar tega menggencet Sivia seharian itu. Hari dimana Gabriel tidak dapat menemani Sivia. Selain menggencet ia juga mengurung Sivia di gudang sekolah yang sangat gelap dan kotor padahal jelas-jelas ia tau kalau Sivia itu phobia terhadap gelap.

                Dan itu semua terjadi hanya karena Gabriel menolaknya karena Gabriel mencintai Sivia yang notabenya sahabatnya dari kecil. Setiap kali mengingat itu Gabriel menjadi geram. Untung saja hari itu Gabriel bisa menemukan Sivia, kalau tidak !! Ia tak sanggup membayangkannya.

                Gabriel kembali menatap wajah Sivia. Pelan ia dekatkan bibirnya ke dahi Sivia dan menciumnya lama sekali.

“ Aku akan melindungimu, Because my Love Is You.” Gabriel meninggalkan Sivia sendirian di kamar.Tanpa Gabriel sadari setetes air mata keluar dari mata Sivia.

“ Sivia juga sayang sama kak Gabriel.” Lirih Sivia.

************


_mei_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar