Kali ini kusadari
Aku telah jatuh cinta
Dari hati yang terdalam
Sungguh Aku cinta padamu…..
Gabriel tidak berhenti tersenyum sembari menatap gadis yang ia sayangi. Ia melihat gadis itu tengah tersenyum lepas sambil bercanda dengan teman-temannya. Entah kenapa setiap memandang senyum gadis itu hatinya berdesir hebat, rasanya ia melayang.
“ Hei !! Pasti ngelihatin Sivia lagi kan ?” Ify sahabatnya menepuk pundaknya dan langsung duduk di sebelah Gabriel. Gabriel hanya tersenyum sambil memandang Ify.
“ Aku gak pernah bosen mandang wajah dan senyumnya.” kata Gabriel, matanya kembali menatap Sivia yang masih asyik bercanda gurau.
“ Aku tau aku tau, kamu selalu mengatakan hal itu lebih dari 5 kali sehari.” Gabriel hanya nyengir mendengar penuturan Ify. Memang benar, setiap hari ia selalu memuji senyum Sivia. Karena senyum itu memang pantas dipuji.
“ Kenapa kamu gak nyoba deket aja sama dia ? Dia kan ramah banget ?” tanya Ify.
“ Lo gak takut kan ?” Ify mengangkat alisnya, ia sedang meremehkan Gabriel.
“ Takut ?? Gak tuh..” balas Gabriel cepat.
“ Lalu, kenapa selama setahun ini kamu betah dengan cuma mandang senyumnya aja?” tanya Ify, dahinya berkerut, bingung dengan sikap sahabatnya ini.
“ Karena aku malu..”
“ Hahahahahaha…” Ify tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Gabriel. Gabriel hanya melengos sebal. Ia sudah menebak jadinya akan seperti ini, jika ia berkata seperti itu pada Ify.
“ Masa kapten basket malu ngedeketin cewek. Gak banget deh.” ejek Ify, Gabriel semakin manyun dibuatnya.
“ Aku pernah bicara dengannya. Dan asal kamu tau, aku merasa aneh tiap bicara dengannya. Hatiku selalu bergetar dan rasanya mulutku terkunci rapat.” tutur Gabriel.
“ Mungkin itu yang namanya cinta sejati.”
“ Mungkin….”
><><><><><><><><><
Senyum tak lepas dari wajah Gabriel. Hari ini ia benar-benar merasa bahagia. Hari ini ia bicara dengan Sivia. Walau hanya bicara, rasa senang tak pernah meninggalkan hatinya. Itulah rasanya jatuh cinta.
*** Flashback ***
Gabriel sedang berjalan di koriodor sambil memainkan bola basketnya. Entah kenapa hari ini senyum tidak bisa lepas dari bibirnya. Ia sendiri tidak tau apa yang akan terjadi hingga ia sebahagia ini. Tapi secara tiba-tiba bola basket yang sedang ia mainkan lepas dan menggeliding ke arah seseorang. Parahnya, gadis itu tetap berjalan tanpa melihat bola basket yang ada di depannya.
“ Siviaaa awasss…” terlambat, Sivia sudah jatuh tersungkur di koridor. Dengan cepat Gabriel segera berlari menghampiri Sivia.
“ Sivia, kamu tidak apa-apa kan ?” tanya Gabriel. Sivia masih diam, pelan ia melihat Sivia menggerakkan tubuhnya dan mulai duduk di lantai. Wajahnya masih tertunduk.
“ Gak apa-apa kok.” Kali ini Sivia mendongak, menatap siapa yang membuatnya terjatuh.
“ Gabriel..” lirihnya.
“ Iya, sorry tadi bola basketnya lepas dari tangan aku.” Gabriel menunjukkan wajah bersalahnya di hadapan Sivia, Sivia pun tersenyum dan mengangguk.
“ Lain kali kalau mau main bola basket jangan di koridor. Oh iya ternyata, kamu masih ingat aku.” Tutur Sivia, Gabriel sendiri hanya berkerut bingung.
“ Itu, dulu kan aku pernah nyapa kamu tapi gak kamu balas. Aku kira kamu lupa sama aku.” Sivia tetap tersenyum sambil menatap Gabriel.
“ Bukannya lupa, tapi aku terlalu gugup hanya untuk sekedar membalas sapaanmu.” batin Gabriel sambil menatap senyum di wajah Sivia.
“ Ehh., emang iya.” Gabriel berpura-pura tidak tau.
“ Ohh, mungkin kamu tidak melihatku.” Tutur Sivia, ia mencoba kini berdiri.
Dengan reflek Gabriel, mengulurkan tangannya. Sivia sendiri menerima uluran tangan Gabriel dengan senang hati. Pelan ia gunakan tangan Gabriel sebagai pegangan untuk berdiri.
“ Terima kasih Gab.” Sivia memberikan senyum tulusnya untuk Gabriel. Senyum yang selalu membuat hati Gabriel berdesir hebat.
“ Sama-sama..” balas Gabriel dengan agak gugup. Matanya mulai memandang wajah cantik Sivia.
Pelan tangannya bergerak membenarkan jepit rambut Sivia yang turun. Sivia sendiri tersipu malu dengan perlakuan manis Gabriel.
“ Terima kasih lagi. Assalamu alaikum.” Sivia pergi meninggalkan Gabriel yang masih terdiam di tempatnya. Gabriel tidak menjawab salam dari Sivia, ia tidak tau bagaimana harus menjawabnya.
*** Flashback End ***
Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Suara nyaring dari ponselnya benar-benar menghentikan aktivitas melamunnya. Perlahan Gabriel berjalan ke arah meja belajarnya. Ia pun mengangkat telepon yang baru saja masuk.
“ Halo…” sapa Gabriel setelah ia tekan tombol answer.
“ Gabriellll, tadi aku lihat lho.” Goda seseorang di seberang sana.
“ Lihat apaan ??” Gabriel berkerut bingung mendengar perkataan mengambang sahabatnya.
“ Itu.., lihat kamu sama Sivia. Dua-duan lagi di koridor. Hayo ngapain ??” Goda Ify dari seberang sana. Gabriel yang mendengarnya hanya tersenyum malu. Wajahnya yang hitam mungkin sudah berubah merah karena saking malunya.
“ Ihh, tadi itu kecelakaan kecil. Tapi fy., aku seneng banget bisa bicara sama dia. Malah tadi dia tersenyum manis buat aku.” Dari nada perkataan Gabriel benar-benar menyiratkan kebahagiaan yang sangat besar.
“ Ciee.., makanya deketin dia. Jangan besarin rasa malu kamu aja dong.” Kata Ify dari seberang sana.
“ Ihhh, yang penting aku suka. Eh fy aku mau tanya dong.” tanya Gabriel pelan.
“ Tanya apaan ??”
“ Kalau orang islam bilang assalamu alaikum itu artinya apa ? Dan jawabannya apa ?” tanya Gabriel.
“ Ciee, ciee, mentang-mentang gebetannya islam.” Gabriel yang digoda hanya tersipu malu.
“ Ihh, udah jangan ngeledek. Jawabannya apa ?” tanya Gabriel.
“ Kalau di islam kalimat assalamu alaikum itu seperti sapaan Halo, terus kalau mau jawab, jawabannya walaikum salam.” Jelas Ify, Gabriel yang mengerti hanya manggut-manggut.
“ Makasih Ify, you are the best friend deh..”
“ Apa banget sihh..”
><><><><><><><><><
Gabriel baru saja memasuki sekolahnya ketika melihat Sivia keluar dari masjid sekolah. Kali ini di kumpulkan semua keberaniannya untuk menyapa Sivia.
“ Hai, Sivia !” Sapa Gabriel manis. Sivia pun menghentikan jalannya dan menatap Gabriel.
“ Halo..” balas Sivia sambil tersenyum.
“ Kamu ngapain dari masjid ? Sholat ?” tanya Gabriel sambil menunjuk masjid.
“ Enggak kok, tadi aku cuma ngaji bentar.”
“ Kalau gitu jalan bareng ke kelas yuk.” Ajak Gabriel, Sivia hanya mengangguk dan tersenyum.
><><><><><><><><><
Hari ini adalah hari libur, dan mungkin akan menjadi hari libur terindah dalam hidup Gabriel. Hari ini akhirnya ia dapat mengajak Sivia keluar rumah. Mereka berdua berencana ke Dufan untuk bermain dan mengistirahatkan pikiran sejenak.
“ Tiinn.. tinnn…” Seorang gadis keluar dan menghampiri laki-laki tampan yang tadi memanggilnya. Lelaki itu hanya terdiam menatap dari bawah sampai atas gadis itu. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan pakaian bebas.
“ Assalamu alaikum Gabriel. Kenapa melamun ?” Sivia kini berdiri tepat di hadapan Gabriel. Gabriel yang mendengar suara Sivia pun tersentak kaget.
“ Ehh.., walaikum salam. Gak kok aku gak ngelamun ?” bantah Gabriel, Sivia hanya tersenyum senang. Mereka pun segera berangkat, sebelum Jakarta macet.
><><><><><><><><><
Gabriel dan Sivia sudah mencoba berbagai wahana menyenangkan. Mulai dari tornado, halilintar, sampai ke komidi putar, rumah miring, dan istana boneka. Kali ini mereka berada di bianglala. Menikmati indahnya pemandangan dari atas.
Gabriel dan Sivia duduk berhadapan. Senyum tidak lepas dari bibir mereka berdua. Pelan Gabriel gerakkan tangannya, memegang tangan Sivia. Sivia hanya diam sambil memandang Gabriel.
“ Aku suka padamu..” lirih Gabriel.
“ Kamu itu yang terbaik.” Entah kenapa Sivia menangis mendengar penuturan dari Gabriel. Dadanya terasa sesak. Rasanya seperti terhimpit ribuan ton batu.
“ Aku bukan yang terbaik. Aku tidak sempurna dan mungkin waktuku takkan lama lagi.” Sivia tersenyum lirih. Gabriel berkerut bingung.
“ Maksudmu ?”
“ Ayo turun..” Gabriel menurut saja, walau di hatinya ia benar-benar bingung dan tidak mengerti dengan sikap Sivia.
><><><><><><><><><
Disini Gabriel merasa sangat tenang. Entah kenapa ia merasa sangat nyaman. Gabriel sekarang sedang berada di pelataran masjid, ia masih menunggu Sivia yang sedang sholat. Di pandanginya masjid itu. Bangunannya kuat, dan begitu indah. Dan ia sendiri tidak tau kenapa hatinya merasa sangat nyaman berada disini.
Sama seperti saat ia mendengar Sivia mengaji. Pelan ia berjalan masuk ke dalam masjid. Mencari gadis yang tengah membuat kacau hatinya. Dilihatnya Sivia yang sedang menengadahkan tangannya, mungkin sedang berdoa. Mata Gabriel membulat ketika melihat butir air mata yang jatuh dari mata Sivia.
Pelan ia melihat tubuh Sivia terhuyung ke belakang dan kini terjatuh tidak berdaya. Dengan cepat Gabriel menghampiri Sivia dan membawanya ke rumah sakit.
><><><><><><><><><
“ Ini semua salah aku. Aku terlalu pengecut buat bilang cinta sama kamu.” Lirih Gabriel. Sekarang ia tepat berada di samping nisan Sivia.
“ Maaf aku gak pernah sadar.” Gabriel menyeka bulir air matanya. Kali ini ia kehilangan cintanya. Dia benar-benar terkejut saat orang tua Sivia bilang kalau Sivia mengidap kanker darah dan sudah stadium akhir.
“ Andai saja aku tak terlalu pengecut.”
“ Mungkin kamu akan bisa sedikit bahagia denganku walau hanya sebentar saja.”
“ Aku mencintaimu…”
Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Dan kamu yang temaniku
Seumur hidupku…..
“ Mungkin aku kehilanganmu tapi aku takkan pernah kehilangan hatimu.” Gabriel menggenggam erat Al-Quran kesayangan Sivia. Pelan ia meninggalkan pelataran pemakaman.
“ Aku cinta kamu karena Allah….”
*******
*** Makasih udah baca ***
*** Bagi yang udah baca kasih komentar yaa ***
_mei_
keren cerpennya!
BalasHapussuka aku...
:)
ikhhh
BalasHapusending ny kox sedih gt0 yh?