Sabtu, 08 Desember 2012

Lollipop [3]


[Perjanjian dan Siapa Cinta]

                Sivia sedang menunggu gilirannya take sambil merenung. Tawaran Cakka sedang berkelebat asyik di otaknya. Entah kenapa penarawan Cakka terasa begitu menggiurkan. Dan jika ia setuju, maka bisa dipastikan ia akan dekat dengan Alvin, laki-laki yang sedang membuatnya tertarik setengah mati.

“Sivia, sekarang giliran kamu take!” teriak seorang sutradara. Sivia segera berjalan ke arah lawan mainnya yang sudah menunggu, meninggalkan lamunannya sejenak dan kembali ke aktivitas rutinnya.

~Lollipop~

                Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Dan Sivia baru saja tiba di kamarnya setelah selesai syuting salah satu drama serialnya. Kembali gadis itu melamun di atas tempat tidur. Memikirkan tawaran Cakka yang benar-benar menggiurkan, tapi ia masih ragu untuk menyerahkan Ify sebagai imbalan tawaran itu. Pikiran Sivia pun kembali ke kejadian sore tadi.

“Gue bakal bantu lo supaya bisa deket sama Alvin, tapi ada satu syarat?” Sivia semakin berkerut bingung mendengar penawaran Cakka. Belum selesai urusan surat cintanya, sekarang Cakka malah berbicara kemana-mana.

“Aduhhh, mau lo apa sih gue bingung tau? Satu-satu dong!” Sivia pun segera mengambil salah satu lollipop coklat dari kantongnya. Lollipop rasa itu selalu bisa menghilangkan stress dan menenangkan dirinya.

“Dasar lollipop kecil lemot. Ini surat cinta lo, gue kembaliin!” Cakka menyodorkan amplop yang berisi surat cinta Sivia. Dan dengan senang hati Sivia pun mengambil surat cinta itu dari tangan Cakka.

“Terima kasih Cakka.” kata Sivia sambil melangkah pergi meninggalkan Cakka.

“Belum selesai lollipop kecil!” teriak Cakka dengan suara cukup keras, Sivia pun berhenti berjalan dan memutar tubuhnya menghadap malas ke arah Cakka.

“Lollipop kecil? Apa lagi sih Cakka?” tanya Sivia dengan gemas.

“Tawaran gue belum kita bahas tau. Gue bakal ngedeketin lo sama Alvin asal lo mau bantu gue balikan sama Ify.” ucap Cakka dengan santai. Sivia pun langsung melotot mendengar tawaran Cakka. Tadi kalau tidak salah dia mendengar tentang balikan sama Ify. Jadi maksudnya Cakka pernah jadian sama Ify? Cakka-Ify pacaran? Cakka-Ify udah putus? Sivia pun langsung menggelengkan kepalanya bingung.

“Iya lollipop kecil, gue pernah pacaran sama Ify.” kata Cakka dengan cepat saat melihat wajah Sivia yang kebingungan.

“Tapi waktu masuk SMA tiba-tiba dia mutusin gue dan entah kenapa sampai sekarang gue yakin dia itu masih suka sama gue.” Cakka tersenyum ringan melihat Sivia mencibirnya.

“Gue gak narsis lho. Lo tadi juga lihat kalau dia sampai bengong lihatin gue kan? Itu salah satu tanda kalau dia masih suka sama gue.” Sivia mengangguk ragu. Ingatannya kembali berputar ke saat pertemuan panitia festival tadi. Benar kata Cakka, Ify tadi benar-benar bengong melihat Cakka yang duduk bersama Alvin.

“Gue pikirin dulu yaa. Walau gue mau dekat sama Alvin tapi gue takut nyerahin sahabat gue ke mulut buaya.” Cakka tersenyum geli mendengar ejekan Sivia.

                Sivia menghela nafas panjang. Sudah cukup ia melamun seharian ini. Mungkin ia harus mencoba tawaran Cakka. Bukankah dengan begitu semuanya bisa bahagia? Ify kembali pada laki-laki yang ia sukai dan ia ada kemungkinan dekat sama cowok yang ia sukai.

“Mungkin gue harus coba.” Sivia tersenyum sekilas lalu merebahkan dirinya ke atas tempat tidur.

~Lollipop~

“Halo Siviaaa...” sapa Cakka yang entah sejak kapan sudah duduk di samping Sivia. Sivia pun langsung mengerutkan keningnya melihat Cakka yang sudah duduk disebelahnya.

“Perasaan, kita gak seakrab ini deh?” Cakka hanya terkekeh geli mendengar ucapan Sivia.

“Dan kenapa lo selalu ada di dekat gue sih? Atau jangan-jangan lo mata-matain gue? Lo fans terselebung gue yaa? Mending lo daftar jadi anggota Siviaholic aja deh, itu fans resmi gue lho.” tuduh Sivia dengan kejamnya.

“Mungkin takdir kali. Lihat deh, kita cuma berdua disini. Kita berdua ngerjain kepangan pita yang bakal nyatuin pasangan. Terus, dulu lo salah ngirim surat cinta ke loker gue. Lalu kita jadi panitia festival. Dan kemarin gue nolongin lo dari anak SMA lain. Udah lewat tiga kali kebetulan lho.”

“Jadi maksud lo kita takdir gitu? Jodoh gitu? Ngarep!” cibir Sivia, Cakka terkekeh geli melihat ekspresi wajah sebal Sivia yang benar-benar lucu.

“Terus mau dikemanain rencana lo buat balikan sama Ify?” tanya Sivia.

“Padahal gue udah setuju sama tawaran lo. Tapi kayaknya gak jadi deh, lo player sihh. Takut gue nyerahin sahabat gue ke lo.” Cakka langsung berbinar ketika mendengar Sivia setuju dengan tawarannya.

“Eiit, jangan dong! Lo tenang aja deh, kalau sama Ify gue bakal serius.” tegas Cakka. Sivia pun mengangguk percaya.

“Oke kalau begitu kita deal!” kata Sivia sambil tersenyum senang.

“Deal..” ucap Cakka. Sivia pun segera mengembalikan senyum tulusnya saat melihat Ify dan seseorang masuk ke dalam ruangan. Dan Ify begitu gembira melihat Sivia yang tersenyum dihadapan Cakka. Senyum manis Ify pun terkembang di bibirnya. Ify terus memperhatikan Cakka yang begitu akrab dengan Sivia. Dan entah kenapa keinginan untuk kembali pada Cakka mulai muncul lagi, dulu ia memilih putus dengan Cakka karena ia merasa Cakka terlalu dingin, bahkan saat mereka pacaran. Tapi melihat Cakka yang bisa membuat Sivia yang takut pada cowok tersenyum, benar-benar membuat Ify ingin kembali padanya.

“Lo udah berubah Kka. Dan ternyata gue masih suka sama lo.” batin Ify sambil terus tersenyum.

“Alvin, lo kesini bentar deh!” teriak Cakka pada Alvin yang masih berdiri di sebelah Ify.

“Bantu Sivia buat kepang pita gih. Gue masih ada kerjaan lain nih.” Alvin pun mengangguk dan duduk di depan Sivia. Sementara Cakka pergi meninggalkan mereka berdua. Rencana pertama berhasil!

~Lollipop~

                Sivia dan Alvin sedari tadi hanya diam sambil terus mengepang pita. Keduanya sama-sama tidak punya topik untuk dibicarakan. Sedangkan Cakka yang mengintip dari balik pintu pun menjadi gemas melihat tingkah kedua orang itu.

                Pekerjaan mengepang pita sudah selesai. Sivia pun segera melihat jam tangannya. Dengan buru-buru Sivia berdiri dari bangkunya. Baru beberapa detik berdiri Sivia kembali duduk di atas bangkunya, sejenak tadi semuanya terasa berputar.

“Lo kenapa?” tanya Alvin dengan nada cemas.

“Gak papa kok cuma sedikit pusing aja.” balas Sivia sambil memegangi kepalanya yang berdenyut.

“Terus gimana udah gak papa kan?” tanya Alvin sambil menyentuh lembut kepala Sivia. Sivia pun menatap Alvin yang kini sudah berdiri didepannya. Laki-laki itu semakin memukau jika dilihat dari dekat, beda sekali dengan Cakka yang semakin menyebalkan jika dilihat dari dekat.

“Gue gak papa kok. Mungkin cuma kurang tidur aja.” jawab Sivia pelan.

“Makanya kalau selesai syuting langsung tidur aja biar gak kecapekan.” Sivia tersenyum ringan, ternyata Alvin juga sedikit tau kesibukannya. Berarti selama ini tidak hanya dia yang memperhatikan Alvin.

“Lo tau juga kalau gue sibuk?” pertanyaan polos itu langsung meluncur begitu saja dari mulut Sivia. Dan tanpa Sivia ketahui ada semburat merah yang muncul di pipi Alvin.

“Lo kan emang lagi eksis banget di tv.” kata Alvin dengan nada sok cuek.

“Ya udah deh. Gue pulang duluan ya. Lagian udah sore ada jadwal syuting.”

“Oke! Biar gue yang beres-beres. Hati-hati yaa.” Sivia mengangguk dan melemparkan senyumnya pada Alvin. Senyum yang tanpa Sivia tau dapat membuat hati Alvin bergetar.

~Lollipop~

“Cakka....” teriak Sivia.

“Lo tega banget sih sama gue.” protes Sivia saat Cakka sudah berdiri di depannya.

“Via, lo sama Alvin gak keren amat sih. Udah dikasih waktu berduaan malah diam-diaman, dimanfaatin dong!” kata Cakka sebelum Sivia sempat nyerocos lagi.

“Iyadeh.. mentang-mentang bisa berduaan sama Ify. Makasihnya sama gue mana? Kalau tadi gue gak senyum waktu lihat Ify masuk lo pasti gak bisa deket sama Ify lagi. Ify kan tau kalau gue takut sama cowok dan lo itu satu-satunya cowok yang bisa buat gue senyum tanpa akting saat ngobrol berdua. Itu luar biasa tau. Pasti Ify mikirnya lo itu cowok humoris, baik, dan perhatian.” cerocos Sivia tanpa henti.

“Lo itu ternyata narsis banget dan cerewet yaa..” kata Cakka sambil mencubit gemas pipi Sivia.

“Cakka sakit..” rajuk Sivia sambil memukul tangan Cakka yang berada di pipinya.

“Dan baru aja lo ngaku kalau lo itu takut sama cowok. Lo lucu deh, lo itu kan artis, biasa main peran sama cowok, terus kenapa lo bisa takut sama cowok. Aneh deh Vi!” mulut Sivia langsung menganga mendengar apa yang dikatakan Cakka. Tuhan, dia keceplosan! Dia keceplosan mengatakan kelemahanya di depan cowok rese! Ya ampun!

“Tenang aja mulut gue aman kok. Gak usah pasang wajah kaya gitu dong. Jelek tau!” kata Cakka sambil mengalungkan syal yang sebelumnya ia pakai ke leher Sivia. Sivia sendiri hanya diam melihat perlakuan manis Cakka.

“Pipi lo dingin banget tau.” kata Cakka sambil menepuk-nepuk pipi Sivia.

“Tapi lo juga gak bilang terima kasih ke gue karena gue udah kasih lo berduaan sama Alvin.” kata Cakka sambil menepuk kepala Sivia pelan.

“Habis lo tega banget sama gue Kka. Tadi itu gue hampir mati gugup tau. Dia di depan gue, bisa ngelihat semua gerakan gue, dan gue bingung mau bicara apa.” sembur Sivia dengan cepat. Cakka tersenyum lagi, entah kenapa ia sangat suka melihat ekspresi Sivia yang selalu berubah sesuai dengan suasana hatinya.

“Tapi ya udah deh. Gue mau pergi dulu, ada jadwal syuting yang nunggu.” Cakka melihat Sivia yang berjalan meninggalkannya.

“Sampai jumpa besok Kka. Makasih syalnya yaa...” teriak Sivia sambil melambaikan tangannya ke arah Cakka.

“Sampai jumpa besok lollipop kecil.”

“Gue gak kecil! Dasar Cakka rese!” Cakka langsung tersenyum geli mendengar teriakan Sivia.

~Lollipop~

                Waktu persiapan untuk festival sekolah tinggal 5 hari lagi. Semua panitia bergerak dengan cepat. Alvin dan Sivia pun sudah bisa dekat karena bantuan Cakka. Ify juga semakin berani menunjukkan perasaannya pada Cakka.

                Walau begitu Sivia juga masing sering dibully secara tidak langsung oleh panitia-panitia perempuan. Tetapi Sivia tetap semangat karena Cakka selalu ada disampingnya. Dan selalu saja Cakka, bukan Alvin atau Ify.

“Harusnya lo yang ngebully mereka. Dasar lollipop kecil!” itulah protes yang selalu Cakka ucapkan saat melihat Sivia disindir.

                Selain apa yang terjadi, Cakka sendiri sudah punya aktivitas rutin setiap waktunya. Melihat semua detail ekspresi Sivia. Bahkan ia sama sekali tidak pernah bosan melihat wajah Sivia. Ia sendiri bingung kenapa objeknya Sivia, bukan Ify yang notabene adalah calon pacarnya. Dan akhirnya Cakka sadar akan perasaannya karena satu kejadian tak terduga.  

“Anak-anak, persiapan untuk festival sekolah sudah sekitar 3 minggu dan bagaimana perkembangannya?” tanya Pak Dio pada semua panitia festival.

“Sudah beres Pak. Semua kelas juga sudah mengirimkan konsep untuk stan mereka masing-masing. Dan besok mereka siap untuk menata ruangannya.” jawab Alvin selaku ketua panitia.

“Lalu bagaimana dengan stan yang akan kalian buat?” tanya Pak Dio lagi.

“Kami berencana membuat kafe. Daya tariknya adalah penjual yang cantik dan tampan. Dan karena mulai besok pelajaran dikosongkan sampai hari H festival maka hari ini kami akan mulai menata ruangan yang sudah dipilihkan untuk tempat stan kami.” jelas Alvin sekali lagi.

“Bagus! Ternyata tidak salah para wali kelas memilih kalian menjadi panitia festival ini. Kalau begitu bapak pergi dulu. Tetap dijaga semangatnya yaa.”

                Sekarang semua panitia festival sedang menata ruangan tempat stan mereka. Disana terlihat Sivia yang tengah duduk untuk istirahat. Badannya benar-benar capek dan tidak enak. Sudah tiga minggu dia sibuk syuting dan mengurus festival, waktu istirahatnya benar-benar berkurang.

“Dihh, mentang-mentang artis bisa duduk gitu.”

“Enak yaa jadi artis, gak usah bantu tinggal duduk aja.”

“Mentang-mentang cantik jadi manfaatin cowok-cowok buat gantiin pekerjaannya.”

                Sivia menghela nafas panjang. Baru duduk sebentar saja sudah langsung disindir, benar-benar gadis-gadis yang menyebalkan. Padahal Sivia jelas tau kalau para gadis itu dari tadi hanya berdandan, mempertebal bedak di wajah mereka. Bahkan kerja mereka selama ini hanya memandang Cakka dan Alvin saat rapat berlangsung. Dasar gadis-gadis centil!

“Kalian benar-benar menyebalkan.” ucap Sivia dengan nada tajam, gadis-gadis itu tertegun sejenak mendengar kata-kata Sivia.

“Waahh.. sekarang artisnya udah berani ngebully nih.” ejek salah satu dari mereka dengan suara yang pelan. Sivia menarik nafas panjang.

“Mentang-mentang artis mau ngebully yaa.”

“Dasar artis gak tau diri.”

“Dasar gadis gila, bukankah selama ini mereka yang selalu membullynya.” batin Sivia sebal.

“Ternyata berbicara dengan tong kosong susah juga.” Gadis-gadis itu menggeram sebal melihat Sivia yang berlalu meningalkan mereka.   

                Sekarang di depan Sivia ada beberapa tumpukan kardus kopi yang cukup berat. Sivia menghela nafas sebentar sambil memandang panitia-panitia yang lain. Semua terlihat sibuk sementara kardus-kardus ini harus segera dipindahkan sebelum menghalangi jalan atau melukai orang.

                Dengan seluruh tenaganya Sivia pun mengangkat salah satu kardus kopi itu. Dan saat itu juga pandangannya mengabur perlahan, kepalanya terasa berputar-putar, tubuhnya terasa melayang, dan tiba-tiba semuanya gelap.

“BRUKKKK...” terdengar suara dentuman yang cukup keras.

~Lollipop~

“Siviaaaa...” Cakka berteriak melihat tubuh Sivia yang jatuh ke lantai. Panitia-panitia lain pun segera melihat ke arah Sivia yang kini tergeletak lemas di lantai.

                Dengan cepat Cakka berlari ke arah Sivia. Dan dengan cekatan pula Cakka menggendong Sivia dan membawanya ke UKS, mendahului Alvin yang sudah siap untuk bergerak.

                Sudah sekitar 3 menit Sivia pingsn. Perlahan Sivia mengerjapkan matanya. Kepalanya terasa pusing dan sakit, pandangan matanya pun masih berputar-putar.

“Sivia lo udah sadar? Lo baik-baik aja kan?” suara Ify terdengar jelas di telinga Sivia tapi Sivia masih belum bisa menfokuskan matanya untuk memandang Ify.

“Ify? Gue dimana?” tanya Sivia dengan suara yang lirih.

“Lo di UKS, kata dokter lo kecapean dan demam.”

“Ohh iya, nanti lo pulang naik mobil Alvin aja. Kebetulan dia bawa mobil. Dan gue pamit keluar dulu, ada tugas yang harus gue selesaiin. Tenang deh, Alvin ada disini kok. Dia cemas banget tau.” Sivia mengangguk lemah sambil tersenyum ringan. Ia melihat Alvin yang kini duduk di posisi Ify tadi.

“Maaf ngerepotin..” Alvin hanya menggeleng.

“Gak kok. Gue seneng bisa nolong lo.” ucap Alvin sambil memegang lembut tangan Sivia. Sivia tertegun, bukan karena ia terlalu berdebar tapi bahkan ia tidak berdebar sama sekali.

 “Emm, lo tadi yang bawa gue kesini?” tanya Sivia pelan.

“Bukan, tadi Cakka yang bawa lo kesini kok. Dia emang sigap banget orangnya.” kata Alvin. Sivia hanya mengangguk. Cakka? Kenapa ia jadi berdebar?

~Lollipop~

                Cakka sedang termenung sambil duduk di lantai teratas gedung sekolahnya. Ada yang aneh dengan perasaannya. Kenapa ia begitu cemas melihat Sivia yang tergeletak lemas seperti tadi? Kenapa dia begitu peduli pada gadis itu? Bukankah ia menganggap Sivia sebagai lollipop kecil? Sivia sebagai calon pacar sahabatnya? Sivia teman dari calon pacarnya?

“Hanya itu Cakka! Status Sivia hanya itu! Dia adik kecil bukan gadis yang kamu sukai. Gadis yang kamu sukai itu Ifykaila Umari bukan Aisivia Putri.”

“Benarkah?” lirih Cakka.

“Sivia milik Alvin, Cakka milik Ify. Itulah masa depan.”

“Kenapa terasa sakit...” Cakka merebahkan dirinya, melihat kembali ke hari-hari sebelum ini. Bukan Ify yang ada dalam fokusnya sekarang tapi Sivia.

“Gue bahkan gak tau sejak kapan lo goyahin perasaan gue.”

“Kka...” Cakka membuka tangannya dan melihat Ify ada dalam pandangannya. Tanpa sadar Cakka bangun dan memeluk Ify. Ify pun hanya diam sambil tersipu malu.

“Cakka juga masih suka sama gue..” ucap Ify dalam hati.

“Ternyata rasanya udah beda...” batin Cakka.

“Maaf....”

****

***Selamat dan terima kasih udah mau baca***
***Tolong tinggalkan jejak buat penulis***


_mei_



Lollipop [3]


[Perjanjian dan Siapa Cinta]

                Sivia sedang menunggu gilirannya take sambil merenung. Tawaran Cakka sedang berkelebat asyik di otaknya. Entah kenapa penarawan Cakka terasa begitu menggiurkan. Dan jika ia setuju, maka bisa dipastikan ia akan dekat dengan Alvin, laki-laki yang sedang membuatnya tertarik setengah mati.

“Sivia, sekarang giliran kamu take!” teriak seorang sutradara. Sivia segera berjalan ke arah lawan mainnya yang sudah menunggu, meninggalkan lamunannya sejenak dan kembali ke aktivitas rutinnya.

~Lollipop~

                Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Dan Sivia baru saja tiba di kamarnya setelah selesai syuting salah satu drama serialnya. Kembali gadis itu melamun di atas tempat tidur. Memikirkan tawaran Cakka yang benar-benar menggiurkan, tapi ia masih ragu untuk menyerahkan Ify sebagai imbalan tawaran itu. Pikiran Sivia pun kembali ke kejadian sore tadi.

“Gue bakal bantu lo supaya bisa deket sama Alvin, tapi ada satu syarat?” Sivia semakin berkerut bingung mendengar penawaran Cakka. Belum selesai urusan surat cintanya, sekarang Cakka malah berbicara kemana-mana.

“Aduhhh, mau lo apa sih gue bingung tau? Satu-satu dong!” Sivia pun segera mengambil salah satu lollipop coklat dari kantongnya. Lollipop rasa itu selalu bisa menghilangkan stress dan menenangkan dirinya.

“Dasar lollipop kecil lemot. Ini surat cinta lo, gue kembaliin!” Cakka menyodorkan amplop yang berisi surat cinta Sivia. Dan dengan senang hati Sivia pun mengambil surat cinta itu dari tangan Cakka.

“Terima kasih Cakka.” kata Sivia sambil melangkah pergi meninggalkan Cakka.

“Belum selesai lollipop kecil!” teriak Cakka dengan suara cukup keras, Sivia pun berhenti berjalan dan memutar tubuhnya menghadap malas ke arah Cakka.

“Lollipop kecil? Apa lagi sih Cakka?” tanya Sivia dengan gemas.

“Tawaran gue belum kita bahas tau. Gue bakal ngedeketin lo sama Alvin asal lo mau bantu gue balikan sama Ify.” ucap Cakka dengan santai. Sivia pun langsung melotot mendengar tawaran Cakka. Tadi kalau tidak salah dia mendengar tentang balikan sama Ify. Jadi maksudnya Cakka pernah jadian sama Ify? Cakka-Ify pacaran? Cakka-Ify udah putus? Sivia pun langsung menggelengkan kepalanya bingung.

“Iya lollipop kecil, gue pernah pacaran sama Ify.” kata Cakka dengan cepat saat melihat wajah Sivia yang kebingungan.

“Tapi waktu masuk SMA tiba-tiba dia mutusin gue dan entah kenapa sampai sekarang gue yakin dia itu masih suka sama gue.” Cakka tersenyum ringan melihat Sivia mencibirnya.

“Gue gak narsis lho. Lo tadi juga lihat kalau dia sampai bengong lihatin gue kan? Itu salah satu tanda kalau dia masih suka sama gue.” Sivia mengangguk ragu. Ingatannya kembali berputar ke saat pertemuan panitia festival tadi. Benar kata Cakka, Ify tadi benar-benar bengong melihat Cakka yang duduk bersama Alvin.

“Gue pikirin dulu yaa. Walau gue mau dekat sama Alvin tapi gue takut nyerahin sahabat gue ke mulut buaya.” Cakka tersenyum geli mendengar ejekan Sivia.

                Sivia menghela nafas panjang. Sudah cukup ia melamun seharian ini. Mungkin ia harus mencoba tawaran Cakka. Bukankah dengan begitu semuanya bisa bahagia? Ify kembali pada laki-laki yang ia sukai dan ia ada kemungkinan dekat sama cowok yang ia sukai.

“Mungkin gue harus coba.” Sivia tersenyum sekilas lalu merebahkan dirinya ke atas tempat tidur.

~Lollipop~

“Halo Siviaaa...” sapa Cakka yang entah sejak kapan sudah duduk di samping Sivia. Sivia pun langsung mengerutkan keningnya melihat Cakka yang sudah duduk disebelahnya.

“Perasaan, kita gak seakrab ini deh?” Cakka hanya terkekeh geli mendengar ucapan Sivia.

“Dan kenapa lo selalu ada di dekat gue sih? Atau jangan-jangan lo mata-matain gue? Lo fans terselebung gue yaa? Mending lo daftar jadi anggota Siviaholic aja deh, itu fans resmi gue lho.” tuduh Sivia dengan kejamnya.

“Mungkin takdir kali. Lihat deh, kita cuma berdua disini. Kita berdua ngerjain kepangan pita yang bakal nyatuin pasangan. Terus, dulu lo salah ngirim surat cinta ke loker gue. Lalu kita jadi panitia festival. Dan kemarin gue nolongin lo dari anak SMA lain. Udah lewat tiga kali kebetulan lho.”

“Jadi maksud lo kita takdir gitu? Jodoh gitu? Ngarep!” cibir Sivia, Cakka terkekeh geli melihat ekspresi wajah sebal Sivia yang benar-benar lucu.

“Terus mau dikemanain rencana lo buat balikan sama Ify?” tanya Sivia.

“Padahal gue udah setuju sama tawaran lo. Tapi kayaknya gak jadi deh, lo player sihh. Takut gue nyerahin sahabat gue ke lo.” Cakka langsung berbinar ketika mendengar Sivia setuju dengan tawarannya.

“Eiit, jangan dong! Lo tenang aja deh, kalau sama Ify gue bakal serius.” tegas Cakka. Sivia pun mengangguk percaya.

“Oke kalau begitu kita deal!” kata Sivia sambil tersenyum senang.

“Deal..” ucap Cakka. Sivia pun segera mengembalikan senyum tulusnya saat melihat Ify dan seseorang masuk ke dalam ruangan. Dan Ify begitu gembira melihat Sivia yang tersenyum dihadapan Cakka. Senyum manis Ify pun terkembang di bibirnya. Ify terus memperhatikan Cakka yang begitu akrab dengan Sivia. Dan entah kenapa keinginan untuk kembali pada Cakka mulai muncul lagi, dulu ia memilih putus dengan Cakka karena ia merasa Cakka terlalu dingin, bahkan saat mereka pacaran. Tapi melihat Cakka yang bisa membuat Sivia yang takut pada cowok tersenyum, benar-benar membuat Ify ingin kembali padanya.

“Lo udah berubah Kka. Dan ternyata gue masih suka sama lo.” batin Ify sambil terus tersenyum.

“Alvin, lo kesini bentar deh!” teriak Cakka pada Alvin yang masih berdiri di sebelah Ify.

“Bantu Sivia buat kepang pita gih. Gue masih ada kerjaan lain nih.” Alvin pun mengangguk dan duduk di depan Sivia. Sementara Cakka pergi meninggalkan mereka berdua. Rencana pertama berhasil!

~Lollipop~

                Sivia dan Alvin sedari tadi hanya diam sambil terus mengepang pita. Keduanya sama-sama tidak punya topik untuk dibicarakan. Sedangkan Cakka yang mengintip dari balik pintu pun menjadi gemas melihat tingkah kedua orang itu.

                Pekerjaan mengepang pita sudah selesai. Sivia pun segera melihat jam tangannya. Dengan buru-buru Sivia berdiri dari bangkunya. Baru beberapa detik berdiri Sivia kembali duduk di atas bangkunya, sejenak tadi semuanya terasa berputar.

“Lo kenapa?” tanya Alvin dengan nada cemas.

“Gak papa kok cuma sedikit pusing aja.” balas Sivia sambil memegangi kepalanya yang berdenyut.

“Terus gimana udah gak papa kan?” tanya Alvin sambil menyentuh lembut kepala Sivia. Sivia pun menatap Alvin yang kini sudah berdiri didepannya. Laki-laki itu semakin memukau jika dilihat dari dekat, beda sekali dengan Cakka yang semakin menyebalkan jika dilihat dari dekat.

“Gue gak papa kok. Mungkin cuma kurang tidur aja.” jawab Sivia pelan.

“Makanya kalau selesai syuting langsung tidur aja biar gak kecapekan.” Sivia tersenyum ringan, ternyata Alvin juga sedikit tau kesibukannya. Berarti selama ini tidak hanya dia yang memperhatikan Alvin.

“Lo tau juga kalau gue sibuk?” pertanyaan polos itu langsung meluncur begitu saja dari mulut Sivia. Dan tanpa Sivia ketahui ada semburat merah yang muncul di pipi Alvin.

“Lo kan emang lagi eksis banget di tv.” kata Alvin dengan nada sok cuek.

“Ya udah deh. Gue pulang duluan ya. Lagian udah sore ada jadwal syuting.”

“Oke! Biar gue yang beres-beres. Hati-hati yaa.” Sivia mengangguk dan melemparkan senyumnya pada Alvin. Senyum yang tanpa Sivia tau dapat membuat hati Alvin bergetar.

~Lollipop~

“Cakka....” teriak Sivia.

“Lo tega banget sih sama gue.” protes Sivia saat Cakka sudah berdiri di depannya.

“Via, lo sama Alvin gak keren amat sih. Udah dikasih waktu berduaan malah diam-diaman, dimanfaatin dong!” kata Cakka sebelum Sivia sempat nyerocos lagi.

“Iyadeh.. mentang-mentang bisa berduaan sama Ify. Makasihnya sama gue mana? Kalau tadi gue gak senyum waktu lihat Ify masuk lo pasti gak bisa deket sama Ify lagi. Ify kan tau kalau gue takut sama cowok dan lo itu satu-satunya cowok yang bisa buat gue senyum tanpa akting saat ngobrol berdua. Itu luar biasa tau. Pasti Ify mikirnya lo itu cowok humoris, baik, dan perhatian.” cerocos Sivia tanpa henti.

“Lo itu ternyata narsis banget dan cerewet yaa..” kata Cakka sambil mencubit gemas pipi Sivia.

“Cakka sakit..” rajuk Sivia sambil memukul tangan Cakka yang berada di pipinya.

“Dan baru aja lo ngaku kalau lo itu takut sama cowok. Lo lucu deh, lo itu kan artis, biasa main peran sama cowok, terus kenapa lo bisa takut sama cowok. Aneh deh Vi!” mulut Sivia langsung menganga mendengar apa yang dikatakan Cakka. Tuhan, dia keceplosan! Dia keceplosan mengatakan kelemahanya di depan cowok rese! Ya ampun!

“Tenang aja mulut gue aman kok. Gak usah pasang wajah kaya gitu dong. Jelek tau!” kata Cakka sambil mengalungkan syal yang sebelumnya ia pakai ke leher Sivia. Sivia sendiri hanya diam melihat perlakuan manis Cakka.

“Pipi lo dingin banget tau.” kata Cakka sambil menepuk-nepuk pipi Sivia.

“Tapi lo juga gak bilang terima kasih ke gue karena gue udah kasih lo berduaan sama Alvin.” kata Cakka sambil menepuk kepala Sivia pelan.

“Habis lo tega banget sama gue Kka. Tadi itu gue hampir mati gugup tau. Dia di depan gue, bisa ngelihat semua gerakan gue, dan gue bingung mau bicara apa.” sembur Sivia dengan cepat. Cakka tersenyum lagi, entah kenapa ia sangat suka melihat ekspresi Sivia yang selalu berubah sesuai dengan suasana hatinya.

“Tapi ya udah deh. Gue mau pergi dulu, ada jadwal syuting yang nunggu.” Cakka melihat Sivia yang berjalan meninggalkannya.

“Sampai jumpa besok Kka. Makasih syalnya yaa...” teriak Sivia sambil melambaikan tangannya ke arah Cakka.

“Sampai jumpa besok lollipop kecil.”

“Gue gak kecil! Dasar Cakka rese!” Cakka langsung tersenyum geli mendengar teriakan Sivia.

~Lollipop~

                Waktu persiapan untuk festival sekolah tinggal 5 hari lagi. Semua panitia bergerak dengan cepat. Alvin dan Sivia pun sudah bisa dekat karena bantuan Cakka. Ify juga semakin berani menunjukkan perasaannya pada Cakka.

                Walau begitu Sivia juga masing sering dibully secara tidak langsung oleh panitia-panitia perempuan. Tetapi Sivia tetap semangat karena Cakka selalu ada disampingnya. Dan selalu saja Cakka, bukan Alvin atau Ify.

“Harusnya lo yang ngebully mereka. Dasar lollipop kecil!” itulah protes yang selalu Cakka ucapkan saat melihat Sivia disindir.

                Selain apa yang terjadi, Cakka sendiri sudah punya aktivitas rutin setiap waktunya. Melihat semua detail ekspresi Sivia. Bahkan ia sama sekali tidak pernah bosan melihat wajah Sivia. Ia sendiri bingung kenapa objeknya Sivia, bukan Ify yang notabene adalah calon pacarnya. Dan akhirnya Cakka sadar akan perasaannya karena satu kejadian tak terduga.  

“Anak-anak, persiapan untuk festival sekolah sudah sekitar 3 minggu dan bagaimana perkembangannya?” tanya Pak Dio pada semua panitia festival.

“Sudah beres Pak. Semua kelas juga sudah mengirimkan konsep untuk stan mereka masing-masing. Dan besok mereka siap untuk menata ruangannya.” jawab Alvin selaku ketua panitia.

“Lalu bagaimana dengan stan yang akan kalian buat?” tanya Pak Dio lagi.

“Kami berencana membuat kafe. Daya tariknya adalah penjual yang cantik dan tampan. Dan karena mulai besok pelajaran dikosongkan sampai hari H festival maka hari ini kami akan mulai menata ruangan yang sudah dipilihkan untuk tempat stan kami.” jelas Alvin sekali lagi.

“Bagus! Ternyata tidak salah para wali kelas memilih kalian menjadi panitia festival ini. Kalau begitu bapak pergi dulu. Tetap dijaga semangatnya yaa.”

                Sekarang semua panitia festival sedang menata ruangan tempat stan mereka. Disana terlihat Sivia yang tengah duduk untuk istirahat. Badannya benar-benar capek dan tidak enak. Sudah tiga minggu dia sibuk syuting dan mengurus festival, waktu istirahatnya benar-benar berkurang.

“Dihh, mentang-mentang artis bisa duduk gitu.”

“Enak yaa jadi artis, gak usah bantu tinggal duduk aja.”

“Mentang-mentang cantik jadi manfaatin cowok-cowok buat gantiin pekerjaannya.”

                Sivia menghela nafas panjang. Baru duduk sebentar saja sudah langsung disindir, benar-benar gadis-gadis yang menyebalkan. Padahal Sivia jelas tau kalau para gadis itu dari tadi hanya berdandan, mempertebal bedak di wajah mereka. Bahkan kerja mereka selama ini hanya memandang Cakka dan Alvin saat rapat berlangsung. Dasar gadis-gadis centil!

“Kalian benar-benar menyebalkan.” ucap Sivia dengan nada tajam, gadis-gadis itu tertegun sejenak mendengar kata-kata Sivia.

“Waahh.. sekarang artisnya udah berani ngebully nih.” ejek salah satu dari mereka dengan suara yang pelan. Sivia menarik nafas panjang.

“Mentang-mentang artis mau ngebully yaa.”

“Dasar artis gak tau diri.”

“Dasar gadis gila, bukankah selama ini mereka yang selalu membullynya.” batin Sivia sebal.

“Ternyata berbicara dengan tong kosong susah juga.” Gadis-gadis itu menggeram sebal melihat Sivia yang berlalu meningalkan mereka.   

                Sekarang di depan Sivia ada beberapa tumpukan kardus kopi yang cukup berat. Sivia menghela nafas sebentar sambil memandang panitia-panitia yang lain. Semua terlihat sibuk sementara kardus-kardus ini harus segera dipindahkan sebelum menghalangi jalan atau melukai orang.

                Dengan seluruh tenaganya Sivia pun mengangkat salah satu kardus kopi itu. Dan saat itu juga pandangannya mengabur perlahan, kepalanya terasa berputar-putar, tubuhnya terasa melayang, dan tiba-tiba semuanya gelap.

“BRUKKKK...” terdengar suara dentuman yang cukup keras.

~Lollipop~

“Siviaaaa...” Cakka berteriak melihat tubuh Sivia yang jatuh ke lantai. Panitia-panitia lain pun segera melihat ke arah Sivia yang kini tergeletak lemas di lantai.

                Dengan cepat Cakka berlari ke arah Sivia. Dan dengan cekatan pula Cakka menggendong Sivia dan membawanya ke UKS, mendahului Alvin yang sudah siap untuk bergerak.

                Sudah sekitar 3 menit Sivia pingsn. Perlahan Sivia mengerjapkan matanya. Kepalanya terasa pusing dan sakit, pandangan matanya pun masih berputar-putar.

“Sivia lo udah sadar? Lo baik-baik aja kan?” suara Ify terdengar jelas di telinga Sivia tapi Sivia masih belum bisa menfokuskan matanya untuk memandang Ify.

“Ify? Gue dimana?” tanya Sivia dengan suara yang lirih.

“Lo di UKS, kata dokter lo kecapean dan demam.”

“Ohh iya, nanti lo pulang naik mobil Alvin aja. Kebetulan dia bawa mobil. Dan gue pamit keluar dulu, ada tugas yang harus gue selesaiin. Tenang deh, Alvin ada disini kok. Dia cemas banget tau.” Sivia mengangguk lemah sambil tersenyum ringan. Ia melihat Alvin yang kini duduk di posisi Ify tadi.

“Maaf ngerepotin..” Alvin hanya menggeleng.

“Gak kok. Gue seneng bisa nolong lo.” ucap Alvin sambil memegang lembut tangan Sivia. Sivia tertegun, bukan karena ia terlalu berdebar tapi bahkan ia tidak berdebar sama sekali.

 “Emm, lo tadi yang bawa gue kesini?” tanya Sivia pelan.

“Bukan, tadi Cakka yang bawa lo kesini kok. Dia emang sigap banget orangnya.” kata Alvin. Sivia hanya mengangguk. Cakka? Kenapa ia jadi berdebar?

~Lollipop~

                Cakka sedang termenung sambil duduk di lantai teratas gedung sekolahnya. Ada yang aneh dengan perasaannya. Kenapa ia begitu cemas melihat Sivia yang tergeletak lemas seperti tadi? Kenapa dia begitu peduli pada gadis itu? Bukankah ia menganggap Sivia sebagai lollipop kecil? Sivia sebagai calon pacar sahabatnya? Sivia teman dari calon pacarnya?

“Hanya itu Cakka! Status Sivia hanya itu! Dia adik kecil bukan gadis yang kamu sukai. Gadis yang kamu sukai itu Ifykaila Umari bukan Aisivia Putri.”

“Benarkah?” lirih Cakka.

“Sivia milik Alvin, Cakka milik Ify. Itulah masa depan.”

“Kenapa terasa sakit...” Cakka merebahkan dirinya, melihat kembali ke hari-hari sebelum ini. Bukan Ify yang ada dalam fokusnya sekarang tapi Sivia.

“Gue bahkan gak tau sejak kapan lo goyahin perasaan gue.”

“Kka...” Cakka membuka tangannya dan melihat Ify ada dalam pandangannya. Tanpa sadar Cakka bangun dan memeluk Ify. Ify pun hanya diam sambil tersipu malu.

“Cakka juga masih suka sama gue..” ucap Ify dalam hati.

“Ternyata rasanya udah beda...” batin Cakka.

“Maaf....”

****

***Selamat dan terima kasih udah mau baca***
***Tolong tinggalkan jejak buat penulis***


_mei_