Lihat Lebih Dekat Part 4
~ Bangau Kertas Itu ~
Tuhan punya jalan,
Tuhan punya cara,
Dan percayalah pada Tuhanmu masing-masing..
Tuhan kan selalu berikan yang terbaik..
Terbaik untuk kita…
Sejak kejadian semalam ‘tragedi antar orang tuanya’ Sivia menjadi malas berbicara. Memang dia tipe orang yang jarang berbicara tapi kali ini diam yang Sivia tunjukkan sangat berbeda. Diamnya adalah diam dengan segala pikiran dihati maupun otaknya. Tanpa ada kata tanya ada apa atau kenapa, Ify dan Gabriel pun langsung tau apa yang sedang dialami sahabatnya itu. Sejanak ini mereka takkan berusaha mengusik Sivia.
Sivia sedari tadi hanya diam tanpa memperhatikan penjelasan guru Bahasa Inggrisnya sama sekali. Pikirannya kemana-mana, ia sama sekali tak bisa konsentrasi. Ketika bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, Sivia dengan tergesa-gesanya keluar dari kelas. Murid yang lain hanya memandang heran, apalagi Alvin. Rasa penasarannya semakin besar terhadap gadis itu. Sedang ify dan Gabriel hanya saling melemparkan tatapan penuh makna.
Disana, di taman yang sepi, jelas saja sepi karena semua murid sedang terlibat dalam proses belajar mengajar yang memang belum diberi jeda istirahat. Terlihat seorang gadis yang sedang menerawang ke luasnya langit biru. Matanya yang bening kini penuh dengan kristal-kristal yang mengambang tepat di pelupuk matanya. Sedari tadi yang ia lakukan hanya menatap langit dan memikirkan segala hal buruk yang mungkin terjadi ke depannya nanti.
“ Jangan simpan semua bebanmu sendiri.” Seorang laki-laki dan perempuan kini berada tepat di depannya.
“ Kami selalu ada untukmu.” ungkap mereka lagi.
Sivia mendongakkan kepalanya, menatap ke arah dua sahabatnya yang kini berada tepat di depannya. Tatapannya begitu nanar, kristal bening yang sedari tadi mengambang di pelupuk matanya akhirnya tumpah tak terkira, membuat aliran sungai kecil di kedua bagian pipinya. Dua orang yang semula hanya berdiri dihadapannya kini tengah memeluknya hangat. Pelukan seorang sahabat ‘Mungkin’.
“ Jangan nangis lagi yaa..” Gabriel sang sahabat memeluk sembari mengusap kepala Sivia, sedang Ify hanya mengangguk dan mengeratkan pelukannya pada Sivia. Jujur saja hatinya ikut terasa sakit dan pilu dikala melihat sahabatnya seperti ini. Tak jauh beda dari dirinya.
Sivia mendongakkan kepalanya, lalu melepas pelukan kedua sahabatnya.
“ Memang mereka terbiasa bertengkar setiap waktunya tapi aku tak pernah terbiasa melihat semua itu !!” Sivia berkata demikian sambil menatap nanar ke arah langit.
“ Kami akan selalu ada untukmu.” Gabriel dan Ify tersenyum sembari berkata seperti itu.
“ Selalu..”
“ Percayalah.”
“ Ayo, kita lakukan seperti biasa.” Gabriel menampakkan sesuatu dari salah satu bagian tangannya. Sivia dan Ify yang melihat apa yang dibawa Gabriel hanya tersenyum tipis.
Mereka mulai melakukan sesuatu pada barang yang dibawa Gabriel. Hanya butuh sekitar 5 menit, mereka tersenyum senang. Dan yang ada di tangan mereka adalah bangau-bangau kertas yang begitu indah. Setiap bangau mereka tulisi inisial nama mereka dan dalam setiap lipatannya mereka sisipkan keinginan-keinginan kecil mereka. Dan berharap itu akan terwujud, memang terlalu childish tapi itu yang akan mereka lakukan setiap kali mereka mendapat masalah.
Tapi itu semua tak berarti mereka tak percaya pada tangan Tuhannya. Mereka tetap yakin Tuhan punya jalan sendiri untuk mereka. Tuhan punya cara. Walau begitu, tak salah pula jika mengucapkan sebuah keinginan kecil.
Mereka kini tengah berjalan beriringan meninggalkan taman itu. Saat mereka benar-benar hilang dari taman itu, seorang laki-laki berjalan mendekat ke arah bangku yang tadi mereka duduki bersama. Tangannya terulur ke arah salah satu bangau disana. Bangu kertas yang cantik. Itu adalah bangau kertas berwarna biru cerah dengan inisial S di dua bagian sayapnya.
“ Sungguh aku tak mengerti dengan apa yang ada di hatimu.” Laki-laki itu terdiam sambil berjalan menjauhi taman, walau begitu ia tetap membawa bangau biru tersebut.
“ Walau begitu aku lebih tak mengerti dengan apa yang terjadi pada hatiku.” Ungkapnya dalam hati sambil memegang dadanya.
><><><><><><><><><><
“ Ahhhhh…, sorry !!!” ucap gadis itu karena secara tak sengaja ia menumpahkan cola dingin yang ia bawa ke arah kemeja sekolah berwana putih yang dipakai laki-laki yang baru saja ia tabrak itu.
“ Gak apa-apa kok. Tenang saja.” Dengan tenangnya laki-laki itu membersihkan kemejanya dengan tisu yang diberikan gadis tadi tak lupa ia kembangkan senyum manisnya.
“ Sekali lagi maaf ya ketua OSIS.” Kata gadis itu dengan malu-malu, mungkin karena sang ketua OSIS telah memberikan senyuman yang memang sangat menawan.
“ Jangan terlalu kaku, lagian kita tadi pagi sudah berkenalan. Benarkan, Zahra ?” Gabriel berkata demikian sembari mengembangkan senyumnya lagi.
“ Ternyata kamu masih ingat dengan aku.” kata Zahra malu-malu.
“ Mana mungkin aku lupa dengan gadis secantik kamu.” canda Gabriel yang sukses membuat muka Zahra menjadi merah.
“ Gab..” panggil Sivia sambil berjalan melewati Gabriel dan Zahra.
“ Aku kesana dulu yaa.” pamit Gabriel sambil berjalan mensejajari Sivia.
“ Dasar cewek aneh, mana ganggu lagi.” umpat Zahra walau hanya dalam hatinya.
><><><><><>><><
“ Alvin dari mana kau ?” tanya Shilla yang baru saja bertemu dengan Alvin di dalam kelas.
“ Hanya berjalan-jalan mencari udara segar.” jawab Alvin santai.
“ Dimana Zahra dan Cakka ?” tanya Alvin ketika ia tak melihat kedua sahabatnya yang lain.
“ Ke kantin, aku tadi balik kesini karena lupa tak membawa dompet.” terang Shilla.
“ Ohhh…”
“ Itu bangau kertas buatan siapa ?” tanya Shilla saat melihat Alvin membawa bangau kertas yang ia ambil tadi.
“ Ohh.., bukan buatan siapa-siapa kok.” Jujur dalam hati Alvin sangat gugup mengatakan ini semua, tapi pada akhirnya ia berhasil mengatasi rasa gugupnya.
“ Ohhh..” Shilla memandang bangau itu sejenak saat matanya berhenti pada kedua belah sayap bangau tersebut .
“ S” batin Shilla bingung.
><><><><><><><><
Saat ketiga sahabat itu sedang asyik makan, mereka diusik oleh kedatangan 2 orang yang sangat mereka tau atau lebih tepatnya baru mereka tau.
“ Boleh gabung ?” pinta sang gadis, laki-laki yang disebelahnya hanya mengangguk. Dua orang gadis disana sama sekali tak menjawab permintaan sang gadis tapi lelaki manis itu hanya mengangguk dan tersenyum.
“ Tumben gak dapat tempat, biasanya aja ngusir orang seenaknya.” Ify mencela mereka berdua yang baru saja duduk. Mereka berdua hanya saling pandang dicela seperti itu.
“ Kan sang Bos gak ada.” Dengan dinginnya Sivia berkata demikian. Sedang kedua orang tadi hanya merutuki perkataan kedua gadis itu. Tapi itu semua memang benar, mereka terlalu tak berdaya jika tak ada ‘Bos’ yang dimaksudkan. Bukan tak berdaya tapi tak mau berbuat semena-mena.
“ Husss…” Gabriel mulai memperingatkan kedua sahabatnya.
Kedua orang itu berjalan dengan tenangnya. Mereka bahkan tak menyadari terjadi kasak-kusuk disekitarnya. Bukan karena mereka berjalan berdua dengan mesra ataupun cocok tapi yang mereka perhatikan adalah benda kecil yang ada di tangan sang lelaki. Masa The Trouble Maker SMA Swasta Higashi membawa benda lucu seperti itu. Tidak Pantas !!
“ Kenapa kalian duduk disini ?” Laki-laki itu bertanya dengan gayanya yang cool.
“ Gak ada tempat tersisa.” balas laki-laki yang sedang menikmati semangkok bakso lezat miliknya.
“ ohhh…” sambil duduk laki-laki dan perempuan yang baru datang tadi berbincang dengan kedua sahabatnya.
“ berisik.” Kalimat itu meluncur saja dengan bebas dari mulut Sivia dan Ify, Gabriel sendiri hanya menepuk jidatnya. Ke empat sahabat yang mendapat sindiran itu hanya mendelik menatap kedua orang yang mengucapkan kata yang bagi mereka sangat tidak sopan.
“ Apa kalian bilang ?” salah satu gadis disana mulai mengeluarkan suara dengan nada yang cukup tinggi.
“ Be-ri-sik.” Sivia dan Ify malah mengejakan kata tadi, hal itu sukses membuat gadis itu naik pitam.
“ hehh., dasar Putri Es diem aja deh kamu !! Dan kamu, dasar cewek aneh !! Tolol !!” gadis itu malah balik mengejek Sivia dan Ify.
“ Zahra sabar yaa…” kali ini gadis yang satunya mencoba menenangkan.
“ Gak ada kata sabar buat cewek macam mereka, Shil !!” kata Zahra tegas sambil menunjuk ke arah Ify dan Sivia, yang ditunjuk hanya calm down saja.
Sedangkan para cowok di meja itu terus saja makan. Mereka sama sekali tak mempedulikan gadis-gadis yang adu mulut di depannya. Toh mereka akan berhenti jika mereka sudah merasa lelah. Memang benar, tak berapa lama mereka berhenti berdebat. Sebenarnya tak ada yang berdebat, karena cuma Zahra yang mengeluarkan suaranya. Kemudian salah satu dari gadis-gadis itu memandang sebuah benda yang terletak tepat dihadapan seorang laki-laki.
“ Kenapa kamu ambil bangau buatanku.” Perkataan telak itu membuat laki-laki yang tadinya santai makan menjadi tersedak.
“ Uhhuukkk…uhhuuukk….”
“ Kau ingin membunuhku.” Umpat laki-laki itu sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
“ Jangan alihkan pembicaraan, kau belum menjawab pertanyaanku, Alvin Adhika Karisma.” Sivia mulai bersikap dingin dan angkuh lagi.
“ Ohh.., itu bangau buatanmu.” Dengan gayanya yang sok cool walau sebenarnya ia takut ketahuan mengambil bangau itu diam-diam.
“ Ku kira sampah..”
“ Jaga mulutmu !!” Semua siswa mulai memandang meja itu.
“ Kalau tak tau apa-apa diam lah !! Stupid !!” Sivia berlari meninggalkan meja itu, tapi semua orang disana masih dapat melihat jelas Kristal-kristal bening yang mengambang di pelupuk mata gadis itu.
“ Dasar Tolol !!” umpat Ify dan segera menarik Gabriel pergi dari meja itu.
Sedangkan ke empat sahabat itu hanya diam dan terpaku. Alvin sendiri masih terlalu syok melihat kristal yang menggenang dipelupuk mata tadi. Dan itu karenanya !!
><><><><><><><><><
Gadis itu duduk disana sambil memeluk erat laki-laki berwajah manis. Terdengar isakan kecil dari gadis itu, sedangkan sang lelaki hanya mengusap-usap perlahan punggung gadis itu. Berusaha menenangkannya. Ia tak tau apa-apa, tiba-tiba saja gadis ini menabraknya di koridor dekat kantin sambil menangis kecil.
Isakan itu kini sudah tak lagi terdengar tapi berganti dengan cengkraman erat dari tangan gadis itu. Laki-laki yang memang sudah berpikir apa yang bisa terjadi jika gadis ini terus-menerus seperti ini, segera ia mengambil sesuatu dari saku rok gadis itu.
Diambilnya sebuah botol kecil, di dalamnya terdapat butir-butir obat yang mempunyai warna dan bentuk yang sama. Perlahan ia mengambil sebutir obat dari sana, meraih air mineral yang tadi ia bawa lalu melepas perlahan pelukan gadis itu.
Wajahnya pucat, segera laki-laki itu memasukkan obat itu ke mulut sang gadis, setelahnya baru ia minumkan air mineral yang ia bawa. Selesai itu, segera ia gendong gadis itu menuju ke salah satu mobil yang terpakir di tempat parkir SMA Swasta Higashi. Ia tak peduli dengan tatapan beberapa siswa yang memandang penuh kebingungan ketika melihat siapa yang ia gendong. Kemudian ia melajukan mobil itu membelah padatnya arus lalu lintas.
**********
*** cerita ini just for fun ***
*** Kasih komentar bisa lewat fb m3i_poe3@yahoo.com atau twitter @memei_mei ***
*** terima kasih udah mau baca ***
_mei_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar