Jumat, 07 Desember 2012

LOLLIPOP [2]


[Panitia Festival]

Sivia memandang malas halaman sekolahnya. Pikirannya kembali melayang pada kejadian kemarin siang. Laki-laki bernama Cakka itu benar-benar menyebalkan. Dan yang lebih buruknya lagi, surat cintanya masih dibawa laki-laki gila itu. Kalau saja bisa, dia pasti sudah mengutuk laki-laki itu menjadi itik buruk rupa.

Sivia menghentikan lamunannya saat melihat wali kelasnya masuk ke kelas dengan sapaan dan senyum ceria. Wajahnya berseri-seri, dan saat itu juga Sivia yakin kalau guru itu akan membawa berita buruk untuk dirinya. 

“Anak-anak, untuk memperingati hari jadi SMA Putra dan Putri Permata maka akan dibuat festival sekolah. Nah, untuk itu ibu guru akan menunjuk dua orang wakil dari kelas ini untuk bergabung sebagai panitia.” Sivia semakin bergerak gelisah mendengar topik yang dibicarakan Ibu Dian selaku wali kelasnya.

 “Aisivia dan Ifykaila, kalian benar-benar beruntung bisa berkerja sama dengan cowok-cowok tampan dari Putra Permata.” Tubuh Sivia melemas ketika mendengar apa yang Ibu Dian katakan. Apalagi melihat kerlingan mata menggoda guru itu.

“Tuh kan! Setiap guru itu masuk dengan wajah ceria pasti petaka buat gue. Entah kuis dadakan, maju tanpa persiapan, bahkan hukuman.” batin Sivia kesal. Dan dengan takut Sivia pun memberanikan diri mengangkat tangannya.

“Ada masalah Aisivia?” tanya Ibu Dian dengan pandangan tidak suka.

“Bu, boleh saya mengundurkan diri?” tanya Sivia dengan wajah yang memelas.

“Berikan alasan yang cukup kuat maka saya akan mempertimbangkan keinginanmu.” ucap Ibu Dian dengan nada otoriternya.       

“Paling dia sok sibuk...”

“Mentang-mentang artis...”

“Dia kan lagi naik daun bu..”

“Lo pikir dia ulat pakai naik daun segala..”

“hihihi..”

Sivia menghela nafas sebal mendengar berbagai komentar tidak penting yang mulai muncul. Rasanya capek juga menghadapi gadis-gadis labil itu. Mereka selalu memojokkannya seolah-olah merekalah yang paling benar dan dia dalam posisi yang selalu salah.

“Aduhh bu, gue itu takut sama cowok-cowok Putra Permata.” batin Sivia kesal, andai saja ia tidak gengsi untuk mengucapkan kalimat itu di depan semua teman sekelasnya. Mana mungkin ada cewek yang takut sama cowok, rasanya imposible banget.

“Baiklah bu, saya bersedia.” kata Sivia dengan nada pasrah. Sivia bisa melihat jelas senyum kemenangan dari wajah wali kelasnya itu.

“Baiklah sudah ditetapkan. Aisivia dan Ifykaila pulang sekolah nanti kalian ke aula gabungan untuk mengikuti rapat dengan panitia yang lain.” Ify hanya tersenyum senang sementara Sivia mengangguk pasrah.

“Fy, nanti lo jangan jauh-jauh dari gue yaa. Lo kan tau kalau gue takut sama cowok-cowok itu.” Ify hanya mengangguk dan tersenyum menjawab permintaan Sivia.

~ Lollipop ~

“Temen-temen katanya bakal ada festival sekolah lagi. Dan kali ini kepanitiaan festival diambil dari SMA Putra dan Putri Permata. Aduuhh, gue beneran pengen lihat Sivia secara jelas.” teriak seorang murid laki-laki di samping pintu kelas.

“Jangan mimpi deh! Belum tentu juga si Sivia itu ikut jadi panitia. Dia kan artis, pasti sibuk lah.” komentar murid yang lain.

“Tunggu! Artis yang namanya Sivia itu yang bertubuh kecil mungil itu kan? Yang kaya anak SD itu kan?” tanya salah seorang murid laki-laki yang lain.

“Iya Kka. Kenapa lo naksir juga? Aduh jangan deh, kalau sama lo gue pasti kalah saing.”

Cakka hanya tersenyum miring dan mengangkat bahunya. Detik berikutnya ia memandang Alvin yang sedang asyik membaca buku, sebuah rencana luar biasa muncul dari otaknya. Dan tanpa Cakka sadari, rencana itu akan menjadi perputaran perasaan yang luar biasa hebat.

~ Lollipop ~

Sivia P.O.V

Dari tadi aku terus menunda berangkat ke rapat panitia festival sekolah. Aku benar-benar takut ketemu cowok-cowok Putra Permata lagi. Jangan-jangan mereka bawa kamera lagi? Aduhh! Tapi baru saja Ify bilang ada kemungkinan Alvin juga menjadi panitia acara ini dan mendengar itu entah kenapa  aku pun jadi bersemangat.

Aku dan Ify mengetuk ragu pintu didepan kami, sudah lebih dari 15 menit kami terlambat dan sekarang aku benar-benar takut untuk masuk. Pikiran untuk bertemu dengan Alvin langsung hilang begitu tau disana akan banyak murid cowok. Bagaimana kalau mereka mengambil fotoku dengan membabi buta seperti dulu? Aku juga tidak siap menghadapi wajah seram panitia lain yang sudah lama menunggu. Kulihat Ify  yang juga berekspresi tak jauh dari ekspresiku.

“Siv, pakai senyum lo deh. Biar mereka gak marah sama kita. Senyum lo kan senyum malaikat.”

“Gimana bisa senyum kalau gue takut ngelihat murid-murid cowok dari SMA sebelah.” Aku melihat Ify menghela nafas panjang.

Dengan ragu kami mengetuk dan membuka pintu. Detik berikutnya aku  hanya bisa melongo melihat bagaimana rupa orang-orang di dalam sana. Semua cowok disana menyambut kami dengan senyuman walau aku masih dapat melihat raut sinis dari panitia-panitia perempuan. Aku pun hanya bisa tersenyum kaku membalas senyuman mereka.

Lalu aku memutar pandanganku dan melihat Ify yang sedang tertegun, kuikuti arah pandangannya dan kali ini aku ikut tertegun. Aku melihat laki-laki menyebalkan kemarin. Cakka. Cakka? Kenapa Ify memandang Cakka? Apa hubungan sahabatnya dengan laki-laki super menyebalkan itu?  Dan yang lebih membuatku syok adalah laki-laki yang berada disampingnya, Alvin Jo. Melihatnya yang sedang asyik berbicara dengan salah satu guru pembimbing membuat rona merah menjalar di pipiku, aku melihatnya tersenyum dan bisa melihat senyumnya dari jarak dekat.

“Maaf kami terlambat.” sayup-sayup aku mendengar suara Ify. Detik berikutnya aku kembali dari lamunanku.

“Mentang-mentang artis bisa seenaknya.”

“Dia kan ngerasa kalau dirinya yang paling hebat.”

“Sok sibuk.”

Aku menghela mendengar ocehan gadis-gadis itu. Siapa yang artis siapa yang nge-bully. Harusnya kan aku yang nge-bully mereka bukan mereka yang nge-bully aku. Menyebalkan!

“Mulut kalian tipis banget yaa.” dari sudut mataku, aku melihat mereka bergidik ngeri mendengar omongan pedas dan tatapan maut yang dilontarkan Ify. Ify memang sahabatku yang paling TOP. Dan entah kenapa aku tersenyum sambil memandang Ify yang masih terus bicara membelaku.

~ Lollipop ~

Cakka P.O.V

Pandanganku langsung beralih ke arah pintu saat mendengar suara pintu diketuk. Aku melihat dua gadis yang baru saja masuk. Aku melihatnya tertegun memandangku. Aku tau kalau dia masih suka padaku karena aku juga masih menyukainya. Tapi lidahku selalu kelu jika berada di dekatnya. Ifykaila Umari, mantan pacarku waktu SMP. Hubungan kami yang awalnya hanya tetangga berubah seiring berjalannya waktu.

Tetapi semua itu tidak bertahan lama sampai gadis itu memutuskan untuk meninggalkanku. Dia meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Dan sampai sekarang aku masih belum tau apa yang ada dipikirannya. Yang jelas kutahu hanya kami masih saling menyukai, setidaknya itu menurutku.

Pandanganku segera beralih ke arah gadis mungil disampingnya, Sivia. Wajah Sivia terlihat memerah, aku mengikuti arah pandangnya dan melihat Alvin yang tengah tersenyum sambil berbicara dengan guru pembimbing kami.

Sivia benar-benar menggemaskan. Pipinya bisa bersemu merah hanya karena melihat senyum laki-laki yang disukainya, benar-benar manis. Untuk beberapa saat aku memandangi wajah Sivia dan aku kembali tersadar saat tidak lagi mendengar suara cakap-cakap disebelahku.

“Alvin...” aku menatap Alvin yang tidak merespon panggilanku. Dan aku pun mengikuti arah matanya saat kusadari ada seulas senyum dari bibirnya.

Aku sempat terpukau melihat apa yang dilihat Alvin. Senyum Sivia. Benar-benar manis. Tapi yang lebih membuatku terpukau adalah alvin yang dingin bisa tersenyum hanya karena melihat senyum seorang gadis. Dan ini benar-benar wow. Aku jadi semakin yakin kalau misiku kali ini akan berjalan mulus. Gadis lollipop tunggu aku!

~ Lollipop ~

Sudah lebih dari satu jam mereka semua terus berkutat dengan pencarian konsep acara festival sekolah. Beberapa orang sudah mulai menyampaikan ide mereka tetapi semua ide itu belum bisa menarik perhatian Pak Dio, sebagai pembimbing.

“Ada yang punya ide lain untuk festival kita kali ini?” tanya Pak Dio. Semuanya masih terdiam, mencoba menggali ide dari bagian otak terdalam mereka.

“Bagaimana kalau kita buat stan-stan di seluruh area sekolah saja pak. Nanti kita wajibkan bagi masing-masing kelas untuk membuat satu stan. Nah, khusus kita sebagai panitia, kita juga harus membuat stan sendiri jadi nanti kita tidak ikut tergabung dalam stan kelas.” usul Alvin, Pak Dio terlihat mengangguk setuju. Sementara panitia yang lain pun bernafas lega karena mereka tidak perlu memberikan ide lagi.

“Ada yang mau usul lagi atau menambahkan?” tanya Pak Dio.

“Begini pak, sekolah kita kan punya mitos yang cukup terkenal di daerah sini.Tentang siapa yang bisa menukar kepangan pita merah mereka dengan kepangan pita biru milik orang yang mereka sayangi pada jam 7 malam pasti cintanya akan abadi. Bagaimana kalau kita gunakan itu sebagai daya tarik dalam festival ini. Kita juga bisa menjual kepangan pita merah dan kepangan pita biru di pintu masuk festival nanti. Lumayan untuk menarik pengunjung.” usul Sivia.

“Kekanak-kanakkan banget sih ide lo. Kenapa gak sekalian kasih tau semua orang kalau di festival SMA Putra-Putri Permata akan ada idola terkenal Aisivia Putri. Pasti mereka semua bakal datang buat minta foto sama tanda tangan lo. Sekalian saja kita sebagai panitia buat stan foto dengan Aisivia Putri. Pasti laris tuh!”

“Jangaaan...” Semua orang disana langsung memandang Sivia yang tiba-tiba berteriak takut.

“Saya setuju sama ide Sivia. Dan buat ide Angel jangan dipakai pak. Kesannya kita terlalu memanfaatkan Sivia.” kata Ify sambil menarik Sivia untuk duduk kembali.

“Saya juga setuju.” kata Cakka dan langsung diikuti panitia-panitia lainnya.

~Lollipop~

Sekarang Sivia sedang melangkah sendiri menuju gerbang SMA Permata. Tiba-tiba entah dari mana cahaya kamera mulai menyapanya. Sivia pun dengan cepat menutupi wajahnya. Dari sela tangannya Sivia melihat sekitar lima orang laki-laki dari SMA lain.

“Yahh, jangan ditutupin dong. Kita jauh-jauh kesini kan bukan untuk gagal motret lo.” seorang laki-laki berjalan mendekat ke arah Sivia. Sivia sendiri masih berdiri kaku, ia terlalu takut.

“Kalian ada urusan apa kesini?” tanya seorang laki-laki.

“Cihh.. Ternyata ia dekat sama Cakka.” Kelima laki-laki itu pun segera berlalu. Mereka tidak mau berurusan dengan Cakka.

“Lo takut sama cowok?” tanya Cakka sambil memandang Sivia yang sedang duduk lemas di atas tanah.

“Gak!”

“Hahaha.. Gak percaya tuh! Tapi gak penting juga buat gue.”

“Mana surat cinta gue.” Sivia segera berdiri dan menyodorkan tangannya ke arah Cakka.

“Lo mau surat cinta lo balik?” Sivia pun mengangguk bersemangat mendengar pertanyaan Cakka.

“Tapi sebelum itu gue punya penawaran menarik.”

“Antara lo, gue, Alvin, dan Ify.” Cakka pun tersenyum simpul melihat kerutan di dahi Sivia.

*****

***Huuaaa saya ngaret banget yaa J***
***Terima kasih udah mau baca dan mari tinggalkan jejak***


_mei_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar