Kamis, 03 Januari 2013

Lollipop [4]


[Penembakan]

                Cakka sedang tidur-tidur ayam di atas sofa kamarnya. Semua kejadian tadi siang membuat ia benar-benar bingung. Kenapa ia bisa begitu perhatian dengan Sivia? Dan bagaimana mungkin ia tidak merasakan apa-apa saat ia memeluk Ify?  Ify, cinta pertamanya!

Gadis yang ia sukai adalah Ify, bukan Sivia! Bahkan sekarang ia dalam proses mendekatkan Sivia dengan sahabatnya, Alvin. Semua ini benar-benar tidak masuk akal! Semua pikiran tentang Sivia dan Ify ini, benar-benar mengusiknya.

“Sivia, apa gue cinta sama lo?” tanya Cakka dengan suara pelan.

“Aku juga suka kamu.” Cakka mengerjapkan matanya tidak percaya.

Baru saja ia mendengar dengan jelas suara Sivia, tapi darimana asalnya? Apa sekarang Sivia ada di rumahnya? Cakka segera berlari ke arah jendela kamarnya. Tidak ada siapapun di luar sana. Tapi ia benar-benar yakin mendengar suara Sivia. Didorong rasa penasaran, Cakka pun keluar dari kamarnya.

“Acha, kamu dengar ada yang manggil kakak gak?” tanya Cakka pada adiknya yang sedang asyik menonton televisi.

“Gak ada kok kak.” Acha menjawab sambil menggelengkan kepalanya dan itu membuat dua ikatan rambutnya bergoyang lucu.

“Sudah kukatakan aku suka kamu tapi kenapa kamu masih pergi dengan gadis lain.” Cakka terkesiap lagi. Suara Sivia terasa benar-benar nyata. Mana mungkin ia salah dua kali? Cakka pun segera berlari menuju pintu depan rumahnya. Tapi saat ia membuka pintu, tidak ada Sivia disana. Dan entah kenapa ia benar-benar merasa kecewa.

“Kakak kenapa sih? Lagi nunggu temen yaa?” tanya Acha saat melihat Cakka berjalan gontai ke arahnya.

“Cha, kakak mungkin udah gila.” ucap Cakka sambil memandang adik kecilnya yang berumur 8 tahun itu. Acha sendiri hanya mengangkat bahu tanda tidak paham dengan kata-kata Cakka.

Saat Cakka sedang memperhatikan Acha, mata Cakka tidak sengaja menatap sosok yang sedari tadi ia cari. Dia melihat Sivia sedang berpelukan mesra dengan seorang laki-laki di dalam televisi.

“Siviaaa..” ucap Cakka dengan penuh semangat, ia tau kalau ternyata ia tidak gila. Tadi itu suara Sivia yang ia dengar berasal dari televisi.

“Lho, Kak Cakka kenal artis Aisivia?” tanya Acha saat mendengar Cakka menyebut nama Sivia. Cakka langsung mengangguk semangat menjawab pertanyaan Acha. Sedangkan Acha yang melihat anggukan kepala Cakka pun langsung berbinar senang.

“Beneran kak? Kakak serius? Gimana aslinya? Cantik? Imut? Baik gak? Aduhh Acha suka banget sama Aisivia.” Acha pun tak tanggung-tanggung memberondong Cakka dengan pertanyaan.

“Dia itu imut, mungil, cantik, suka lollipop, dan baik hati.” Cakka tersenyum ringan, matanya masih terus menatap lekat sosok Sivia di dalam televisi.  

“Hayooo, jangan-jangan kakak suka sama Aisivia yaa?” goda Acha.

“Gak ngerti, Cha. Menurut kamu gimana?” Mendengar pertanyaan Cakka, Acha pun melemparkan tatapan bingungnya.

“Kakak kan yang ngerasain, kok nanya ke Acha sih.”

Cakka tidak menanggapi kata-kata Acha dan memutuskan untuk duduk di samping Acha. Entah kenapa ia begitu senang memperhatikan setiap ekspresi yang muncul dari wajah Sivia.

“Drama televisi ini tiap hari apa Cha?” Kedua mata Acha langsung melotot mendengar pertanyaan kakaknya.   

“Hiiii.. Ternyata Kak Cakka beneran gila.”

~Lollipop~

                Ditempat yang berbeda, Sivia juga sedang tiduran di kamarnya. Kondisinya sudah sedikit lebih baik daripada tadi siang. Tapi ada satu hal yang mengusiknya, sedari tadi ia terus memikirkan Cakka dan Alvin. Kalau Alvin sudah jelas, karena ia menyukainya, tapi Cakka? Ia belum menemukan alasan yang tepat kenapa memikirkan laki-laki itu.

 “Gue kok aneh banget sihh..”

“Apa mungkin otak gue agak geser gara-gara kebentur lantai tadi yaa?”

“Tapi kenapa gue ngerasa biasa sama Alvin.”

“Padahal dia pangeran penyelamat gue. Padahal dia terus nungguin gue di Ruang Kesehatan. Padahal Alvin ngantar gue pulang sampai rumah.”

“Padahal gue suka sama Alvin?”

                Sivia menarik rambutnya kesal. Kenapa ia jadi begini. Kenapa sedari tadi otaknya hanya memproses kenangan beberapa hari terakhir, saat ia bersama Cakka. Saat Cakka menawarkan perjanjian, saat Cakka membantunya untuk dekat dengan Alvin, saat Cakka tidak sengaja mendengar ia dihina siswi lain, dan saat Cakka menutup telinganya ketika siswi-siswi lain mulai menghinanya. Kenapa Cakka? Kenapa bukan Alvin?

“Dan kenapa tadi gue kecewa gara-gara gak lihat Cakka di ruang kesehatan.”

“Huuaaaaaaa....” teriak Sivia.

“Sivia?” Sivia langsung membungkam mulutnya saat mendengar panggilan dari luar kamarnya.

“Masuk Kak.”

“Sivia, sudah waktunya minum obat dan tidur.” Sivia memandang gadis cantik dihadapannya sambil tersenyum manis.

“Makasih banyak Kak Feb..” ucap Sivia sambil mengambil botol-botol obat yang disodorkan Febby.

~Lollipop~

                Festival untuk memperingati hari jadi SMA Putra dan Putri Permata akan segera dimulai. Semua siswa mulai mempersiapkan stan mereka masing-masing. Beberapa panitia festival pun  sedang asyik menata cafe buatan mereka. Mulai dari menata meja, menata kursi, sampai menyiapkan makanan yang akan mereka sajikan.

“Sivia, lo udah bener-bener sembuh kan? Muka lo masih kelihatan pucat.” tanya Ify pada Sivia yang sedang berdiri di dekat pintu cafe mereka.

“Udah mendingan kok..”

“Gimana kemarin pulang sama Alvin?” tanya Ify, sebelah matanya mengedip jahil ke arah Sivia.

“Gak kerasa. Gue kemarin cuma tidur di mobilnya aja.”

“Hehh.. cafe udah mau buka. Jangan ngobrol doang dong, mentang-mentang artis.” Sivia menggelengkan kepalanya sebal.

“Capek tau ngurusin kalian.” gumam Sivia pelan sambil menyenggol bahu beberapa siswi dihadapannya. Kesabaran yang sudah ia pupuk selama ini sudah mencapai puncak.

“Mentang-mentang artis jangan sok deh.” Salah seorang dari mereka langsung mendorong Sivia ke belakang, untung saja Ify sempat menahan tubuh Sivia agar tidak membentur pintu kelas.

“Kalian mau main kasar?” Siswi-siswi yang tadi memojokkan Sivia hanya bisa bergidik ngeri melihat tatapan mata Ify dan mendengar suara-suara dari gerakan jemari Ify.

“Guys, bodyguardnya ngamuk.” ucap salah seorang dari mereka, beberapa saat kemudian mereka berhamburan di dalam kelas.

“Gue gak papa kok. Makasih Ify.” Sivia melemparkan senyum manisnya pada Ify.

“Sivia...”

“Anak-anak yang bagiin kepangan pita butuh bantuan lo buat narik perhatian pengunjung. Lo kan artis, jadi pasti mereka langsung kenal sama lo.” Sivia langsung melotot saat melihat salah seorang panitia berbicara dan melambai di depan pintu cafe mereka.

“Gue?” siswa itu hanya mengangguk mendengar pertanyaan Sivia. Sivia sendiri mencoba mengumpulkan nafasnya dan berdoa dengan cepat.

“Ini nih gak enaknya jadi artis.”

“Dan berarti hari ini bersama cowokk...” batin Sivia pasrah.

~Lollipop~

“Ehh.. yang ngasih kepangan pita itu beneran artis? Ayo kesana deh!”

“Artisnya siapa sih?”

“Aisivia Putri, itu lho artis cantik seumuran kita.”

“Katanya aslinya lebih cantik dan imut.” Cakka yang sedang dalam perjalanan menuju sekolahnya hanya bisa merengut sebal mendengar percakapan cowok-cowok di depannya.

“Emangnya Sivia tontonan..” batinnya kesal.

“Tunggu dulu! Sivia sama cowok..” Cakka yang sadar akan sesuatu langsung berlari menuju gerbang sekolahnya.

Saat sampai di dekat pintu gerbang ia melihat Sivia yang mencoba tersenyum ramah ke arah cowok-cowok yang minta kepangan pita padanya. Tapi yang membuat Cakka heran adalah pada bagian Sivia banyak cowok yang mengantri sedangkan bagian milik panitia lain hanya beberapa orang saja yang mengantri disana. Ternyata Sivia benar-benar hebat.

“Dia cantik yaa.”

“Gue yang ngoleksi semua fotonya aja kaget ternyata aslinya jauh lebih cantik.”

“Aduhh, jadi pengen megang tangannya yang bagiin kepangan pita.” Cakka langsung melemparkan tatapan sebal pada cowok-cowok yang berjalan ke arah Sivia.

~Lollipop~

                Dari tadi Sivia terus menghela nafas. Ia berusaha menghilangkan rasa takutnya pada cowok dan pada beberapa kamera yang mengambil fotonya diam-diam.

“Huuaaaaa....” jeritnya dalam hati.

“Sivia, boleh kami minta kepangan pita?” Sivia langsung bergidik ngeri saat salah satu cowok dari kumpulan di depannya itu mengedipkan genit sebelah mata padanya.

“I-ini..” gugup Sivia sambil menyerahkan 5 kepangan pita. Sivia langsung tersentak kaget saat tangannya yang mengulurkan kepangan pita itu digenggam oleh salah satu dari mereka.

“M-maaf..” Sivia mencoba menarik tangannya.

“Halo Sivia.” Cakka yang entah datang dari mana segera merangkul bahu Sivia. Sedangkan dengan cepat ia melemparkan tatapan membunuhnya pada laki-laki yang masih memegang tangan Sivia.

“Cepat lepas tanganmu! Dia Cakka!” Salah seorang dari teman laki-laki itu langsung memperingatkan. Dan tepat setelahnya kelima laki-laki itu berlari menjauh.

“Makasih banyak Kka. Kalau gak ada lo, gue gak tau bakal jadi apa.” kata Sivia sambil memberikan senyum manisnya pada Cakka.

“Sam...”

“Siviiaaaa....” panggilan dari Alvin itu menghentikan kata-kata Cakka sekaligus membuat kedua orang itu menoleh. Cakka sendiri langsung memilih pergi ketika Alvin semakin dekat ke arah mereka.

“Lho.. Kkaa mau ke man...” belum sempat Sivia melanjutkan pertanyaannya Cakka sudah tidak terlihat lagi.

“Cakka kemana Vi?” tanya Alvin yang sekarang sudah berada di depan Sivia.

“Gak tau.”

“Mau gue temenin gak?” tanya Alvin sambil melihat Sivia yang sendirian membagikan kepangan pita.

“Boleh..” Sivia pun melemparkan pandangan terima kasih sambil tersenyum manis.

“Sivia hari ini gue bakal lakuin rencana gue. Rencana yang luar biasa.” batin Alvin sambil memandang Sivia.

~Lollipop~

                Cakka baru saja masuk ke cafe para panitia festival. Pandangan matanya berhenti ketika melihat Ify yang kerepotan membawa pesanan, dengan sigap Cakka pun mengambil alih nampan yang Ify bawa.

“Gue bantuin..” sahut Cakka sambil tersenyum ke arah Ify. Ify hanya tersenyum riang. Dan tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya. Dengan cepat Ify mengambil dan mengetik sesuatu di ponselnya.

“Ikut aku Kka. Ayo kita bolos bekerja.” Ify segera menarik tangan Cakka saat melihat laki-laki itu meletakkan nampan.

“Mau kemana sih Fy?” tanya Cakka yang pasrah tangannya ditarik.

“Siviaaa...” Cakka menatap Ify sejenak kemudian beralih menatap Sivia dan Alvin.

“Ayo kita ke rumah hantu!” ajak Ify sambil menarik tangan Sivia.

“Hah! Rumah hantu?” tanya Sivia takut-takut.

“Emang ada yang buat rumah hantu?”

“Ada, kakak kelas kita.”

“Lo takut yaa..” goda Cakka saat melihat raut tidak yakin dari wajah Sivia.

“Idihhh, gak dong! Ayo jalan!” Mereka berjalan bersama menuju ke rumah hantu. Saat tiba disana raut wajah Sivia masih terlihat tidak yakin. Tapi karena gengsi pada Cakka akhirnya Sivia berjalan di depan, dibelakangnya ada Ify, Cakka, dan Alvin.

“Huaaaa...” Sivia langsung menutup matanya dan jongkok saat melihat sesuatu melintas di depannya.

“Ada yang lewat Ifyyy..” teriak Sivia, Ify dan Alvin pun langsung menenangkan Sivia sementara Cakka tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Sivia.

“Udah dong Kka! Via tenang yaa. Ada gue kok.” kata Alvin sambil mengusap puncak kepala Sivia.

“Cakka.. lo jahat banget sama gue.” kata Sivia saat  sudah mulai tenang.

“Masa lo tega ngetawain gue yang ketakutan..”

“Ini terakhir kali gue usilin lo. Karena setelah ini lo bakal jadi milik Alvin. Dan gue putusin gak akan ganggu lo.”

“Bahkan nanti gue akan bantu dia saat nembak lo.”

“Tapi sekarang gue sadar, lo itu cinta gue. Sedang Ify masa lalu gue.”

~Lollipop~

                Alvin membawa Sivia ke atap sekolah. Sedangkan dari bawah Cakka mengamati mereka berdua, bersiap meluncurkan kembang api yang nanti akan membawa cintanya pergi. Sivia sendiri bingung kenapa ia dibawa kesini, dipisahkan dengan Cakka dan Ify. Kenapa Cakka lagi? Perlahan Alvin menggenggam tangan Sivia, mencoba menatap ke dalam mata Sivia.

“Sivia, gue gak tau apa yang terjadi sama gue.”

“Gue yang sebelumnya adalah Alvin yang dingin sama semua cewek. Tapi sekarang gue bisa bener-bener peduli sama seorang cewek. Dan gue beruntung karena cewek itu lo.”

“Gue memang bukan orang yang romantis. Makanya gue cuma mau bilang, gue suka sama lo! Sebagai buktinya lihatlah ke langit.”

“Duaaaarrr....” Sivia menatap kembang api yang baru saja dinyalakan oleh Cakka. Alvin tersenyum melihat bibir Sivia melukis senyuman.

“Kembang api itu hadiah dari gue.”

“Jadi?” tanya Alvin. Sivia memejamkan matanya sejenak. Dan yang terbayang disana adalah wajah seorang laki-laki yang menggugah hatinya.

~Lollipop~

                Cakka berdiri mematung sambil menatap ke arah langit, kembang apinya meledak sama seperti hatinya yang hancur. Hatinya bertambah sakit ketika melihat Alvin berpelukan dengan Sivia. Matanya menerawang jauh, ia sadar sekarang. Mungkin cinta tak harus memiliki?

“Cakka..” Cakka memutar kepalanya, entah sejak kapan tangannya digenggam lembut oleh Ify.

“Gue suka sama lo, Kka. Dan lo mau jadi pacar gue lagi kan? Gue janji gak akan mutusin lo tanpa alasan lagi.” Ify memadang Cakka dengan penuh harap. Sedangkan Cakka memutuskan untuk memeluk Ify, mencoba menenangkan hatinya sendiri.

“Makasih Kka. Makasih mau jadi pacarku lagi.” Cakka terdiam, ia memang belum mengatakan iya tapi tidak ada salahnya mencoba berpacaran lagi dengan Ify. Mungkin saja ia akan kembali suka pada gadisnya itu dan melupakan semua tentang Sivia.

“Sama-sama..” kata Cakka dengan suara yang benar-benar pelan.

“Siviaaaaa...” Cakka dan Ify langsung beralih menatap sumber suara.

Mereka berdua benar-benar terkejut. Saat ini Sivia sedang berada dalam pelukan Alvin. Cakka kembali merasakan sakit pada hatinya. Tapi kenapa ia sama sekali tidak sadar kalau dua orang itu berada disana. Sivia dan Alvin dibawah? Sivia tau dia dan Ify balikan? Dan kenapa Sivia pingsan?

“Apa gue salah lagi?” Cakka memandang sendu Alvin yang menggendong tubuh Sivia, sementara Ify ikut mengantar Alvin ke Ruang Kesehatan.

“Sivia, gue pengen tau apa yang lo rasain sekarang..”

****

***Selamat dan terima kasih udah mau baca***
***Tolong tinggalkan jejak buat penulis***


_mei_



Tidak ada komentar:

Posting Komentar