[Penembakan]
Cakka sedang tidur-tidur ayam di
atas sofa kamarnya. Semua kejadian tadi siang membuat ia benar-benar bingung.
Kenapa ia bisa begitu perhatian dengan Sivia? Dan bagaimana mungkin ia tidak
merasakan apa-apa saat ia memeluk Ify? Ify,
cinta pertamanya!
Gadis yang ia sukai adalah Ify, bukan Sivia! Bahkan sekarang ia dalam
proses mendekatkan Sivia dengan sahabatnya, Alvin. Semua ini benar-benar tidak
masuk akal! Semua pikiran tentang Sivia dan Ify ini, benar-benar mengusiknya.
“Sivia, apa
gue cinta sama lo?” tanya Cakka dengan suara pelan.
“Aku juga suka
kamu.” Cakka mengerjapkan matanya tidak percaya.
Baru saja ia mendengar dengan jelas suara Sivia, tapi darimana asalnya?
Apa sekarang Sivia ada di rumahnya? Cakka segera berlari ke arah jendela
kamarnya. Tidak ada siapapun di luar sana. Tapi ia benar-benar yakin mendengar
suara Sivia. Didorong rasa penasaran, Cakka pun keluar dari kamarnya.
“Acha, kamu
dengar ada yang manggil kakak gak?” tanya Cakka pada adiknya yang sedang asyik menonton
televisi.
“Gak ada kok kak.”
Acha menjawab sambil menggelengkan kepalanya dan itu membuat dua ikatan rambutnya
bergoyang lucu.
“Sudah
kukatakan aku suka kamu tapi kenapa kamu masih pergi dengan gadis lain.” Cakka
terkesiap lagi. Suara Sivia terasa benar-benar nyata. Mana mungkin ia salah dua
kali? Cakka pun segera berlari menuju pintu depan rumahnya. Tapi saat ia
membuka pintu, tidak ada Sivia disana. Dan entah kenapa ia benar-benar merasa
kecewa.
“Kakak kenapa
sih? Lagi nunggu temen yaa?” tanya Acha saat melihat Cakka berjalan gontai ke
arahnya.
“Cha, kakak
mungkin udah gila.” ucap Cakka sambil memandang adik kecilnya yang berumur 8
tahun itu. Acha sendiri hanya mengangkat bahu tanda tidak paham dengan
kata-kata Cakka.
Saat Cakka sedang memperhatikan Acha, mata Cakka tidak sengaja menatap
sosok yang sedari tadi ia cari. Dia melihat Sivia sedang berpelukan mesra
dengan seorang laki-laki di dalam televisi.
“Siviaaa..”
ucap Cakka dengan penuh semangat, ia tau kalau ternyata ia tidak gila. Tadi itu
suara Sivia yang ia dengar berasal dari televisi.
“Lho, Kak
Cakka kenal artis Aisivia?” tanya Acha saat mendengar Cakka menyebut nama Sivia.
Cakka langsung mengangguk semangat menjawab pertanyaan Acha. Sedangkan Acha
yang melihat anggukan kepala Cakka pun langsung berbinar senang.
“Beneran kak?
Kakak serius? Gimana aslinya? Cantik? Imut? Baik gak? Aduhh Acha suka banget
sama Aisivia.” Acha pun tak tanggung-tanggung memberondong Cakka dengan
pertanyaan.
“Dia itu imut,
mungil, cantik, suka lollipop, dan baik hati.” Cakka tersenyum ringan, matanya
masih terus menatap lekat sosok Sivia di dalam televisi.
“Hayooo, jangan-jangan
kakak suka sama Aisivia yaa?” goda Acha.
“Gak ngerti,
Cha. Menurut kamu gimana?” Mendengar pertanyaan Cakka, Acha pun melemparkan
tatapan bingungnya.
“Kakak kan
yang ngerasain, kok nanya ke Acha sih.”
Cakka tidak menanggapi kata-kata Acha dan memutuskan untuk duduk di
samping Acha. Entah kenapa ia begitu senang memperhatikan setiap ekspresi yang
muncul dari wajah Sivia.
“Drama
televisi ini tiap hari apa Cha?” Kedua mata Acha langsung melotot mendengar
pertanyaan kakaknya.
“Hiiii..
Ternyata Kak Cakka beneran gila.”
~Lollipop~
Ditempat yang berbeda, Sivia juga
sedang tiduran di kamarnya. Kondisinya sudah sedikit lebih baik daripada tadi
siang. Tapi ada satu hal yang mengusiknya, sedari tadi ia terus memikirkan
Cakka dan Alvin. Kalau Alvin sudah jelas, karena ia menyukainya, tapi Cakka? Ia
belum menemukan alasan yang tepat kenapa memikirkan laki-laki itu.
“Gue kok aneh banget sihh..”
“Apa mungkin
otak gue agak geser gara-gara kebentur lantai tadi yaa?”
“Tapi kenapa
gue ngerasa biasa sama Alvin.”
“Padahal dia
pangeran penyelamat gue. Padahal dia terus nungguin gue di Ruang Kesehatan.
Padahal Alvin ngantar gue pulang sampai rumah.”
“Padahal gue
suka sama Alvin?”
Sivia menarik rambutnya kesal.
Kenapa ia jadi begini. Kenapa sedari tadi otaknya hanya memproses kenangan
beberapa hari terakhir, saat ia bersama Cakka. Saat Cakka menawarkan
perjanjian, saat Cakka membantunya untuk dekat dengan Alvin, saat Cakka tidak
sengaja mendengar ia dihina siswi lain, dan saat Cakka menutup telinganya
ketika siswi-siswi lain mulai menghinanya. Kenapa Cakka? Kenapa bukan Alvin?
“Dan kenapa
tadi gue kecewa gara-gara gak lihat Cakka di ruang kesehatan.”
“Huuaaaaaaa....”
teriak Sivia.
“Sivia?” Sivia
langsung membungkam mulutnya saat mendengar panggilan dari luar kamarnya.
“Masuk Kak.”
“Sivia, sudah
waktunya minum obat dan tidur.” Sivia memandang gadis cantik dihadapannya
sambil tersenyum manis.
“Makasih
banyak Kak Feb..” ucap Sivia sambil mengambil botol-botol obat yang disodorkan
Febby.
~Lollipop~
Festival untuk memperingati hari
jadi SMA Putra dan Putri Permata akan segera dimulai. Semua siswa mulai
mempersiapkan stan mereka masing-masing. Beberapa panitia festival pun sedang asyik menata cafe buatan mereka. Mulai
dari menata meja, menata kursi, sampai menyiapkan makanan yang akan mereka
sajikan.
“Sivia, lo
udah bener-bener sembuh kan? Muka lo masih kelihatan pucat.” tanya Ify pada
Sivia yang sedang berdiri di dekat pintu cafe mereka.
“Udah
mendingan kok..”
“Gimana
kemarin pulang sama Alvin?” tanya Ify, sebelah matanya mengedip jahil ke arah
Sivia.
“Gak kerasa.
Gue kemarin cuma tidur di mobilnya aja.”
“Hehh.. cafe
udah mau buka. Jangan ngobrol doang dong, mentang-mentang artis.” Sivia
menggelengkan kepalanya sebal.
“Capek tau
ngurusin kalian.” gumam Sivia pelan sambil menyenggol bahu beberapa siswi
dihadapannya. Kesabaran yang sudah ia pupuk selama ini sudah mencapai puncak.
“Mentang-mentang
artis jangan sok deh.” Salah seorang dari mereka langsung mendorong Sivia ke
belakang, untung saja Ify sempat menahan tubuh Sivia agar tidak membentur pintu
kelas.
“Kalian mau
main kasar?” Siswi-siswi yang tadi memojokkan Sivia hanya bisa bergidik ngeri
melihat tatapan mata Ify dan mendengar suara-suara dari gerakan jemari Ify.
“Guys,
bodyguardnya ngamuk.” ucap salah seorang dari mereka, beberapa saat kemudian
mereka berhamburan di dalam kelas.
“Gue gak papa
kok. Makasih Ify.” Sivia melemparkan senyum manisnya pada Ify.
“Sivia...”
“Anak-anak
yang bagiin kepangan pita butuh bantuan lo buat narik perhatian pengunjung. Lo
kan artis, jadi pasti mereka langsung kenal sama lo.” Sivia langsung melotot
saat melihat salah seorang panitia berbicara dan melambai di depan pintu cafe
mereka.
“Gue?” siswa
itu hanya mengangguk mendengar pertanyaan Sivia. Sivia sendiri mencoba mengumpulkan
nafasnya dan berdoa dengan cepat.
“Ini nih gak
enaknya jadi artis.”
“Dan berarti
hari ini bersama cowokk...” batin Sivia pasrah.
~Lollipop~
“Ehh.. yang
ngasih kepangan pita itu beneran artis? Ayo kesana deh!”
“Artisnya
siapa sih?”
“Aisivia Putri,
itu lho artis cantik seumuran kita.”
“Katanya
aslinya lebih cantik dan imut.” Cakka yang sedang dalam perjalanan menuju
sekolahnya hanya bisa merengut sebal mendengar percakapan cowok-cowok di
depannya.
“Emangnya
Sivia tontonan..” batinnya kesal.
“Tunggu dulu!
Sivia sama cowok..” Cakka yang sadar akan sesuatu langsung berlari menuju
gerbang sekolahnya.
Saat sampai di dekat pintu gerbang ia melihat Sivia yang mencoba
tersenyum ramah ke arah cowok-cowok yang minta kepangan pita padanya. Tapi yang
membuat Cakka heran adalah pada bagian Sivia banyak cowok yang mengantri
sedangkan bagian milik panitia lain hanya beberapa orang saja yang mengantri disana.
Ternyata Sivia benar-benar hebat.
“Dia cantik
yaa.”
“Gue yang
ngoleksi semua fotonya aja kaget ternyata aslinya jauh lebih cantik.”
“Aduhh, jadi
pengen megang tangannya yang bagiin kepangan pita.” Cakka langsung melemparkan
tatapan sebal pada cowok-cowok yang berjalan ke arah Sivia.
~Lollipop~
Dari tadi Sivia terus menghela
nafas. Ia berusaha menghilangkan rasa takutnya pada cowok dan pada beberapa
kamera yang mengambil fotonya diam-diam.
“Huuaaaaa....”
jeritnya dalam hati.
“Sivia, boleh
kami minta kepangan pita?” Sivia langsung bergidik ngeri saat salah satu cowok
dari kumpulan di depannya itu mengedipkan genit sebelah mata padanya.
“I-ini..” gugup
Sivia sambil menyerahkan 5 kepangan pita. Sivia langsung tersentak kaget saat
tangannya yang mengulurkan kepangan pita itu digenggam oleh salah satu dari
mereka.
“M-maaf..”
Sivia mencoba menarik tangannya.
“Halo Sivia.”
Cakka yang entah datang dari mana segera merangkul bahu Sivia. Sedangkan dengan
cepat ia melemparkan tatapan membunuhnya pada laki-laki yang masih memegang
tangan Sivia.
“Cepat lepas
tanganmu! Dia Cakka!” Salah seorang dari teman laki-laki itu langsung memperingatkan.
Dan tepat setelahnya kelima laki-laki itu berlari menjauh.
“Makasih
banyak Kka. Kalau gak ada lo, gue gak tau bakal jadi apa.” kata Sivia sambil
memberikan senyum manisnya pada Cakka.
“Sam...”
“Siviiaaaa....”
panggilan dari Alvin itu menghentikan kata-kata Cakka sekaligus membuat kedua
orang itu menoleh. Cakka sendiri langsung memilih pergi ketika Alvin semakin
dekat ke arah mereka.
“Lho.. Kkaa
mau ke man...” belum sempat Sivia melanjutkan pertanyaannya Cakka sudah tidak
terlihat lagi.
“Cakka kemana
Vi?” tanya Alvin yang sekarang sudah berada di depan Sivia.
“Gak tau.”
“Mau gue
temenin gak?” tanya Alvin sambil melihat Sivia yang sendirian membagikan
kepangan pita.
“Boleh..”
Sivia pun melemparkan pandangan terima kasih sambil tersenyum manis.
“Sivia hari ini
gue bakal lakuin rencana gue. Rencana yang luar biasa.” batin Alvin sambil
memandang Sivia.
~Lollipop~
Cakka baru saja masuk ke cafe
para panitia festival. Pandangan matanya berhenti ketika melihat Ify yang
kerepotan membawa pesanan, dengan sigap Cakka pun mengambil alih nampan yang
Ify bawa.
“Gue
bantuin..” sahut Cakka sambil tersenyum ke arah Ify. Ify hanya tersenyum riang.
Dan tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya. Dengan cepat Ify mengambil dan
mengetik sesuatu di ponselnya.
“Ikut aku Kka.
Ayo kita bolos bekerja.” Ify segera menarik tangan Cakka saat melihat laki-laki
itu meletakkan nampan.
“Mau kemana
sih Fy?” tanya Cakka yang pasrah tangannya ditarik.
“Siviaaa...”
Cakka menatap Ify sejenak kemudian beralih menatap Sivia dan Alvin.
“Ayo kita ke
rumah hantu!” ajak Ify sambil menarik tangan Sivia.
“Hah! Rumah
hantu?” tanya Sivia takut-takut.
“Emang ada
yang buat rumah hantu?”
“Ada, kakak
kelas kita.”
“Lo takut
yaa..” goda Cakka saat melihat raut tidak yakin dari wajah Sivia.
“Idihhh, gak
dong! Ayo jalan!” Mereka berjalan bersama menuju ke rumah hantu. Saat tiba
disana raut wajah Sivia masih terlihat tidak yakin. Tapi karena gengsi pada
Cakka akhirnya Sivia berjalan di depan, dibelakangnya ada Ify, Cakka, dan
Alvin.
“Huaaaa...”
Sivia langsung menutup matanya dan jongkok saat melihat sesuatu melintas di
depannya.
“Ada yang
lewat Ifyyy..” teriak Sivia, Ify dan Alvin pun langsung menenangkan Sivia
sementara Cakka tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Sivia.
“Udah dong
Kka! Via tenang yaa. Ada gue kok.” kata Alvin sambil mengusap puncak kepala
Sivia.
“Cakka.. lo
jahat banget sama gue.” kata Sivia saat sudah
mulai tenang.
“Masa lo tega
ngetawain gue yang ketakutan..”
“Ini terakhir kali
gue usilin lo. Karena setelah ini lo bakal jadi milik Alvin. Dan gue putusin
gak akan ganggu lo.”
“Bahkan nanti gue
akan bantu dia saat nembak lo.”
“Tapi sekarang
gue sadar, lo itu cinta gue. Sedang Ify masa lalu gue.”
~Lollipop~
Alvin membawa Sivia ke atap
sekolah. Sedangkan dari bawah Cakka mengamati mereka berdua, bersiap meluncurkan
kembang api yang nanti akan membawa cintanya pergi. Sivia sendiri bingung
kenapa ia dibawa kesini, dipisahkan dengan Cakka dan Ify. Kenapa Cakka lagi? Perlahan
Alvin menggenggam tangan Sivia, mencoba menatap ke dalam mata Sivia.
“Sivia, gue
gak tau apa yang terjadi sama gue.”
“Gue yang sebelumnya
adalah Alvin yang dingin sama semua cewek. Tapi sekarang gue bisa bener-bener
peduli sama seorang cewek. Dan gue beruntung karena cewek itu lo.”
“Gue memang bukan
orang yang romantis. Makanya gue cuma mau bilang, gue suka sama lo! Sebagai
buktinya lihatlah ke langit.”
“Duaaaarrr....”
Sivia menatap kembang api yang baru saja dinyalakan oleh Cakka. Alvin tersenyum
melihat bibir Sivia melukis senyuman.
“Kembang api
itu hadiah dari gue.”
“Jadi?” tanya
Alvin. Sivia memejamkan matanya sejenak. Dan yang terbayang disana adalah wajah
seorang laki-laki yang menggugah hatinya.
~Lollipop~
Cakka berdiri mematung sambil
menatap ke arah langit, kembang apinya meledak sama seperti hatinya yang hancur.
Hatinya bertambah sakit ketika melihat Alvin berpelukan dengan Sivia. Matanya
menerawang jauh, ia sadar sekarang. Mungkin cinta tak harus memiliki?
“Cakka..”
Cakka memutar kepalanya, entah sejak kapan tangannya digenggam lembut oleh Ify.
“Gue suka sama
lo, Kka. Dan lo mau jadi pacar gue lagi kan? Gue janji gak akan mutusin lo
tanpa alasan lagi.” Ify memadang Cakka dengan penuh harap. Sedangkan Cakka memutuskan
untuk memeluk Ify, mencoba menenangkan hatinya sendiri.
“Makasih Kka.
Makasih mau jadi pacarku lagi.” Cakka terdiam, ia memang belum mengatakan iya
tapi tidak ada salahnya mencoba berpacaran lagi dengan Ify. Mungkin saja ia akan
kembali suka pada gadisnya itu dan melupakan semua tentang Sivia.
“Sama-sama..”
kata Cakka dengan suara yang benar-benar pelan.
“Siviaaaaa...”
Cakka dan Ify langsung beralih menatap sumber suara.
Mereka berdua benar-benar terkejut. Saat ini Sivia sedang berada dalam
pelukan Alvin. Cakka kembali merasakan sakit pada hatinya. Tapi kenapa ia sama
sekali tidak sadar kalau dua orang itu berada disana. Sivia dan Alvin dibawah? Sivia
tau dia dan Ify balikan? Dan kenapa Sivia pingsan?
“Apa gue salah
lagi?” Cakka memandang sendu Alvin yang menggendong tubuh Sivia, sementara Ify
ikut mengantar Alvin ke Ruang Kesehatan.
“Sivia, gue
pengen tau apa yang lo rasain sekarang..”
****
***Selamat dan terima kasih udah
mau baca***
***Tolong tinggalkan jejak buat
penulis***
_mei_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar