Sabtu, 22 Oktober 2011

Destiny, You and Me Part 1 ( Masalah Baru ! )



             Kondisi di dalam ruangan ini benar-benar tegang. Semua orang sedang cemas menunggu komentar dari ketua OSIS. Mereka benar-benar merasa tegang.

“ Kenapa kamu bisa begitu bodoh !!” Teriak laki-laki itu keras, tangannya tepat menunjuk ke seorang laki-laki yang sedang duduk. Pandangan semua yang ada dalam ruangan itu, sejenak langsung beralih ke laki-laki yang tadi ditunjuk.

“ Heh., Christoffer Nelwan ! Jangan mentang-mentang kamu ketua OSIS kamu bisa seenaknya membentakku.” balas laki-laki itu tak kalah keras dan kasar.

“ Tapi Cakka, kamu itu sudah ngelakuin hal paling bodoh.” kata Chris menahan marah.

“ Habis dia dulu yang mulai ngejek sekolah kita.” Cakka membuang mukanya, Chris menghela nafas panjang.

“ Oke, sorry !! Tapi lain kali jangan bawa masalahmu dengan Alvin ke sekolah kita lagi.” Cakka hanya mengangguk pelan, ia mengerti.

“ Aku juga minta maaf. Aku terlalu berulah.” Cakka pun meminta maaf. Chris hanya tersenyum dan mengangguk.

“ Kalau begitu..” Semua mata di ruangan itu pun menatap Chris, mereka tau Chris pasti sudah punya ide yang bagus.

“ Karena kita sudah terlanjur mengambil tantangan itu kita harus memberikan yang terbaik. Mengerti Semua !!”

“ Siap mengerti !!” jawab mereka serempak, senyum Chris benar-benar terkembang. Ia tau, ia bisa mengandalkan semua anak-anak OSIS.

“ Tapi ketua..” salah seorang anggota OSIS mengacungkan jarinya untuk bertanya.

“ Iya ada apa, Kanya ?” tanya Chris.

“ Lihat ini !” Gadis yang dipanggil Kanya tadi segera memperlihatkan sebuah tayangan dari laptopnya. Semua anggota OSIS pun mulai menonton tayangan yang diperlihatkan Kanya.

“ Dalam waktu semalam, sudah ditentukan lomba apa saja yang akan dilakukan. Dan yang lebih buruk, lebih dari 50 % lomba ada pada bidang kesenian.” tutur Kanya, yang lain hanya mengangguk mengerti. Mereka tau mengapa hal itu bisa jadi sebegitu buruknya.

“ Oke, kita semua disini tau dimana kelemahan sekolah kita. Bidang seni ! Kalian tau kan sekolah kita terlalu mengunggulkan prestasi akademiknya dan bisa dibilang nilai dan prestasi seni sekolah kita itu NOL BESAR.” Chris mulai menjelaskan, yang lain hanya mengangguk.

“ Kanya, kapan waktu perlombaan sekolah kita dengan SMA Swasta Higuchi ?” tanya Chris.

“ 3 minggu lagi.”

“ Oke, mulai dari hari ini kita semua berusaha membujuk murid sekolah kita agar mau berpartisipasi dalam lomba di bidang seni.”

“ Lalu akademiknya ?” tanya salah seorang anggota OSIS.

“ Kalau urusan akademik semua disini pasti mau dan tidak perlu mencari kandidat lagi. Sekolah kita penuh dengan orang pintar.” Semua mengangguk menyetujui.

“ Tapi untuk lomba kesenian kita tidak bisa berharap banyak.”

“ Tapi kalau hanya kehebatan menyanyi solo, Chris, Cakka, dan kamu Kanya pasti bisa kan ?” kata salah seorang anggota OSIS.

“ Basic kalian kan penyanyi.” sambung yang lainnya.

“ Kalau Chris pasti menang, dilihat dari suara atau teknik oleh vocal semua siswa laki-laki Higuchi yang penyanyi pun masih kalah dengan Chris. Tapi..” perkataan Cakka mengambang, matanya menatap Kanya. Kanya yang ditatap hanya mengerti.

“ Tapi kalau aku, susah menang. Mereka punya Alyssa Saufika Umari, dia hebat. Dia punya suara indah, teknik vokalnya pun bagus. Untuk sekarang belum ada yang bisa menyainginya. Kecuali satu..” mata Kanya menerawang, pelan tangannya bergerak menghapus air matanya yang tiba-tiba turun.

“ Sudahlah jangan menangis !” Cakka mengelus pelan kepala Kanya, Kanya kembali duduk di bangkunya.

“ Dia disana untuk mendapat yang terbaik Kanya.” Chris berusaha tegar namun kesedihan belum juga hilang dari kedua bola matanya.

“ Kenapa Kanya mena…” belum sempat orang itu bertanya Chris sudah memotongnya.

“ Sudah !! Pokonya kita semua berusaha. Sekarang masing-masing anggota OSIS dengan 1 kelompok 3 orang mensosialisikan ke masing-masing kelas.” Perintah Chris dengan tegas, semua anggota OSIS segera berhamburan keluar.

><><><><><><><><><>< 

“ Kamu yakin sekolah kita akan menang ?” tanya seorang gadis cantik berdagu tirus.

“ Yakin, lihat ini !” Laki-laki tadi memperlihatkan daftar lomba sekolah mereka dengan SMA Swasta Higarashi.

“ Betul juga, walau kita tidak terlalu unggul dalam bidang akademik tapi di bidang seni mungkin kita juaranya. Apalagi lebih dari 50 % lomba berada di bidang seni.” tutur gadis cantik lainnya.

“ Kalau gitu segera kita bagi tugas dan bidang lombanya.” tutur gadis cantik berdagu tirus tadi.

“ Siap wakil ketua OSIS !” Gadis itu hanya tersenyum tipis, semua anggota OSIS pun mulai bergerak.

“ Fy, ketua OSIS kita kemana ?” tanya gadis cantik tadi pada gadis berwajah tirus. Ify, gadis tadi hanya menggeleng tanda tidak tau. Tapi beberapa saat ia ingat sesuatu.

“ Shil, Hari ini tanggal berapa ?” tanya Ify.

“ Tanggal 15 Juli, emang kenapa ?” tanya Shilla.

“ Aku tau dimana dia. Sekarang aku pergi dulu yaa. Kamu bantu yang lain gih.” Perintah Ify.

“ Siap deh neng Ify..” Ify hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan ruang OSIS.

><><><><><><><><>< 

“ Jelek banget responnya..” Semua anggota OSIS kini menghela nafas panjang. Mereka kewalahan menghadapi respon murid SMAnya. Bukan karena mereka selalu ribut jika diberi tau tapi karena mereka tak mau member respon apa-apa.

“ Yang ada di otak mereka itu hanya pelajaran saja.” tutur Cakka kesal. Bayangkan saja ia sudah mendatangi 5 kelas tapi respon yang ia terima tetap sama. Bagaimana mungkin tidak kesal.

“ Aku juga gak nyangka kalau responnya seburuk ini.” Chris ikut duduk lemas di kursinya.

“ Apa kita harus mengaku kalah saja ketua ?” tanya salah seorang anggota OSIS.

“ Jangan pernah lakuin itu.”

><><><><><><><><>< 

“ Gab..” panggil Ify pelan. Gabriel yang dipanggil Ify pun hanya menoleh sebentar lalu tersenyum.

“ Mikirin dia lagi ?” tanya Ify.Sebenarnya tanpa bertanya pun Ify sudah tau jawabannya. Gabriel hanya memandang Ify sambil tersenyum.

“ Sudah satu tahun berlalu sejak dia pergi ninggalin kita. Sejak saat itu pula dia gak pernah ngasih kabar.” Gabriel menyandarkan tubuhnya di bangku taman. Ify menatapnya.

“ Dan dia selalu ada dihatimu Gab..” batin Ify.

“ Aku juga rindu banget sama dia.” Tutur Ify.

“ Oh iya kamu sudah tau ?” Ify menatap Gabriel, Gabriel balik menatapnya.

“ Sudah ! Masalah SMA kita sama SMAnya Chris kan ?” Gabriel tersenyum.

“ Dan pasti ini ulah Cakka sama Alvin ?” tebak Gabriel lagi.

“ Seratus buat kamu !!”

“ Perasaan Alvin sama Cakka itu gak bisa akur banget yaa..” lanjut Ify.

“ Iya, mereka saingan terus sebagai penyanyi solo yang sama-sama keren.” Senyum terkembang di bibir Gabriel.

“ Iya tuh sama-sama cakep juga.” Balas Ify.

“ Ciee.. sama-sama cakep nih yee..” goda Gabriel.

“ Apasih Gab…”

“ Yang aku suka cuma kamu. Tapi dimata dan dihatimu cuma ada dia, bukan aku.” Batin Ify, matanya menatap setiap lekuk wajah tampan milik Gabriel.

><><><><><><><><>< 

“ Pasrahhhh…” teriak Chris keras, ia kemudian berjalan dengan langkah gontai di koridor kelas. Karena tidak melihat jalan ia menabrak salah satu guru TU yang sedang terburu-buru.

               Dengan cepat Chris membantu guru itu membereskan lembaran-lembaran kertas milik guru itu yang bertebaran. Chris pun menunduk sebagai tanda permintaan maaf, guru itu hanya tersenyum dan berlalu.

“ Hoiii Chriss..” terdengar panggilan dari suara yang amat ia kenal. Chris pun membalikkan badannya dan melihat Cakka dan Kanya yang berjalan ke arahnya.

“ Kita nyerah dehh..” Kanya dan Cakka hanya berkata dengan wajah sebal.

“ Mereka makin gak peduli.”  Chris hanya tersenyum kecut.

“ Aku tau, tak semudah itu meluluhkan hati mereka.” Mata Chris mulai memandang ke sekitarnya. Menatap sekolahnya yang benar-benar sepi, padahal saat ini sedang jam istirahat. Seperti biasa pastinya, jam segini semua murid sedang belajar di perpustakaan yang luasnya melebihi bangunan sekolah ini.

“ Mereka semua di perpus.” kata Kanya, Chris tersenyum kecut lagi. Matanya kembali menatap ke sekitar. Pandangannya jatuh pada selembar kertas yang ada di lantai.

“ Itu kan milik guru tadi..” dengan cepat Chris mengambil kertas itu. Ia sempat membacanya sekilas, kemudian ia tertarik pada sebuah nama. Nama yang sangat ia kenal, nama yang sanga ia rindukan, nama yang begitu ia cintai.

               Kembali Chris membaca pelan isi kertas itu. Dan kali ini dia menangis, Cakka dan Kanya tersentak kaget melihat Chris yang tiba-tiba menangis.

“ Kenapa kamu menangis Chris ?” tanya Cakka dan Kanya.

“ Aku akan bertemu lagi dengannya. Dia kembali !! Dan kita punya harapan.” Tiba-tiba saja senyum terukir di bibir Chris.

“ Chris, jelaskan apa maksudmu ?” Cakka dan Kanya sudah mulai heran dengan tingkah laku Chris.

“ Lihat ini ! Kalian lihat ini ! Kita bisa pasti bisa !” Cakka dan Kanya yang sudah penasaran pun langsung mengambil kertas yang di bawa Chris dan membacanya.

Daftar Siswa Pindahan Bulan Juli SMA Swasta Higashi

12. Sivia Azizah

               Mata Kanya dan Cakka membulat lebar. Senyum dan air mata jelas tergambar dari wajah Kanya, Cakka sendiri hanya tersenyum tipis.

“ Dia kembali…” Chris bersorak kencang.

><><><><><><><><>< 

Beda disana beda disini

Entah mengapa sedari tadi Gabriel merasa ada getaran hebat di dadanya. Bukan karena ia melihat perempuan yang sangat cantik, atau mendapat barang yang ia inginkan sejak lama. Ia tak tau apa yang dirasakan. Rasanya hatinya benar-benar bergetar hebat. Mungkin hal yang baik akan datang padanya.

><><><><><><><><>< 

               Baru saja gadis cantik itu turun dari pesawat. Kini ia berjalan di lobi bandara. Wajah cantiknya tidak dapat di tutupi dengan topi yang ia pakai. Yang berbeda dari dirinya adalah tubuhnya yang sekarang kurus bahkan bisa dibilang sangat kurus. Tapi senyum tetap terkembang di bibirnya yang manis.

“ I’m come back !!”

***********

***Makasih udah mau baca***
***Tinggalkan jejak bagi yang udah baca, biar penulisnya semangat***


_mei_



Minggu, 16 Oktober 2011

Love Is You Bag 1


Love Is You Bag 1

                Laki-laki itu melangkah tenang. Terkadang ia memberikan senyum manisnya pada beberapa murid yang menyapanya. Langkahnya terhenti saat ia mendengar denting piano dari Ruang Musik. Senyumnya terkembang lagi. Ia benar-benar tau dan yakin dengan siapa yang sedang memainkan piano.

“ Siviaaa…” teriakan laki-laki tadi menghentikan permainan piano gadis itu. Gadis itu pun menoleh ke arah suara dan menatap laki-laki yang memanggilnya.

“ Kesini kak Gab..” Gadis yang bernama Sivia tadi melambaikan tangannya dan menyuruh laki-laki itu mendekat ke arahnya.

“ Semakin hari permainan pianomu semakin bagus.” Sivia hanya tersenyum mendengar pujian tulus yang mengalir dari mulut sahabat sekaligus kakak kelasnya itu.

“ Kak Gabriel dari dulu sampai sekarang masih pintar ngengombal ya.” Sivia tersenyum pelan, Gabriel hanya menepuk puncak kepala Sivia.

“ Bukan gombal tapi kenyataan.” tuturnya lembut.

“ Iyaa deh, ayo ke kelas kak.” Sivia sudah berdiri tidak berapa lama Gabriel mengikutinya.

                Gabriel hanya tersenyum. Mereka berdua berjalan beriringan ke kelas mereka yang kebetulan bersebelahan. Di koridor sekolah, mereka mulai mendengar bisik-bisik dari siswa lain. Selalu saja begitu, semua siswa sama saja, selalu mengambil kesimpulan sama dan memandang semuanya remeh.

“ Kalian bisa gak sih gak bicarain aku sama kak Gabriel, kita itu cuma temen.” Nada kesal jelas tergambar dari perkataan Sivia, siswa-siswa yang tadi bisik-bisik pun langsung berhamburan pergi. Sementara Gabriel hanya tersenyum sambil memandang Sivia.

“ Kamu jangan marah-marah dong. Lagian segitunya kamu gak suka digosipin sama aku.” Gabriel tersenyum lirih, rasanya begitu berat mengatakan hal itu.

“ Bukannya gak suka kak, tapi Sivia takut kejadian sama menimpa Sivia lagi.” Sivia menerawang jauh ke masa lalu. Gabriel tersenyum miris, ia masih jelas mengingat betul kejadian yang membuat Sivia trauma itu.

“ Maaf, itu semua salah kakak. Kakak gak bisa jaga kamu.” Tangan Gabriel menuntun Sivia untuk menatap wajahnya. Sivia hanya menunduk, ia tidak sanggup menatap tatapan mata bersalah milik Gabriel.

“ Huhhh..” Sivia menghela nafasnya panjang.

“ Udah kak, ayo ke kelas.”

><><><><><><><>< 

“ Sivia pulang sama abang yuk..” Sivia hanya bergidik ngeri mendengar perkataan barusan. Ia terus berjalan tanpa menatap ke kanan dan ke kiri.

“ Sama aku aja, cantik..”

“ Ihh, jangan mau. Sama aku aja pake mobil keluaran terbaru.”

“ Iyaa, daripada naik vespa butut…”

“ Ayolah cantik jangan sombong gitu lho..”

“ Iya masa cantik-cantik sombong..”

                Sivia semakin bergidik ngeri. Segera ia percepat langkahnya menuju ke parkiran. Sivia memang termasuk gadis yang popular karena kecantikkannya tapi yang anehnya Sivia sendiri jarang berinteraksi dengan murid lain, entah kenapa.

“ Kakk…” panggil Sivia ketika melihat seseorang yang sedang menunggunya.

“ Maaf lama, laki-laki disini makin lama makin gila aja ya kak.” Gabriel hanya tersenyum mendengar penuturan Sivia.

“ Bukan mereka yang makin gila tapi kamu yang makin cantik.”

“ Apasih kakk..” Sivia memukul pelan bahu Gabriel, Gabriel hanya tertawa pelan sambil menyodorkan helm untuk Sivia. Dengan segera Sivia memakai helm itu dan segera menurunkan kacanya. Ia tak ingin semburat merah di pipinya terlihat oleh Gabriel.

“ Naik..” Pelan Sivia naik ke vespa Gabriel. Disini Gabriel bukan tipe cowok yang suka dengan motor gede atau pakai mobil ke sekolah. Bukan karena ia tak mampu beli. Bahkan kalau mau, gonta-ganti mobil 1 minggu sekali bukan masalah baginya.

                Gabriel selalu setia dengan vespa bututnya karena seorang gadis manis, Sivia. Karena Sivia tidak pernah mau naik motor lain selain vespanya. Kalau kata Sivia sih, ia sudah jatuh cinta pada vespa Gabriel. Aneh memang lelaki seperti Gabriel mau mempermalukan dirinya dengan vespa, dan itu hanya karena permintaan seorang gadis yang berstatus sahabatnya.

“ Pegangan !! Aku mau ngebut !!”

“ Mana mungkin si Gavi bisa ngebut. Hahaha..” Sivia hanya tertawa, ia tidak bisa membayangkan Si Gavi vespa milik Gabriel ini ngebut. Orang diajak jalan-jalan naik ke gunung aja ngadat padahal kelajuannya cuma 40 km/jam, malu-maluin banget bukan.

“ Ngejek banget sih lo.”

“ Biarin..”

“ Kapan-kapan aku ganti mo…” Ucapan Gabriel terhenti saat ia merasakan tangan lembut Sivia melingkar di pinggangnya.

“ Buat aman kak. Aku kan gak mau jatuh kaya tempo hari.” Tutur Sivia, Gabriel hanya tersenyum manis. Ia pun bisa melihat semburat merah di pipi Sivia melalu spion Gavi.

><><><><><><><>< 

                Entah kenapa pagi ini Sivia enggan berangkat ke sekolah. Rasanya akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Mana Gabriel hari ini tidak masuk ke sekolah karena ada pertandingan futsal antar sekolah. Sivia sedari tadi pun tak berhenti menatap sekelilingnya. Ia gelisah, keringat dingin terus meluncur bebas dari pelipisnya, firasatnya benar-benar buruk.

                Saat jam pelajaran pun Sivia hanya tertunduk. Dan kira-kira saat setengah pelajaran jam pertama, seorang ibu cantik masuk ke kelasnya dan berbincang sebentar dengan sang guru yang sedang mengajar. Hati Sivia semakin gelisah, ia benar-benar takut.

                Dunianya kini serasa runtuh ketika melihat gadis itu memasuki kelasnya. Kepalanya terasa berputar, semua memori masa lalunya seperti terulang kembali, semuanya terasa nyata. Perutnya menjadi mual, rasa takut mulai menguasainya, dan kini pandangannya kabur, tak lama ia tergelatak pingsan di bangkunya.

                Teman sebangkunya Oik pun dengan sigap meminta bantuan siswa laki-laki untuk membawa Sivia ke UKS. Sementara disana gadis yang baru saja masuk ke kelas itu hanya tersenyum tipis.

“ Aku kembali Sivia…” lirihnya sinis.

><><><><><><><><>< 

                Aroma minyak kayu putih tercium jelas di hidung gadis itu. Semua yang awalnya gelap mulai menjadi terang. Pandangannya yang mengabur pun mulai jelas. Diingatnya kembali apa yang membuat ia berada disini, UKS, tempat yang begitu ia kenal. Pelan keringat dingin mulai mengucur dari dahi Sivia, perutnya kembali mual mengingat wajah gadis itu.

                Secepat kilat gadis itu berlari dari UKS. Tapi mungkin kali ini bukan hari baiknya. Tanpa sengaja saat ia berlari ia menabrak gadis itu.

“ Ify…” lirih Sivia, matanya benar-benar menunjukkan pancaran ketakutan. Sedangkang gadis yang bernama Ify tadi hanya menatapnya tajam.

“ Haii.. Sivia !! Lama tidak jumpa kawan.” Sinis Ify. Tubuh Sivia rasanya terpaku, ia tak bisa beranjak 1 centi pun dari sana. Sementara Ify mulai berjalan mendekati Sivia.

“ Kenapa kamu tidak mau menyapa sahabat lamamu ?” Sivia benar-benar mual mendengar ucapan Ify barusan. Ify semakin mendekat ke Sivia yang tidak juga beranjak dari tempatnya.

“ Siviaaaa…” panggilan itu menghentikan aktivitas Ify mendekati Sivia. Sementara Sivia benar-benar bernafas lega, ia sangat hapal pemilik suara itu.

“ Heii, katanya tadi kamu pingsan.”  Laki-laki yang baru saja menyapa Sivia itu mulai menanyai Sivia. Sebelah tangannya pun bergerak kea rah dai Sivia.

“ Tidak panas tapi begitu dingin..” ucapnya pelan.

“ Halo Kak Gabriel !!” sapa Ify dengan nada yang manja.

“ Haa…” Belum sempat Gabriel membalas sapaan orang itu, matanya terbelalak saat membalik dan melihat siapa yang menyapanya.

“ Kenapa kamu ada disini ?? Cepat pergi !! Apa kamu mau aku keluarkan lagi !!” bentak Gabriel, emosinya benar-benar naik melihat gadis dihadapannya itu.

“ Tenanglah !! Aku cuma ingin bertemu sahabat lama dan cinta lamaku.” Gabriel menepis kasar tangan Ify yang akan memegang wajah Sivia.

“ Jangan sentuh Sivia.” Gabriel kini merangkul Sivia dari samping, ia ingin melindungi gadis itu.

“ Hahahahaha…..”

“ Sampai jumpa Sivia..” Ify pun pergi meninggalkan Gabriel dan Sivia.

                Lutut Sivia melemas seketika, matanya tak lepas menatap Ify yang pergi meninggalkan dirinya dan Gabriel. Hampir saja ia jatuh kalau Gabriel tak menahan tubuhnya.

“ Kalian semua pergi dari sini..” beberapa murid yang tadi menonton drama Gab-Via-Ify pun langsung ngacir karena takut.

                Sementara disana dapat dilihat Sivia yang sedang menangis tersedu-sedu. Tubuh lemasnya kini terduduk di lantai. Dengan cepat Gabriel memeluk tubuh Sivia.

“ Aku akan melindungimu, Selalu !! Dan yakin kejadian dulu tidak akan terulang lagi.” kata Gabriel tegas tepat di telinga Sivia.

“ Janji ya kak..” isak Sivia, jemari lembutnya mencengkram erat kaos futsal yang dipakai Gabriel.

“ Kakak harus selalu buat Sivia, Sivia takut banget kak..”

“ Pasti !!” ucap Gabriel mantap.

“ Because my Love Is You..” batin Gabriel.

><><><><><><><><><>< 

                Gabriel sekarang sedang berada di kamar Sivia. Sedari tadi ia terus menggenggam tangan Sivia yang kini sedang tertidur pulas. Terlihat jelas raut lelah dari wajah Sivia. Pelan Gabriel mengusap kepala Sivia dengan lembut.

“ Aku akan selalu melindungimu..”

                Mata Gabriel menatap jauh ke kejadian 3 tahun yang lalu saat dirinya kelas 3 SMP dan Sivia kelas 2 SMP. Disana terjadi sesuatu yang menakutkan bagi Sivia. Dan itu semua karena Ify yang mencintai dirinya. Gabriel sendiri juga bingung, darimana Ify bisa mendapat ide sejahat itu padahal sebelumnya Ify adalah seorang gadis manis yang baik.

                Kenapa Ify tega melakukan itu pada Sivia yang notabenya adalah sahabatnya sendiri. Apakah menurutnya sahabat itu tidak lebih berarti dari cinta. Dulu Ify benar-benar gelap mata, itu pun sebab faktor usia, ia masih terlalu kecil untuk mengenal cinta.

                Ify benar-benar tega menggencet Sivia seharian itu. Hari dimana Gabriel tidak dapat menemani Sivia. Selain menggencet ia juga mengurung Sivia di gudang sekolah yang sangat gelap dan kotor padahal jelas-jelas ia tau kalau Sivia itu phobia terhadap gelap.

                Dan itu semua terjadi hanya karena Gabriel menolaknya karena Gabriel mencintai Sivia yang notabenya sahabatnya dari kecil. Setiap kali mengingat itu Gabriel menjadi geram. Untung saja hari itu Gabriel bisa menemukan Sivia, kalau tidak !! Ia tak sanggup membayangkannya.

                Gabriel kembali menatap wajah Sivia. Pelan ia dekatkan bibirnya ke dahi Sivia dan menciumnya lama sekali.

“ Aku akan melindungimu, Because my Love Is You.” Gabriel meninggalkan Sivia sendirian di kamar.Tanpa Gabriel sadari setetes air mata keluar dari mata Sivia.

“ Sivia juga sayang sama kak Gabriel.” Lirih Sivia.

************


_mei_

Kamis, 13 Oktober 2011

Bukan Cinta Biasa ( cerpen siviel )




Kali ini kusadari
Aku telah jatuh cinta
Dari hati yang terdalam
Sungguh Aku cinta padamu…..

                Gabriel tidak berhenti tersenyum sembari menatap gadis yang ia sayangi. Ia melihat gadis itu tengah tersenyum lepas sambil bercanda dengan teman-temannya. Entah kenapa setiap memandang senyum gadis itu hatinya berdesir hebat, rasanya ia melayang.

“ Hei !! Pasti ngelihatin Sivia lagi kan ?” Ify sahabatnya menepuk pundaknya dan langsung duduk di sebelah Gabriel. Gabriel hanya tersenyum sambil memandang Ify.

“ Aku gak pernah bosen mandang wajah dan senyumnya.” kata Gabriel, matanya kembali menatap Sivia yang masih asyik bercanda gurau.

“ Aku tau aku tau, kamu selalu mengatakan hal itu lebih dari 5 kali sehari.” Gabriel hanya nyengir mendengar penuturan Ify. Memang benar, setiap hari ia selalu memuji senyum Sivia. Karena senyum itu memang pantas dipuji.

“ Kenapa kamu gak nyoba deket aja sama dia ? Dia kan ramah banget ?” tanya Ify.

“ Lo gak takut kan ?” Ify mengangkat alisnya, ia sedang meremehkan Gabriel.

“ Takut ?? Gak tuh..” balas Gabriel cepat.

“ Lalu, kenapa selama setahun ini kamu betah dengan cuma mandang senyumnya aja?” tanya Ify, dahinya berkerut, bingung dengan sikap sahabatnya ini.

“ Karena aku malu..”

“ Hahahahahaha…” Ify tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Gabriel. Gabriel hanya melengos sebal. Ia sudah menebak jadinya akan seperti ini, jika ia berkata seperti itu pada Ify.

“ Masa kapten basket malu ngedeketin cewek. Gak banget deh.” ejek Ify, Gabriel semakin manyun dibuatnya.

“ Aku pernah bicara dengannya. Dan asal kamu tau, aku merasa aneh tiap bicara dengannya. Hatiku selalu bergetar  dan rasanya mulutku terkunci rapat.” tutur Gabriel.

“ Mungkin itu yang namanya cinta sejati.”

“ Mungkin….”

><><><><><><><><>< 

                Senyum tak lepas dari wajah Gabriel. Hari ini ia benar-benar merasa bahagia. Hari ini ia bicara dengan Sivia. Walau hanya bicara, rasa senang tak pernah meninggalkan hatinya. Itulah rasanya jatuh cinta.

*** Flashback ***

                Gabriel sedang berjalan di koriodor sambil memainkan bola basketnya. Entah kenapa hari ini senyum tidak bisa lepas dari bibirnya. Ia sendiri tidak tau apa yang akan terjadi hingga ia sebahagia ini. Tapi secara tiba-tiba bola basket yang sedang ia mainkan lepas dan menggeliding ke arah seseorang. Parahnya, gadis itu tetap berjalan tanpa melihat bola basket yang ada di depannya.

“ Siviaaa awasss…” terlambat, Sivia sudah jatuh tersungkur di koridor. Dengan cepat Gabriel segera berlari menghampiri Sivia.

“ Sivia, kamu tidak apa-apa kan ?” tanya Gabriel. Sivia masih diam, pelan ia melihat Sivia menggerakkan tubuhnya dan mulai duduk di lantai. Wajahnya masih tertunduk.

“ Gak apa-apa kok.” Kali ini Sivia mendongak, menatap siapa yang membuatnya terjatuh.

“ Gabriel..” lirihnya.

“ Iya, sorry tadi bola basketnya lepas dari tangan aku.” Gabriel menunjukkan wajah bersalahnya di hadapan Sivia, Sivia pun tersenyum dan mengangguk.

“ Lain kali kalau mau main bola basket jangan di koridor. Oh iya ternyata, kamu masih ingat aku.” Tutur Sivia, Gabriel sendiri hanya berkerut bingung.

“ Itu, dulu kan aku pernah nyapa kamu tapi gak kamu balas. Aku kira kamu lupa sama aku.” Sivia tetap tersenyum sambil menatap Gabriel.

“ Bukannya lupa, tapi aku terlalu gugup hanya untuk sekedar membalas sapaanmu.” batin Gabriel sambil menatap senyum di wajah Sivia.

“ Ehh., emang iya.” Gabriel berpura-pura tidak tau.

“ Ohh, mungkin kamu tidak melihatku.” Tutur Sivia, ia mencoba kini berdiri.

Dengan reflek Gabriel, mengulurkan tangannya. Sivia sendiri menerima uluran tangan Gabriel dengan senang hati. Pelan ia gunakan tangan Gabriel sebagai pegangan untuk berdiri.

“ Terima kasih Gab.” Sivia memberikan senyum tulusnya untuk Gabriel. Senyum yang selalu membuat hati Gabriel berdesir hebat.

“ Sama-sama..” balas Gabriel dengan agak gugup. Matanya mulai memandang wajah cantik Sivia.

                Pelan tangannya bergerak membenarkan jepit rambut Sivia yang turun. Sivia sendiri tersipu malu dengan perlakuan manis Gabriel.

“ Terima kasih lagi. Assalamu alaikum.” Sivia pergi meninggalkan Gabriel yang masih terdiam di tempatnya. Gabriel tidak menjawab salam dari Sivia, ia tidak tau bagaimana harus menjawabnya.

*** Flashback End ***

Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki

 Suara nyaring dari ponselnya benar-benar menghentikan aktivitas melamunnya. Perlahan Gabriel berjalan ke arah meja belajarnya. Ia pun mengangkat telepon yang baru saja masuk.

“ Halo…” sapa Gabriel setelah ia tekan tombol answer.

“ Gabriellll, tadi aku lihat lho.” Goda seseorang di seberang sana.

“ Lihat apaan ??” Gabriel berkerut bingung mendengar perkataan mengambang sahabatnya.

“ Itu.., lihat kamu sama Sivia. Dua-duan lagi di koridor. Hayo ngapain ??” Goda Ify dari seberang sana. Gabriel yang mendengarnya hanya tersenyum malu. Wajahnya yang hitam mungkin sudah berubah merah karena saking malunya.

“ Ihh, tadi itu kecelakaan kecil. Tapi fy., aku seneng banget bisa bicara sama dia. Malah tadi dia tersenyum manis buat aku.” Dari nada perkataan Gabriel benar-benar menyiratkan kebahagiaan yang sangat besar.

“ Ciee.., makanya deketin dia. Jangan besarin rasa malu kamu aja dong.” Kata Ify dari seberang sana.

“ Ihhh, yang penting aku suka. Eh fy aku mau tanya dong.” tanya Gabriel pelan.

“ Tanya apaan ??”

“ Kalau orang islam bilang assalamu alaikum itu artinya apa ? Dan jawabannya apa ?” tanya Gabriel.

“ Ciee, ciee, mentang-mentang gebetannya islam.” Gabriel yang digoda hanya tersipu malu.

“ Ihh, udah jangan ngeledek. Jawabannya apa ?” tanya Gabriel.

“ Kalau di islam kalimat assalamu alaikum itu seperti sapaan Halo, terus kalau mau jawab, jawabannya walaikum salam.” Jelas Ify, Gabriel yang mengerti hanya manggut-manggut.

“ Makasih Ify, you are the best friend deh..”

“ Apa banget sihh..”

><><><><><><><><>< 

                Gabriel baru saja memasuki sekolahnya ketika melihat Sivia keluar dari masjid sekolah. Kali ini di kumpulkan semua keberaniannya untuk menyapa Sivia.

“ Hai, Sivia !” Sapa Gabriel manis. Sivia pun menghentikan jalannya dan menatap Gabriel.

“ Halo..” balas Sivia sambil tersenyum.

“ Kamu ngapain dari masjid ? Sholat ?” tanya Gabriel sambil menunjuk masjid.

“ Enggak kok, tadi aku cuma ngaji bentar.”

“ Kalau gitu jalan bareng ke kelas yuk.” Ajak Gabriel, Sivia hanya mengangguk dan tersenyum.

><><><><><><><><>< 

                Hari ini adalah hari libur, dan mungkin akan menjadi hari libur terindah dalam hidup Gabriel. Hari ini akhirnya ia dapat mengajak Sivia keluar rumah. Mereka berdua berencana ke Dufan untuk bermain dan mengistirahatkan pikiran sejenak.

“ Tiinn.. tinnn…” Seorang gadis keluar dan menghampiri laki-laki tampan yang tadi memanggilnya. Lelaki itu hanya terdiam menatap dari bawah sampai atas gadis itu. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan pakaian bebas.

“ Assalamu alaikum Gabriel. Kenapa melamun ?” Sivia kini berdiri tepat di hadapan Gabriel. Gabriel yang mendengar suara Sivia pun tersentak kaget.

“ Ehh.., walaikum salam. Gak kok aku gak ngelamun ?” bantah Gabriel, Sivia hanya tersenyum senang. Mereka pun segera berangkat, sebelum Jakarta macet.


><><><><><><><><>< 

                Gabriel dan Sivia sudah mencoba berbagai wahana menyenangkan. Mulai dari tornado, halilintar, sampai ke komidi putar, rumah miring,  dan istana boneka. Kali ini mereka berada di bianglala. Menikmati indahnya pemandangan dari atas.

                Gabriel dan Sivia duduk berhadapan. Senyum tidak lepas dari bibir mereka berdua. Pelan Gabriel gerakkan tangannya, memegang tangan Sivia. Sivia hanya diam sambil memandang Gabriel.

“ Aku suka padamu..” lirih Gabriel.

“ Kamu itu yang terbaik.” Entah kenapa Sivia menangis mendengar penuturan dari Gabriel. Dadanya terasa sesak. Rasanya seperti terhimpit ribuan ton batu.

“ Aku bukan yang terbaik. Aku tidak sempurna dan mungkin waktuku takkan lama lagi.” Sivia tersenyum lirih. Gabriel berkerut bingung.

“ Maksudmu ?”

“ Ayo turun..” Gabriel menurut saja, walau di hatinya ia benar-benar bingung dan tidak mengerti dengan sikap Sivia.

><><><><><><><><>< 

                Disini Gabriel merasa sangat tenang. Entah kenapa ia merasa sangat nyaman. Gabriel sekarang sedang berada di pelataran masjid, ia masih menunggu Sivia yang sedang sholat. Di pandanginya masjid itu. Bangunannya kuat, dan begitu indah. Dan ia sendiri tidak tau kenapa hatinya merasa sangat nyaman berada disini.

                Sama seperti saat ia mendengar Sivia mengaji. Pelan ia berjalan masuk ke dalam masjid. Mencari gadis yang tengah membuat kacau hatinya. Dilihatnya Sivia yang sedang menengadahkan tangannya, mungkin sedang berdoa. Mata Gabriel membulat ketika melihat butir air mata yang jatuh dari mata Sivia.

                Pelan ia melihat tubuh Sivia terhuyung ke belakang dan kini terjatuh tidak berdaya. Dengan cepat Gabriel menghampiri Sivia dan membawanya ke rumah sakit.

><><><><><><><><>< 

“ Ini semua salah aku. Aku terlalu pengecut buat bilang cinta sama kamu.” Lirih Gabriel. Sekarang ia tepat berada di samping nisan Sivia.

“ Maaf aku gak pernah sadar.” Gabriel menyeka bulir air matanya. Kali ini ia kehilangan cintanya. Dia benar-benar terkejut saat orang tua Sivia bilang kalau Sivia mengidap kanker darah dan sudah stadium akhir.

“ Andai saja aku tak terlalu pengecut.”

“ Mungkin kamu akan bisa sedikit bahagia denganku walau hanya sebentar saja.”

“ Aku mencintaimu…”

Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Dan kamu yang temaniku
Seumur hidupku…..

“ Mungkin aku kehilanganmu tapi aku takkan pernah kehilangan hatimu.” Gabriel menggenggam erat Al-Quran kesayangan Sivia. Pelan ia meninggalkan pelataran pemakaman.

“ Aku cinta kamu karena Allah….”


*******

*** Makasih udah baca ***
*** Bagi yang udah baca kasih komentar yaa ***


_mei_