[Lollipop Lemon-Asam.]
Sivia
memandang sekelilingnya, semuanya masih terlihat gelap dan samar. Pelan-pelan
Sivia mencoba memandang sekelilingnya lagi, ini kamarnya. Sivia pun menghela
nafas berat dan memejamkan matanya lagi.
Beberapa
potongan kejadian sebelum dia pingsan muncul dibenaknya. Ify menembak Cakka,
mereka berpelukan, dan mereka jadian. Air mata yang sudah ia tahan dari tadi
pun akhirnya luruh juga.
“Lalu untuk apa aku melakukan itu,
Cakka.” ucapnya lirih.
“Hari ini Aisivia Putri patah
hati.” ucap Sivia sambil menutup mulutnya, menahan isakan yang mendesak keluar.
~Lollipop~
Acha
menarik tangan Cakka dengan semangat saat keduanya sudah sampai di pintu masuk
Dufan. Hari ini Acha memang sengaja mengajak Cakka pergi karena dari kemarin
kakaknya terlihat tidak semangat. Sebenarnya ada alasan yang lain juga, Acha
diberi tau oleh salah satu temannya kalau hari ini artis kesukaannya ada
pemotretan disini. Ia berencana menemui artis kesukaannya itu bagaimana pun
caranya.
Cakka
sendiri sedari tadi hanya diam dan sibuk memutar ingatannya, berulang kali ia
lakukan berulang kali pula ia melihat hal yang sama. Disana, yang terlihat
hanyalah bayangan Sivia dan Alvin yang berpelukan di atap sekolah.
Tapi ada yang
membuat Cakka bingung, Sivia dan Alvin yang entah sejak kapan berdiri di
dekatnya dan Ify. Apalagi melihat Sivia pingsan dalam pelukan Alvin. Ia tau ada
yang tidak beres tapi rasa kecewa karena kehilangan Sivia menutupi semua opini
yang muncul dari otaknya. Setidaknya yang ia simpulkan adalah sekarang Sivia
milik Alvin. Lamunan Cakka langsung buyar ketika tangan kecil adiknya menarik
bajunya.
“Kak Cakka kenapa masih lesu sih?
Kakak gak suka pergi bareng Acha? Kakak gak suka nemenin Acha yaa?” Cakka buru-buru
menatap Acha dan menampakkan senyumnya saat melihat kedua mata Acha yang
berkaca-kaca.
“Gak kok sayang, kakak senang
banget bisa nemenin kamu.” Cakka segera mengangkat tubuh Acha dengan kedua
tangannya dan mencium pipi adiknya.
“Kakak beneran senang kok, ayo
kita ke istana boneka.” ajak Cakka sambil menurunkan Acha dari gendongannya.
“Ayoo...” balas Acha dengan
semangat.
~Lollipop~
Sivia
memandang ke hamparan awan di langit sambil melukiskan senyum termanisnya.
Seketika itu juga kilauan blitz dari kamera pun bermunculan. Disini, sekarang
ini, Sivia berniat mengubah hidupnya, jangan lagi sedih, jangan lagi takut pada
cowok, jangan diam saja jika disindir atau digencet murid cewek, dan tidak takut lagi pada kamera serta
blitznya.
“Ayo Sivia, lo pasti bisa!” seru
Sivia dengan suara pelan, berusaha menyemangati dirinya sendiri.
“Oke! Kita break dulu. Terima kasih semuanya.” teriak sang juru foto.
“Sivia, kamu bener-bener berubah
yaa. Habis sakit jadi mau nerima semua job pemotretan. Padahal dulu kamu paling
anti sama kamera dan antek-anteknya.” kata Febby, manajer Sivia. Sivia hanya melemparkan
senyum singkat sambil menyembunyikan tatapan kecutnya.
“Karena Cakka banyak nasehatin gue kak.” batin Sivia.
Sivia jadi
ingat saat dia dan yang lainnya berjalan di rumah hantu. Kemarin, diam-diam
Cakka membisiki banyak nasehat padanya. Mulai dari hal yang sepele sampai
hal-hal yang benar-benar ditakuti Sivia. Mungkin nasehat itu tanda perpisahan
karena laki-laki itu akan jadian dengan Ify.
“Aisiviaaaa....” Mendengar
namanya dipanggil, Sivia langsung menoleh ke sumber suara dan detik berikutnya
ia membeku di tempatnya.
~Lollipop~
Cakka
dan Acha berjalan dengan ringan menuju istana boneka. Untuk Acha, sejenak Cakka
akan melupakan kekecewaan dari hatinya. Tapi tiba-tiba Acha berhenti berjalan dan
menunjukkan pandangan mata yang berbinar senang.
“Ada apa Cha?” tanya Cakka sambil
melihat ke arah mana Acha memandang.
“Aisiviaaaaa....” Untuk beberapa
detik Cakka masih terpaku melihat Sivia yang menoleh ke arahnya. Dan pada detik
berikutnya ia melihat Acha yang berlari ke arah Sivia.
“Achaaa...” Cakka pun segera
berlari menyusul Acha yang sudah sampai di depan Sivia.
“Kakak beneran artis Aisivia kan?
Katanya kakak temennya Kak Cakka juga yaa?” Sivia hanya mengangguk dan
menggerakkan tangannya untuk menggendong Acha.
“Iyaa.. Kamu lucu banget sih.”
kata Sivia sambil mencium pipi Acha.
“Biar gue aja yang gendong. Lo
sempoyongan gitu!” ucap Cakka sambil mengambil alih Acha dari gendongan Sivia
saat melihat kaki Sivia yang gemetaran.
“Kak Aisivia
ikut jalan-jalan sama Acha yaa?” pinta Acha dengan tatapan yang memelas.
“Udahh Acha
jangan ganggu Kak Sivia lagi yaa. Kak Sivia pasti sedang sibuk kerja.” Sivia
tersenyum pahit mendengar kata-kata Cakka.
Niat Cakka sebenarnya baik, ia hanya tidak ingin Sivia capek tapi di sisi
lain Sivia berpikir kalau Cakka sengaja menjauhinya supaya Ify tidak cemburu.
“Nama kamu
Acha yaa?” tanya Sivia. Acha pun membalas pertanyaan Sivia dengan anggukan
ringan.
“Maaf yaa Acha
sayang, kakak gak bisa nemenin kamu jalan-jalan. Kakak masih ada pekerjaan.”
Sivia mencoba menahan rasa sakit hatinya sambil mengelus pelan pipi Acha.
“Sivia, kata
Pak Sutradara kamu dapat break sampai
sore. Pemotretan selanjutnya di bianglala saat matahari terbenam.” Sivia mengerutkan
keningnya. Penjelasan dari Febby benar-benar menghancurkan niatnya untuk
menjauh dari Cakka. Ia tidak mungkin sanggup menolak Acha apalagi melihat
tatapan berharap yang dilemparkan Acha kepadanya.
“Gimana kak?” tanya Acha dengan
tatapan berbinar dan penuh harap. Sivia pun mengangguk pasrah. Melihat itu,
Acha langsung melompat turun dari gendongan Cakka dan segera menggandeng
tangannya.
“Ayooo bersenang-senang.” teriak
Acha semangat.
“Kak Febby, Sivia pergi dulu
yaa!” Sivia segera menyusul Acha dan Cakka saat melihat acungan jempol Febby.
~Lollipop~
Seharian
ini Sivia benar-benar bersenang-senang dengan Acha dan Cakka. Sejenak Sivia dan
Cakka melupakan bagaimana terkoyaknya perasaan mereka kemarin. Mereka memilih
menikmati hari ini, karena ke depannya belum tentu mereka akan punya waktu
berdua lagi.
Yang
pertama mereka kunjungi adalah istana boneka, Sivia ingat saat secara tak
sengaja Cakka memujinya dengan mengatakan kalau dia dan Acha lebih imut daripada
semua boneka yang ada disana.
“Kak Sivia, bonekanya lucu dan
imut banget ya.” puji Acha, sekarang Acha juga memanggil Sivia dengan nama
panggilannya dan bukan nama lengkapnya. Kata Sivia sih, biar lebih akrab.
“Iya, super duper lucu sama imut.
Jadi pengen bawa pulang.” balas Sivia dengan wajah yang gembira.
“Kalian berdua aneh yaa, kalian
berdua gak sadar kalau kalian jauh lebih imut dari semua boneka disini.” Acha
dan Sivia langsung terkekeh geli saat mendengar kata-kata Cakka, apalagi
melihat pipi Cakka yang bersemu merah karena memuji mereka.
“Dasar gombal..” ucap Acha dan
Sivia.
“Hahaha..”
Yang
kedua adalah poci-poci. Sivia jelas mengingat kejadian disana. Saat secara
tidak sengaja Acha memutar terlalu keras dan pada akhirnya Cakka memeluk erat
tubuh Acha dengan tangan kirinya sementara tangan laki-laki itu melingkari
kepala Sivia agar dia tidak pusing.
“Kalian tidak apa-apa?” tanya
Cakka setelah mereka turun dari poci-poci. Acha mengangguk senang sementara wajah
Sivia bersemu merah.
“Lo gak demam kan Vi? Muka lo
merah banget.” tanya Cakka sambil
menggerakkan tangannya untuk menyentuh kening Sivia.
“Ehhh.. gak apa-apa kok. Kelamaan
kena matahari mungkin.” jawab Sivia sambil menahan tangan Cakka.
“Muka gue merah karena lo peluk
kepala gue tau.” batin Sivia.
Yang
ketiga adalah rumah miring, Sivia jadi senyum-senyum sendiri saat membayangkan
kejadian di rumah miring tadi. Sivia ingat jelas saat ia tidak bisa menjaga
keseimbangannya dan akhirnya jatuh menimpa Cakka. Dan disana Acha tertawa keras
melihat mereka berdua.
Setelah
itu masih banyak permainan lagi yang
mereka coba. Dan semuanya terasa menyenangkan. Dan hari ini akan berakhir saat
bianglala berhenti berputar. Disini ia akan resmi kehilangan cintanya, Cakka.
“Achaa, kakak balik ke tempat
pemotretan lagi yaa. Kamu baik-baik yaa.” kata Sivia sambil mencium pipi
Acha.
“Cakka, terima kasih untuk hari
yang menyenangkan. Dan selamat karena lo sama Ify udah balikan.” Cakka
termenung sesaat, ia merasa sakit mendengar Sivia mengatakan itu. Andai ia bisa
mengatakan kalau yang ia cintai itu Sivia bukan Ify.
“Selamat juga buat lo karena udah
jadian sama Alvin.”
“Hah?! Tapi gue gak...” ucapan
Sivia terpotong saat ia mendengar teriakan Febby.
“Hadiah untuk kalian.” Sivia
memberikan sebatang lollipop strawberry pada Acha dan lollipop lemon untuk
Cakka.
“Lo tau rasa lollipop lemon?”
bisik Sivia pada Cakka.
“Asam Kka. Makasih untuk
semuanya. Dan tolong jaga Ify.” Sivia pun berjalan meninggalkan Acha dan Cakka.
“Sivia, gue tau rasa asam.
Rasanya sama kaya cinta gue ke lo.” batin Cakka sambil tersenyum kecut.
~Lollipop~
Sivia
sedang mengambil kumpulan surat cinta di lokernya saat Ify menghampirinya
dengan wajah bahagia. Sivia sendiri sedang berusaha menekan rasa irinya.
Sesekali ia menggerakkan bibirnya untuk menyiapkan senyum termanisnya.
“Siviaaaaa....” Ify segera
merangkul leher Sivia dengan manja.
“Tau deh yang baru jadian. Pajaknya
mana nih?” kata Sivia dengan nada ringan.
“Nanti gue bakal traktir lo di
kantin gabungan deh. Ada Alvin juga lho.” goda Ify sambil mengedipkan sebelah
matanya pada Sivia.
“Gue nggak jadian sama Alvin
tau.” kata Sivia sambil berjalan meninggalkan Ify.
“HAH?! Maksud lo apa?” Sivia
terus berjalan meninggalkan Ify yang masih melongo di depan lokernya.
“Siviaaa...” teriak Ify.
~Lollipop~
Sivia
sekarang sedang berjalan menuju kantin gabungan. Ia memang sengaja menghilang
duluan sebelum Ify kembali memberondongnya dengan sejuta pertanyaan lagi. Tapi
tiba-tiba saja ia langsung ditarik oleh beberapa kumpulan cewek.
“Sakit!” jerit Sivia saat
tubuhnya didorong keras sampai membentur tembok.
“Lo, jangan macam-macam!” kata
salah seorang dari mereka sambil menarik dagu Sivia.
“Macam-macam gimana sih? Gue
punya salah apa sama kalian?” tanya Sivia, mulutunya berbicara dengan lancar
dan tegas tapi tangannya yang mengepal erat sangat gemetaran.
“Lo tau gak? Gara-gara ada lo
disini, cowok-cowok sama sekali nggak ngelirik kita. Lo itu cuma pengganggu.
Sok cantik lah, sok manis lah, sok imut lah.” Sivia membulatkan matanya agar
menimbulkan efek menakutkan tapi gadis-gadis yang disana hanya tertawa.
“Kami gak bakal takut sama cewek
kecil macam lo.”
“Tapi bagus juga yaa! Kalau muka
artis lo ini kena tamparan. Atau sekalian lecet juga.”
“PLAAAKK..”
“Ehh, kayaknya kalau cuma satu
tamparan kurang tuh.”
“Gak ma-in ka-sar!” Gadis-gadis
yang mengelilingi Sivia langsung mundur melihat Cakka yang menahan tangan gadis
yang akan menampar Sivia lagi.
“Kalau dalam hitungan kelima
kalian gak cepat pergi. Video ini bakal gue sebarin ke seluruh sekolah, bahkan bisa
gue jual ke stasiun tv. Lucu kali yaa, kalau besok headlinenya cewek-cewek gila
nge-bully artis imut.” Mendengar
kata-kata Cakka, gadis-gadis disana langsung pucat pasi, kalau video itu
disebar ke sekolah pasti mereka kena skorsing tapi kalau sampai video itu
diputar di stasiun tv pasti tidak ada laki-laki yang mau pada cewek brutal
macam mereka.
“Satu...”
“Dua..”
“Tiga..” Cakka tersenyum puas
saat melihat gadis-gadis itu pergi dari sana.
“Sivia, lo gak apa-apa kan?”
tanya Cakka sambil menyentuh lebam di pipi Sivia.
“Sakit..”
“Ehh, Kka tolong bilang ke Ify.
Gue gak bisa ikut makan-makan. Dan makasih banyak.” Sivia pun langsung pergi
begitu saja dari sana.
~Lollipop~
Cakka
melihat Ify dan Alvin yang sedang bercanda. Entah kenapa saat ini Cakka ingin
merangsek maju ke arah Alvin dan memukulnya keras, tapi semua keinginan itu ia
tahan dengan kuat.
“Halo Kka!” sapa Ify dan Alvin
saat melihat Cakka yang berjalan kearahnya.
“Berarti kurang Sivia.” ucap Ify saat Cakka
mengambil tempat duduk di sebelahnya.
“Dia gak datang. Tadi dia dikeroyok
sama murid-murid cewek mungkin sekarang dia di Ruang Kesehatan.” Cakka melihat
tubuh Alvin dan Ify menegang mendengar kata-katanya.
“Sialan tuh cewek-cewek,
beraninya main keroyokan.” umpat Ify.
“Vin, harusnya lo jaga Sivia.
Bukannya dia pacar lo!” Cakka benar-benar menekan rasa marahnya pada Alvin.
Kenapa Alvin begitu tidak bertanggung jawab, mengabaikan Sivia yang pacarnya.
Padahal ia yang hanya sebagai pemilik cinta bertepuk sebelah tangan saja masih berusaha
melindungi gadis itu.
“Gue emang mau jaga Sivia tapi
gue bukan pacar Sivia!” Cakka tersentak kaget mendengar ucapan Alvin. Lalu apa
maksud dari pelukan malam itu. Apa itu hanya pelukan perpisahan? Apa yang
sebenarnya terjadi?
“Ify kayaknya lo harus nemenin
Sivia deh.” Ify hanya mengangguk, ia sempat mencium pipi Cakka sekilas lalu
meninggalkan mereka.
“Ceritain..” ucap Cakka pada
Alvin saat melihat Ify keluar dari kantin gabungan.
“Sivia nolak gue. Dia bilang ada
yang dia sukai. Orang yang akhir-akhir ini ada dalam hidupnya. Tapi sayang cintanya
bertepuk sebelah tangan gara-gara cowok itu plin-plan.” Alvin mulai berjalan
meninggalkan Cakka yang masih mematung.
“Sivia nggak jadian sama Alvin?
Ada cowok selain Alvin yang Sivia sukai? Cinta bertepuk sebelah tangan? Cowok
plin-plan?”
“Vin, lo tau siapa cowok itu?”
tanya Cakka yang entah sejak kapan menarik tangan Alvin.
“Bukan urusan lo!” Alvin menepis
kasar tangan Cakka yang memegangnya.
“Alvin! Itu urasan gue.”
“Lo, Cakka. Cowok bego itu lo! Lo
cowok plin-plan itu!” marah Alvin.
“Hati lo itu milih Sivia tapi
kenapa lo jadian sama Ify! Gara-gara perbuatan bodoh lo lo nyakitin hati Sivia,
hati lo, dan nantinya hati Ify.” Alvin mendorong kasar bahu Cakka dan mulai
berjalan lagi.
“Dan saat gue ketemu Sivia tadi,
lo tau apa yang ia bawa? Satu kantung plastik penuh lollipop lemon. Cintanya
yang baru ia sadari berakhir asam.”
“Tapi tenang aja. Gimanapun
caranya gue bakal buat dia suka sama gue.” Mendengar semua kata-kata Alvin,
Cakka terpaku di tempatnya.
“Jadi gue lah yang jahat disini.”
ucap Cakka penuh sesal.
~Lollipop~
“Gue udah tau semuanya.”
“Jadi bukan gue yang dia
cintai...”
“Jahat...”
“Ify?”
***
***Terima kasih udah mau baca***
***Tolong tinggalkan jejak buat
penulis***
_mei_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar