Selasa, 09 Agustus 2011

New People in Her Life


Gadis itu kini masih menangis tersedu-sedu, matanya sudah sangat sembab, orang-orang disekitarnya pun terlihat sama seperti dia. Gadis itu kini terduduk lemah di tanah, memegang nisan sembari mengelusnya perlahan. Air matanya terus menyeruak tanpa henti. Disana terlihat sosok laki-laki yang bingung dengan sikap gadis itu. Tak lama gadis itu pun tak sadarkan diri disana.

********

                Semua yang ada disana sedang berduka cita, orang yang sangat mereka cintai baru saja meninggalkan mereka karena sebuah kecelakan tragis yang tiba-tiba. Gadis tadi berjalan perlahan menuruni tangga, ia mendekat ke keluarga orang yang sedari tadi ia tangisi.

“ Tante, om..” panggil gadis itu pelan, wajahnya terlihat sangat pucat dan acak-acakkan.
“ Sivia..” kaget Bu Ika dan Pak Indra ketika melihat gadis itu sudah disana.
“ Om., tante maafin sivia ya, sivia sudah menyusahkan kalian. Sivia mau pamit pulang.” lirih sivia, sedang Bu Ika berjalan pelan mendekat ke arah Sivia.
“ Kamu sudah gak papa kan sayang ??” tanya Bu Ika sambil mengelus kepala sivia pelan.
“ Jangan sedih lagi, kalau kamu sedih terus menerus Cakka gak akan bisa tenang disana.” Bu Ika mengatakan itu sambil meneteskan air matanya.
“ Tante juga jangan nangis, dulu Kak Cakka pernah bilang ke Sivia kalau dia paling gak suka lihat Tante Ika nangis.” lirih Sivia sambil memeluk erat Bu Ika.

“ Dia siapa yah ??” tanya seorang laki-laki yang ada disana dialah laki-laki yang memandang Sivia bingung ketika di pemakaman tadi.
“ Dia Sivia, dia adalah pacar kakakmu, vin.” jelas Pak Indra.
“ Pacar Kak Cakka ??” tanya Alvin, Pak Indra hanya mengangguk.
                Tak berapa lama Sivia pun pergi meninggalkan rumah orang yang paling ia sayangi tanpa memperhatikan sosok laki-laki yang sangat mirip dengan Cakka, sang kekasih.

“ Vin, kamu mau kan jaga Sivia.” lirih Bu Ika.
“ Mama apa-apaan sih, Alvin kan gak kenal dia. Lagian Alvin juga udah punya pacar.” tolak Alvin tegas.
“ Tapi vin, kakak kamu itu sangat sayang sama Sivia.” kata Bu Ika lagi.
“ Iya, tapi tak ada hubungannya dengan Alvin.” tegas Alvin sambil memandang sang bunda.
“ Lagian pacar Alvin juga bakal pindah ke Indonesia untuk menemani Alvin.” cuek Alvin, sebenarnya Bu Ika dan Pak Indra agak sedih mendengar penuturan Alvin itu karena mereka sudah terlalu sayang kepada Sivia.
“ Ya sudahlah tapi bunda tetap dalam hati bunda tetap ingin kamu jadi pacar Sivia.” kata Bu Ika cukup keras karena Alvin sudah masuk ke kamarnya.
“ Tapi aku gak kenal dia.” batin Alvin.

***********

                Rasa sedih kini masih menyelimuti gadis itu. Sahabat-sahabatnya yang berusaha menghibur pun tak dihiraukannya. Sepulang dari rumah Cakka ia hanya terdiam di tempat atas tempat tidurnya sembari memandang sebuah foto besar yang ada di langit-langit kamarnya. Foto dirinya dan Cakka, foto itu sengaja Cakka pasang sebagai hadiah ulang tahun, selain itu Cakka bermaksud agar Sivia sang kekasih selalu mengingatnya. Disetiap bangun atau akan tidur.

“ Kak Cakka..” lirih sivia, tak terasa bulir-bulir air matanya mulai mengalir lagi dengan derasnya.

                Jujur saja Sivia sama sekali tak pernah menyangka akan ditinggalkan secepat ini oleh kekasihnya. Ia benar-benar tak siap. Ia benar-benar sayang kepada Cakka. Setiap detail hidupnya sudah terisi oleh Cakka walau mereka baru pacaran selama 6 bulan. Tapi mereka sudah sangat saling menyayangi.

*************

                Laki-laki itu baru saja turun. Pakaian sekolahnya sama sekali tak rapi karena ujung-ujung seragamnya keluar dari celana yang ia kenakan. Walau begitu entah kenapa ia terlihat begitu mempesona, dengan gayanya yang cool dan tanpa seulas senyum pun yang terukir. Memang cowok cuek itu menarik.

“ Hai, sayang !! Bagaimana tidurmu ??” tanya Bu Ika.
“ Gak terlalu nyaman. Tadi malam Alvin mimpi ketemu Kak Cakka. Tapi dia diam aja tanpa bicara apa-apa.” jelas Alvin sembari mengingat mimpinya semalam.
“ Mana tatapannya naeh lagi.” lanjut Alvin.
“ Ya sudah, cepat makan nanti terlambat.” nasehat Bu Ika, Alvin hanya menuruti saja karena ia memang setuju dengan ucapan bundanya itu.

***********

                Capek. Mungkin itu yang dirasakan gadis itu. Setiap orang yang bertemu dengannya mengucapkan bela sungkawa bukannya tidak suka tapi jujur saja ia tak mau mendengar kata-kata yang akan membuat kesedihannya melambung tinggi. Rasanya sakit. Rongga dadanya pun masih dipenuhi dengan kesedihan yang mendalam.

*************

                Gadis itu benar-benar terjekut ketika laki-laki yang akan menjadi teman barunya itu memperlihatkan wajahnya. Wajah itu benar-benar mirip dengan wajah sang kekasih.

“ Dia siapa ??” tanya Sivia pada Shilla sahabatnya.
“ Dia murid baru dan dia adik dari Kak Cakka, namanya Alvin.” lirih Shilla karena ia takut akan melukai hati Sivia.
“ Ohh, adik yang sering diceritakan oleh Kak Cakka.” batin Sivia.
“ Darimana kamu tau dia adik Kak Cakka ??” tanya Sivia lagi.
“ Dari gosip yang beredar.” jawab Shilla sambil nyengir.
“ Dasar Miss Gosip.” ejek Sivia.
“ Biarin..” kata Shilla sambil mengedikkan bahunya.

“ Ok, Alvin sekarang kamu duduk disebelah Gabriel.” perintah Bu Guru sambil menunjuk sesosok laki-laki manis yang duduk di bangu di pojok kelas, Alvin pun mulai berjalan ke arah laki-laki itu.
“ Hai.. aku..” kata laki-laki itu terpotong.
“ Gabriel kan.” kata Alvin singkat, Gabriel hanya tersenyum.
“ Yoi, vin.. Boleh aku tanya sesuatu ??” tanya Gabriel.
“ Boleh, mau tanya apa ??” tanya Alvin balik.
“ Kamu aiapanya Kak Cakka ya ??” tanya Gabriel, sebenarnya Alvin sudah bisa menebak apa yang akan ditanyakan Gabriel karena mereka kemarin sempat bertatapan di pemakaman Cakka dan saat mereka bertatapan Alvin sedang dalam kondisi menangis.
“ Aku adiknya Kak Cakka.” Jawab Alvin singkat.
“ Ohhh.. pantass” lirih Gabriel.
“ Gabriel, Alvin ngobrolnya nanti aja.” kata Bu Icha guru fisika mereka. Gabriel dan Alvin pun tak melanjutkan perbincangan mereka.

Tak terasa bel tanda istirahat pertama sudah berdering.

“ Sivia sayang.” Kata seorang cowok sambil mendekati Sivia, cowok itu tak sendiri karena dibelakangnya ada 2 orang temannya yang mengikutinya.
“ Mau apa Kak Sion.” jutek sivia.
“ Biasa aja dong manis !! Lagian sekarang udah gak ada yang jagain kamu.” kata Sion sambil memegang dagu sivia.
“ Hei kakak jangan ganggu Sivia.” kata Gabriel dan Shilla bersamaan.
“ Sok kalian, udah gak usah sok sekarang kan si Cakka itu udah gak ada.” kata-kata Sion itu sukses membuat Alvin yang akan keluar kelas berhenti berjalan.
“ Apaan kakak Sion.” kata Gabriel yang sudah mengepalkan tangannya.
“ Bener kan, cowok brengsek kaya Cakka itu memang pantasnya mati.” Kata Sion dengan keras, Alvin yang sedari tadi mendengar ocehan Sion pun sudah sangat panas dan saat ia akan member pelajaran pada laki-laki itu…

“ PLAAKKKK…”

“ aduh..” rintih Sion yang mendapatkan tamparan telak dari Sivia.
“ Jangan pernah kamu hina Kak Cakka, kamu pikir kamu itu sempurna HAAHHH..” bentak Sivia sambil mendorong Sion.
“ Anak manis jangan marah dong..” kata Sion sambil memegang dagu Sivia.
“ Leapass…” kata Sivia sambil berusaha menepis tangan Sion.
“ Wooii.., lepasin gak.” kali ini Shilla dan Gabriel selaku sahabat Sivia sudah sangat geram dengan perbuatan Sion.
“ Weeittss.., tenang dong.” kata Sion, dua sahabatnya kini malah memegangi Gabriel dan Shilla.

Beberapa orang di kelas sebenarnya ingin menolong Sivia tapi rasa takut menguasai mereka, Sion dan kedua sahabatnya adalah preman sekolah ini lagipula posisi Sion yang juga sebagai kakak kelas membuat mereka lebih tak bisa membantu lagi. Selama ini yang bisa menghentikan Sion hanyalah Cakka. Karena jujur saja Sion itu takut pada Cakka entah dari mana setiap Sion memandang Cakka rasa takut selalu muncul.

                Dan kalau boleh jujur sebenarnya sejak awal masuk sekolah Sion itu sudah tertarik kepada Sivia. Gadis manis yang kini ada dihadapannya.

“ BUUKKKK…” tiba-tiba saja pukulan telak mengenai wajah Sion.
“ Ehh.. kamu siapa ?? Berani sama aku.” bentak sion sambil memegang ujung bibirnya.
“ Aku Cuma gak terima kamu menghina kakak aku, Kak Cakka.” kata Alvin tegas, kali ini nyali Sion ciut lagi, mata Alvin sangat mirip dengan mata Cakka yang dulu sukses membuatnya diam.
“ Sialan..” kata Sion yang langsung meninggalkan kelas Sivia bersama kedua temannya.
“ thanks bro.” kata Gabriel.
“ Makasih vin. Sivia kamu gak apa kan ??” tanya Shilla.
“ Kamu benar-benar mirip dengan Kak Cakka ya.” lirih Sivia dan langsung meninggalkan kelasnya.

Alvin sendiri hanya tertegun baru kali ini ia dibilang mirip dengan Cakka, kakaknya. Selama ini orang-orang disekitarnya hanya membanding-bandingkan dirinya dengan Cakka, apalagi mereka selelu memuju Cakka dan hal itu pula yang dulu membuat Alvin memilih meninggalkan Indonesia. Tapi entah kenapa kata-kata Sivia tadi mulai menumbuhkan sedikit ketertarikan dalam dirinya terhadap gadis itu.

*************

                Sejak saat itu Alvin mulai dekat dengan Sivia, Shilla, dan Gabriel. Sion pun kini sudah tak mengganggu Sivia lagi. Tapi jujur Alvin kadang masih merasa canggung bila didekat Sivia. Setiap kali dia melihat Sivia ia selalu ingat bahwa Sivia dulu adalah kesayangan Cakka begitu pula sebaiknya.Tapi masalah mulai muncul saat pacar Alvin yang bernama Oik mulai datang.

Setiap hari disekolah kerjaannya hanya mengikuti Alvin kemana saja ia pergi. Setiap Alvin ingin berbicara dengan Sivia pun selalu diganggu. Shilla dan Gabriel hanya geleng-geleng melihat tingkah mereka bertiga. Sivia yang tetap cuek pada Alvin walau sebenarnya tak ada yang tau tentang hati Sivia, Alvin yang terihat mulai menyukai Sivia, dan Oik yang selalu menempel Alvin kemana pun Alvin pergi. Toh memang Oik adalah pacar Alvin.

“ Heii, Sivia !! Jangan ganggu pacar Oik dong.” Protes Oik pada suatu hari, Alvin, Shilla, dan Gabriel yang mendengarnya hanya terbelalak.
“ Siapa juga yang ganggu pacar kamu.” kata Sivia dingin sembari meneruskan makan semangkok baksonya.
“ Bener kamu gak ganggu pacar Oik.” kata Oik, yang lain hanya diam mendengarkan.
“ Gak tuh tapi kalau dia yang suka atau ganggu aku gimana ??” tanya Sivia polos, hal itu sukses membuat Alvin malu, apakah semudah itu perasaannya ditebak.
“ Vin, muka kamu kok merah ??” tanya Sivia polos.
“ Kamu demam ya ??” tanya Sivia sambil meletakkan punggung tangannya di kening Alvin.
“ Atau jangan-jangan kamu suka sama aku.” Lanjut Sivia
“ Gak mungkin lah. Alvin sukanya kan sama cewek cantik.” kata Oik sambil mengibaskan rambutnya, Gabriel dan Shilla yang melihat itu hanya geleng-geleng sambil menahan tertawa.
“ Emang aku gak cantik ya ??” tanya Sivia pada siapapun yang mau menjawab.
“ Kamu itu gak cantik Via tapi manis.” puji Shilla, Alvin, dan Gabriel.
“ Ehh.. Oik tau gak. Kalau orang cantik itu ngebosenin kalau dipandang beda kalau sama orang manis yang gak bakal ngebosenin dipandang.” Oik kalah telak dengan perkataan Sivia barusan.

*************

                Berkali-kali Alvin mencoba putus dengan Oik. Setiap Alvin ingin bertemu dan meminta putus Oik selalu menggunakan ide-ide briliannya agar tak bertemu. Entah pura-pura sakit, pergi, ataupun ke salon. Jadilah mereka tidak putus-putus. Sebenarnya Oik itu tidak jahat mungkin ia hanya terlalu sayang kepada Alvin. Dan satu-satunya alasan kenapa Alvin ingin putus dari Oik karena Alvin sadar kalau ia sudah terlanjur sayang kepada Sivia. Gadis yang dulu mengisi ruang hati sang kakak.

*************

                Gadis itu kini tengah berdiri di sebelah makam laki-laki yang dulu ia sayangi. Kenapa dulu ?? Itu karena perlahan gadis ini telah sadar bahwa hatinya mulai tertarik dan dimiliki oleh sang adik dari laki-laki di makam itu.

“ Maaf kalau aku menyayangi adikmu.” lirih Sivia sembari menatap makan Cakka.
“ Kak Cakka asal kakak tau walau sekarang via sadar kalau via menyukai Alvin tapi kakak akan tetap menempati ruang spesial di hati via. Dan kakak mungkin takkan kesepian lagi karena kakak akan ditemani oleh Alvin di hatiku.” kata Sivia sambil menyentuh dadanya.
“ Kakak akan selalu dihatiku.” kata Sivia sambil mencium nisan Cakka.
“ karena kakak adalah yang pertama mengajariku soal cinta dan kasih sayang.” lanjut Sivia sambil menaburkan bungan dan menyiramkan air ke makam Cakka.


“ Siviiaaa…” panggil Alvin yang sedang berjalan pelan ke arah Sivia..


“ Kenapa kamu ada disini ??” tanya Sivia.
“ Aku mencarimu dan aku ingin memberi taukan satu hal.” kata Alvin kini ia duduk disebelah sivia, disebelah makam Cakka.
“ Apa ??” tanya Sivia.
“ Aku akan kembali ke Jerman.” kata Alvin, jujur saja ia ingin Sivia mencegahnya pergi tapi yang ia dapatkan hanya sebuah senyuman dan kata-kata yang sukses merontokkan semua keinginannya.
“ Kalau itu yang terbaik, kembalilah kesana, aku akan selalu mendukungmu.” kata Sivia sambil berdiri, sesekali ia mengibaskan rok abu-abu panjangnya karena terkena tanah. Walau pun jujur Sivia mengatakan semua itu hanya dengan otaknya bukan hatinya.
“ Bukan itu yang aku harapkan.” lirih Alvin.
“ Lalu ??” tanya Sivia.
“ Sudahlah, aku lupa kalau kamu terlalu menyayangi kakakku. Dan aku lupa kalau sama sekali tak ada aku dihatimu.” kata Alvin yang segera pergi meninggalkan Sivia.
“ Kamu salah vin, sekarang kamu lah yang mengisi relung hatiku.” lirih Sivia saat Alvin telah pergi meninggalkannya.
“ Kak Cakka, aku gak tau harus bagaimana lagi.” Kata Sivia kali ini pandangannya mulai kabur karena tertutupi air mata yang mulai menggenangi matanya.

*********

“ Jaga diri kalian berdua.” pesan Gabriel pada Alvin dan Oik.
“ Hati-hati disana ya sayang.” pesan Bu Ika pada Alvin.
“ take care.. Aku pasti kangen, apalagi centilnya kamu.” kali ini shilla yang berkata sambil memeluk Oik.
“ Aku juga.” balas Oik.
“ Jangan lupakan aku ya.” kata Sivia sambil tersenyum manis. Tapi entah kenapa air matanya turun perlahan.
“ Ehhh…” kaget yang lain.
“ Maaf, aku gak tau kenapa aku menangis.” kata Sivia sambil menyeka air matanya. Disekanya terus menerus pun air matanya itu tak mau habis. Ia malah terus menangis malah semakin lama semakin ditambah oleh isakan darinya.
“ Sivia..” lirih Alvin yang langsung memeluk Sivia. Mau tak mau Sivia pun menangis dalam pelukan Alvin.
“ Kenapa kamu menangis ??” tanya Alvin sambil mengusap air mata sivia.
“ Aku tak tau, padahal aku rela kamu pergi.” jawab Sivia.
“ Apakah kamu tau arti kata rela ?? Tapi jika kamu menangis itu berarti kamu tak rela aku pergi.” kata Alvin lagi sambil memandang mata indah milik Sivia.
“ Aku tak tau., tapi vin kemarin saat kamu bertemu aku di makam Cakka. Saat itu aku sedang bercerita kepada Cakka, aku bilang kalau aku mulai menyayangimu. Tapi kamu malah bilang kalau kamu akan meninggalkanku.” kata Sivia pelan, yang lain hanya tertegun mendengar ucapan sivia itu.
“ Dasar bodoh kenapa baru bilang. Aku juga sayang kamu !!” kata Alvin lalu memeluk Sivia lagi.
“ Sudah dong mesranya, ya udah Oik ngalah nih. Oik balik sendiri ke Jerman. Bye semua.” pamit Oik yang lalu meninggalkan semuanya.
“ Kamu gak jadi berangkat ??” tanya Sivia.
“ Gak karena cintaku ada disini.” kata Alvin sambil mencium kening Sivia.
“ Ciiieee…” sorak yang ada disana.


“ Terima kasih Kak Cakka karena kau telah mempertemukan kami.” batin Alvin.
“ Terima kasih Kak Cakka untuk semua waktu yang kau berikan untukku dan sekarang kaua takkan kesepian lagi dihatiku karena ada Alvin yang akan menemanimu.” batin Sivia.



~ TAMAT ~





Tidak ada komentar:

Posting Komentar