SEMUA KARENA CINTA
Dua orang anak manusia itu sedang duduk bersama di salah satu bangku taman yang indah ini. Mereka berdua terlihat sangat mesra walau tak dapat dipungkiri, keduanya menyimpan kesedihan yang dalam. Salah satu dari mereka terlihat bangkit. Gadis dengan kacamata hitam yang melekat di matanya mulai meraba-raba bagian tepi bangku yang baru ia duduki tadi.
Diambilnya sebuah tongkat pembantu jalan. Saat ia akan berjalan, tangan kokoh laki-laki yang bersamanya tadi menghentikannya. Itu tawaran untuk membantunya.
“ Gab, aku tak ingin merepotkanmu.” kata gadis itu pelan, tangannya berusaha menepis tangan laki-laki yang ia panggil Gab tadi.
“ Tapi aku ingin selalu ada untukmu.” balas laki-laki itu dengan sangat pelan.
“ Selalu ada bukan berarti selalu membantu kan ? Aku tak ingin selalu merepotkanmu.” Gadis itu tersenyum manis, laki-laki itu hanya tersenyum kecut, selalu saja ia kalah jika berbicara dengan gadis dihadapannya ini.
Sang gadis mulai berjalan sambil menggerakkan tongkatnya ke kanan dan ke kiri. Ia mulai mencari jalan yang tepat agar bisa kembali ke dalam mobil.
“ Sivia tunggu aku.” Laki-laki yang tadinya hanya terdiam itu segera berjalan cepat untuk menyamai langkah kaki gadis yang ia panggil Sivia.
><><><><><><><><><
Mobil kedua orang tadi mulai menembus jalanan Bandung yang masih cukup lengang. Di dalam mobil sekarang hanya tercipta keheningan dan kebisuan di antara mereka. Mereka berdua masih terlarut dalam pikirannya masing-masing.
“ Gabriel, aku mohon jangan terlalu memperlakukanku seperti tadi. Aku tau kalau aku buta tapi aku tak mau terlalu dikasihani. Aku masih bisa melakukan semuanya sendiri.” kata Sivia tegas. Gabriel hanya diam antara setuju dan tidak setuju.
“ Lagian, apakah kamu gak malu karena kamu pacaran sama gadis buta sepertiku. Gadis yang hanya bisa menyusahkanmu saja.” Sivia hanya tertunduk sedih sambil menggerakkan kakinya.
“ Kenapa kamu bilang begitu. Sudah beberapa kali aku bilang kalau aku cinta sama kamu bukan karena kau bisa melihat atau hanya sekedar cantik dari wajahmu. Aku cinta kamu karena hatimu.” ucap Gabriel dengan nada yang sangat serius, Sivia yang mendengarnya hanya tersenyum manis saja. Itu sebabnya ia begitu sayang pada Gabriel.
“ Dan apa kamu lupa kalau kamu buta itu karena aku.” Lanjutnya pedih. Jujur saja Gabriel benar-benar tidak rela dengan kebutaan Sivia. Dan memang seharusnya ia yang buta bukan Sivia.
“ Jangan ungkit masalah itu lagi. Aku melindungimu karena aku mencintaimu.” Tak lama Sivia pun tertidur, perjalanan Bandung Jakarta memang sangat melelahkan.
“ Aku mencintaimu Sivia.” Tatapan Gabriel menerawang jauh ke masa saat ia dan Sivia pertama kali bertemu, sampai mereka jadian, dan sampai musibah itu terjadi.
><><><><><><><><><><
** Flashback on **
11 Januari 2010
Sivia sedari tadi menengok ke kanan dan ke kiri, mungkin sudah sekitar 15 menit ia berkeliling mencari ruang Kepala Sekolah tapi tak juga ketemu. Sampai akhirnya ia meleng dan menabrak seorang laki-laki.
“ BRUKKKK…”
“ Aduhhh…” rintih keduanya. Tidak lama Sivia menatap laki-laki yang ia tabrak. Kesan pertama yang Sivia dapat adalah Tampan.
“ Maaf tadi aku tidak melihat.” Sivia menundukkan kepalanya meminta maaf. Laki-laki itu hanya tersenyum.
“ Tidak apa-apa kok. Kamu tidak kenapa-napa kan ?” tanya laki-laki tampan itu. Kini ia sudah berdiri tegap di depan Sivia yang masih terduduk di lantai.
“ Gak kok. Aku baik-baik saja.” Sivia kemudian berdiri dan membersihkan roknya.
“ Aku baru pertama kali melihatmu. Benarkan ?” tanya laki-laki itu.
“ Benar, aku siswa baru disini salam kenal !” ucap Sivia dengan nada ramahnya, tak lupa ia berkan senyum untuk Gabriel.
“ Oh, kalau begitu perkenalkan namu Gabriel dan aku ketua OSIS disini. Semoga betah yaa.” Gabriel mengulurkan tangannya pada Sivia, dengan hangat Sivia menyambut uluran tangan itu.
“ Aku Sivia, bolehkah aku bertanya dimana ruang Kepsek ?”
“ Di ujung koridor sana.”
“ Terima kasih. Sampai jumpa Gab..”
** Flashback off **
><><><><><><><><><><><
Gabriel memandang Sivia yang tengah tertidur pulas. Ia melepas salah satu tangannya dari stir mobil untuk mengelus kepala Sivia.
“ Aku janji akan selalu melindungimu.”
“ Selalu..”
><><><><><><><><><><><
** Flashback On **
13 Mei 2010
Sudah beberapa bulan terakhir ini Gabriel menjadi sangat akrab dengan Sivia. Mereka berdua seperti tidak bisa terpisahkan. Tapi mereka berdua masih berstatus sahabat tidak kurang dan belum lebih. Hari ini Gabriel mengajak Sivia ke tempat yang sangat spesial. Tempat dimana ia akan mengungkapkan seluruh isi hatinya.
Mata Sivia sekarang tertutup rapat oleh kain. Perlahan Gabriel terus menuntunnya berjalan ke suatu tempat.
“ Mau kemana sih kita, Gab.”
“ Tenang saja. Percayalah padaku.”
Sivia pun diam dan tak banyak protes. Kali ini langkahnya terhenti karena tak merasakan adanya Gabriel yang menuntunnya berjalan.
“ Gab..”
“ Gab…”
“ Gabbb..” karena tak kunjung mendapat balasan, Sivia pun membuka penutup matanya.
Sivia benar-benar terkejut mendapati dirinya berada di danau kesukaannya dan Gabriel. Pelan ia langkahkan kakinya mendekati danau itu. Langkahnya terhenti saat ia melihat foto dirinya dalam berbagai posisi yang menggantung indah di pohon.
Mulutnya terkunci rapat, getar aneh merasuk ke seluruh tubuhnya. Pelan telinganya mendengar petikan gitar yang sangat merdu. Dilihatnya Gabriel yang berjalan tepat ke arahnya. Tangan Gabriel terus memetik gitar, pelan ia mulai bernyanyi. Ia menyanyikan lagi kesukaan Sivia Tercipta Untukku.
Sivia menutup mulutnya, ia benar-benar terharu. Saat Gabriel meletakkan gitarnya di samping pohon, saat itu pula Sivia menghambur ke pelukannya. Gabriel hanya tersenyum tipis. Ia sangat tau kalau Sivia itu suka dengan hal-hal yang berbau romantis.
“ Ada apa sebenarnya ?” Sivia melepaskan pelukannya pada Gabriel dan menatapnya.
“ Aku cinta sama kamu. Maukah kamu jadi pacarku ?” Gabriel menatap Sivia tajam.
Seandainya bisa Sivia ingin berteriak ‘Aku mau’ dan memeluk Gabriel lagi. Tapi karena rasa malu dan kaget yang masih menyelimuti dirinya ia hanya bisa mengangguk dan tersenyum malu. Tapi respon berbeda sangat ditunjukkan Gabriel. Setelah mendapat anggukan dari Sivia, segera ia gendong Sivia dan memutarnya di udara.
“ Makasihh Sivia…” teriak Gabriel dengan kencangnya, ia masih terus memutar tubuh Sivia di udara.
** FlashBack Off **
><><><><><><><><><><
Gabriel masih serius dengan jalanan yang ia lalui. Matanya sesekali melirik ke arah Sivia. Jika ia ingat dengan kondisi Sivia yang sekarang, hatinya benar-benar sakit. Andai saja Sivia tidak melindunginya, mungkin Sivia tidak akan buta. Tapi dia akan tetap melihat dan ceria.
Kadang rasa bersalah benar-benar menghinggapinya kalau ia mendegar Sivia menangis dan berucap pada Tuhan dalam doanya. Di depan orang lain Sivia memang terlihat tegar tapi di belakang semua itu, ia sangat rapuh.
Sivia, kadang bisa setegar batu karang namun juga serapuh kapas.
><><><><><><><><><><
** FlashBack On **
Di lantai dua ini Gabriel sedang asyik berbicara dengan sahabatnya Alvin. Murid lain pun sibuk berbincang-bincang entah membahas soal pelajaran tadi, pacar, ataupun gosip para artis yang sedang beredar. Ada juga yang berdandang di sepanjang koridor lantai dua, lantai dua sekolah ini memang dibatasi oleh kaca, jadi beberapa siswa bisa menggunakannya untuk berdandang. Di ujung tangga lantai dua, terlihat SIvia sedang bersama Ify sahabatnya. Keduanya masih asyik berceloteh ria.
Sivia yang sudah mulai bosan berbicara terus. Mulai memperhatikan sekelilingnya, matanya kini tertumbu pada Gabriel dan Alvin yang sedang asyik berbincang. Sivia mulai memandang keluar kaca. Matanya tiba-tiba saja terbelalak saat melihat sebuah bola baseball siap menembus kaca besar dibelakang Gabriel. Tanpa pikir panjang Sivia berlari ke arah Gabriel.
Anak yang lain mulai memperingatkan Gabriel. Tapi reflek Gabriel menoleh ke belakang tepat ke arah kaca dan bola baseball itu.
“ PRAANGGGGGG….”
“ BUKKKK…”
“ AAAAAAA…..” Semua murid berteriak hebat melihat adegan itu.
Terlihat Gabriel yang tersungkur karena dorongan kuat kuat dari Sivia. Sedang Sivia sendiri sudah menangis keras. Tapi hal ini menjadi sangat menakutkan ketika tangisan Sivia itu bercampur dengan darah dari matanya. Dengan cepat Gabriel membawa Sivia ke Rumah Sakit.
~~~~~~~~~~~
“ Bagaimana dok, kondisi putri saya ?” tanya Pak Jon, ayah Sivia.
“ Maaf, pecahan kaca itu terlalu dalam dan mengakibatkan kebutaan pada anak anda.” Sang dokter hanya menghela nafas panjang.
Semua yang ada disana merasa tubuhnya lemas tak bertenaga. Terlihat Ibu Linda, ibu dari Sivia yang sudah pingsan. Ify pun menangis tersedu di pelukan Alvin. Gabriel hanya diam, tertunduk, dan menangis tanpa suara.
“ Ini semua kesalahanku..” ucapnya lirih disela isakannya.
“ Salahku…”
** Flashback Off **
><><><><><><><><><
“ Aku sayang padamu Vi.” Gabriel mencium lama kening Sivia. Ia kini sudah berada di kamar Sivia. Pelan ia berjalan menjauh dari ranjang Sivia.
“ Gabriel..” panggil Bu Linda saat Gabriel turun dari tangga.
“ Iya tante ada apa ?” tanya Gabriel sopan.
“ Sivia sudah mendapatkan donor kornea.” Ibu Linda terlihat sangat bersemangat dan tersenyum manis, senyum yang benar-benar mirip dengan senyum Sivia.
“ Tante, serius ?” Gabriel juga berubah menjadi sangat bersemangat setelah mendengar berita itu.
“ Iya, sayang. Lusa sudah bisa operasi kalau kondisi Sivia baik.”
><><><><><><><><><><
Beberapa hari setelah operasi Sivia sudah bisa melihat. Dan hari ini adalah aniv ke 1 tahun Gabriel dan Sivia jadian dan hari ini pula hari dimana Sivia keluar dari Rumah Sakit. Sore ini Gabriel berencana akan dinner bersama Sivia.
Sivia benar-benar terlihat cantik sore ini. Dengan terburu-buru, Sivia turun dari tangga dan berpamitan kepada kedua orang tuanya. Kali ini Gabriel tidak menjemput Sivia, melainkan menunggu Sivia di tempat yang sudah dijanjikan.
Sivia mengendarai mobilnya dengan sangat hati-hati. Jalanan memang cukup sepi karena hujan deras mengguyur kota Jakarta. Tiba-tiba saja ponsel Sivia bergetar. Dengan hati-hati Sivia mengambil ponselnya dan melihat pesan yang masuk.
From : Gabbbkuu
Gak usah terburu-buru
Hati-hati sayang,
Hujannya deras banget.
Sivia hanya tersenyum dan kembali melajukan mobilnya. Dilihatnya jam di mobilnya, sudah lebih dari setengah jam dari waktu janjian mereka berdua. Sivia melajukan mobilnya agak cepat, tapi tiba-tiba perasaanny tidak enak. Di depannya tepat ada sebuah truk yang kehilangan kendali. Sivia membanting Stir mobilnya dan…
“ BRRRAAAAAKKKKKKK….”
Aku ingin engkau slalu
Hadir dan temani aku
disetiap langkah
yang meyakiniku
Kau tercipta untukku
Meski waktu akan mampu
Memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tau
ku slalu milikmu
yang mencintaimu
sepanjang hidupku
Hadir dan temani aku
disetiap langkah
yang meyakiniku
Kau tercipta untukku
Meski waktu akan mampu
Memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tau
ku slalu milikmu
yang mencintaimu
sepanjang hidupku
**** end ***
*** makasih buat yang udah mau baca ***
*** berikan jejak kalian buat penulis yaa **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar