Rabu, 23 Januari 2013

Lollipop [5]


[Lollipop Lemon-Asam.]

                Sivia memandang sekelilingnya, semuanya masih terlihat gelap dan samar. Pelan-pelan Sivia mencoba memandang sekelilingnya lagi, ini kamarnya. Sivia pun menghela nafas berat dan memejamkan matanya lagi.
Beberapa potongan kejadian sebelum dia pingsan muncul dibenaknya. Ify menembak Cakka, mereka berpelukan, dan mereka jadian. Air mata yang sudah ia tahan dari tadi pun akhirnya luruh juga.

“Lalu untuk apa aku melakukan itu, Cakka.” ucapnya lirih.

“Hari ini Aisivia Putri patah hati.” ucap Sivia sambil menutup mulutnya, menahan isakan yang mendesak keluar.

~Lollipop~

                Acha menarik tangan Cakka dengan semangat saat keduanya sudah sampai di pintu masuk Dufan. Hari ini Acha memang sengaja mengajak Cakka pergi karena dari kemarin kakaknya terlihat tidak semangat. Sebenarnya ada alasan yang lain juga, Acha diberi tau oleh salah satu temannya kalau hari ini artis kesukaannya ada pemotretan disini. Ia berencana menemui artis kesukaannya itu bagaimana pun caranya.

                Cakka sendiri sedari tadi hanya diam dan sibuk memutar ingatannya, berulang kali ia lakukan berulang kali pula ia melihat hal yang sama. Disana, yang terlihat hanyalah bayangan Sivia dan Alvin yang berpelukan di atap sekolah.

Tapi ada yang membuat Cakka bingung, Sivia dan Alvin yang entah sejak kapan berdiri di dekatnya dan Ify. Apalagi melihat Sivia pingsan dalam pelukan Alvin. Ia tau ada yang tidak beres tapi rasa kecewa karena kehilangan Sivia menutupi semua opini yang muncul dari otaknya. Setidaknya yang ia simpulkan adalah sekarang Sivia milik Alvin. Lamunan Cakka langsung buyar ketika tangan kecil adiknya menarik bajunya.

“Kak Cakka kenapa masih lesu sih? Kakak gak suka pergi bareng Acha? Kakak gak suka nemenin Acha yaa?” Cakka buru-buru menatap Acha dan menampakkan senyumnya saat melihat kedua mata Acha yang berkaca-kaca.

“Gak kok sayang, kakak senang banget bisa nemenin kamu.” Cakka segera mengangkat tubuh Acha dengan kedua tangannya dan mencium pipi adiknya.

“Kakak beneran senang kok, ayo kita ke istana boneka.” ajak Cakka sambil menurunkan Acha dari gendongannya.

“Ayoo...” balas Acha dengan semangat.

~Lollipop~

                Sivia memandang ke hamparan awan di langit sambil melukiskan senyum termanisnya. Seketika itu juga kilauan blitz dari kamera pun bermunculan. Disini, sekarang ini, Sivia berniat mengubah hidupnya, jangan lagi sedih, jangan lagi takut pada cowok, jangan diam saja jika disindir atau digencet murid  cewek, dan tidak takut lagi pada kamera serta blitznya.

“Ayo Sivia, lo pasti bisa!” seru Sivia dengan suara pelan, berusaha menyemangati dirinya sendiri.

“Oke! Kita break dulu. Terima kasih semuanya.” teriak sang juru foto.

“Sivia, kamu bener-bener berubah yaa. Habis sakit jadi mau nerima semua job pemotretan. Padahal dulu kamu paling anti sama kamera dan antek-anteknya.” kata Febby, manajer Sivia. Sivia hanya melemparkan senyum singkat sambil menyembunyikan tatapan kecutnya.

“Karena Cakka banyak nasehatin  gue kak.” batin Sivia.

Sivia jadi ingat saat dia dan yang lainnya berjalan di rumah hantu. Kemarin, diam-diam Cakka membisiki banyak nasehat padanya. Mulai dari hal yang sepele sampai hal-hal yang benar-benar ditakuti Sivia. Mungkin nasehat itu tanda perpisahan karena laki-laki itu akan jadian dengan Ify.

“Aisiviaaaa....” Mendengar namanya dipanggil, Sivia langsung menoleh ke sumber suara dan detik berikutnya ia membeku di tempatnya.

~Lollipop~

                Cakka dan Acha berjalan dengan ringan menuju istana boneka. Untuk Acha, sejenak Cakka akan melupakan kekecewaan dari hatinya. Tapi tiba-tiba Acha berhenti berjalan dan menunjukkan pandangan mata yang berbinar senang.

“Ada apa Cha?” tanya Cakka sambil melihat ke arah mana Acha memandang.

“Aisiviaaaaa....” Untuk beberapa detik Cakka masih terpaku melihat Sivia yang menoleh ke arahnya. Dan pada detik berikutnya ia melihat Acha yang berlari ke arah Sivia.

“Achaaa...” Cakka pun segera berlari menyusul Acha yang sudah sampai di depan Sivia.

“Kakak beneran artis Aisivia kan? Katanya kakak temennya Kak Cakka juga yaa?” Sivia hanya mengangguk dan menggerakkan tangannya untuk menggendong Acha.

“Iyaa.. Kamu lucu banget sih.” kata Sivia sambil mencium pipi Acha.

“Biar gue aja yang gendong. Lo sempoyongan gitu!” ucap Cakka sambil mengambil alih Acha dari gendongan Sivia saat melihat kaki Sivia yang gemetaran.

“Kak Aisivia ikut jalan-jalan sama Acha yaa?” pinta Acha dengan tatapan yang memelas.

“Udahh Acha jangan ganggu Kak Sivia lagi yaa. Kak Sivia pasti sedang sibuk kerja.” Sivia tersenyum pahit mendengar kata-kata Cakka.  Niat Cakka sebenarnya baik, ia hanya tidak ingin Sivia capek tapi di sisi lain Sivia berpikir kalau Cakka sengaja menjauhinya supaya Ify tidak cemburu.

“Nama kamu Acha yaa?” tanya Sivia. Acha pun membalas pertanyaan Sivia dengan anggukan ringan.

“Maaf yaa Acha sayang, kakak gak bisa nemenin kamu jalan-jalan. Kakak masih ada pekerjaan.” Sivia mencoba menahan rasa sakit hatinya sambil mengelus pelan pipi Acha.

“Sivia, kata Pak Sutradara kamu dapat break sampai sore. Pemotretan selanjutnya di bianglala saat matahari terbenam.” Sivia mengerutkan keningnya. Penjelasan dari Febby benar-benar menghancurkan niatnya untuk menjauh dari Cakka. Ia tidak mungkin sanggup menolak Acha apalagi melihat tatapan berharap yang dilemparkan Acha kepadanya.  

“Gimana kak?” tanya Acha dengan tatapan berbinar dan penuh harap. Sivia pun mengangguk pasrah. Melihat itu, Acha langsung melompat turun dari gendongan Cakka dan segera menggandeng tangannya.

“Ayooo bersenang-senang.” teriak Acha semangat.

“Kak Febby, Sivia pergi dulu yaa!” Sivia segera menyusul Acha dan Cakka saat melihat acungan jempol Febby.

~Lollipop~

                Seharian ini Sivia benar-benar bersenang-senang dengan Acha dan Cakka. Sejenak Sivia dan Cakka melupakan bagaimana terkoyaknya perasaan mereka kemarin. Mereka memilih menikmati hari ini, karena ke depannya belum tentu mereka akan punya waktu berdua lagi.

                Yang pertama mereka kunjungi adalah istana boneka, Sivia ingat saat secara tak sengaja Cakka memujinya dengan mengatakan kalau dia dan Acha lebih imut daripada semua boneka yang ada disana.

“Kak Sivia, bonekanya lucu dan imut banget ya.” puji Acha, sekarang Acha juga memanggil Sivia dengan nama panggilannya dan bukan nama lengkapnya. Kata Sivia sih, biar lebih akrab.

“Iya, super duper lucu sama imut. Jadi pengen bawa pulang.” balas Sivia dengan wajah yang gembira.

“Kalian berdua aneh yaa, kalian berdua gak sadar kalau kalian jauh lebih imut dari semua boneka disini.” Acha dan Sivia langsung terkekeh geli saat mendengar kata-kata Cakka, apalagi melihat pipi Cakka yang bersemu merah karena memuji mereka.

“Dasar gombal..” ucap Acha dan Sivia.

“Hahaha..”

                Yang kedua adalah poci-poci. Sivia jelas mengingat kejadian disana. Saat secara tidak sengaja Acha memutar terlalu keras dan pada akhirnya Cakka memeluk erat tubuh Acha dengan tangan kirinya sementara tangan laki-laki itu melingkari kepala Sivia agar dia tidak pusing.

“Kalian tidak apa-apa?” tanya Cakka setelah mereka turun dari poci-poci. Acha mengangguk senang sementara wajah Sivia bersemu merah.

“Lo gak demam kan Vi? Muka lo merah banget.” tanya  Cakka sambil menggerakkan tangannya untuk menyentuh kening Sivia.

“Ehhh.. gak apa-apa kok. Kelamaan kena matahari mungkin.” jawab Sivia sambil menahan tangan Cakka.

“Muka gue merah karena lo peluk kepala gue tau.” batin Sivia.

                Yang ketiga adalah rumah miring, Sivia jadi senyum-senyum sendiri saat membayangkan kejadian di rumah miring tadi. Sivia ingat jelas saat ia tidak bisa menjaga keseimbangannya dan akhirnya jatuh menimpa Cakka. Dan disana Acha tertawa keras melihat mereka berdua.

                Setelah itu masih banyak permainan lagi  yang mereka coba. Dan semuanya terasa menyenangkan. Dan hari ini akan berakhir saat bianglala berhenti berputar. Disini ia akan resmi kehilangan cintanya, Cakka.

“Achaa, kakak balik ke tempat pemotretan lagi yaa. Kamu baik-baik yaa.” kata Sivia sambil mencium pipi Acha.  

“Cakka, terima kasih untuk hari yang menyenangkan. Dan selamat karena lo sama Ify udah balikan.” Cakka termenung sesaat, ia merasa sakit mendengar Sivia mengatakan itu. Andai ia bisa mengatakan kalau yang ia cintai itu Sivia bukan Ify.

“Selamat juga buat lo karena udah jadian sama Alvin.”

“Hah?! Tapi gue gak...” ucapan Sivia terpotong saat ia mendengar teriakan Febby.

“Hadiah untuk kalian.” Sivia memberikan sebatang lollipop strawberry pada Acha dan lollipop lemon untuk Cakka.

“Lo tau rasa lollipop lemon?” bisik Sivia pada Cakka.

“Asam Kka. Makasih untuk semuanya. Dan tolong jaga Ify.” Sivia pun berjalan meninggalkan Acha dan Cakka.

“Sivia, gue tau rasa asam. Rasanya sama kaya cinta gue ke lo.” batin Cakka sambil tersenyum kecut.

~Lollipop~

                Sivia sedang mengambil kumpulan surat cinta di lokernya saat Ify menghampirinya dengan wajah bahagia. Sivia sendiri sedang berusaha menekan rasa irinya. Sesekali ia menggerakkan bibirnya untuk menyiapkan senyum termanisnya.

“Siviaaaaa....” Ify segera merangkul leher Sivia dengan manja.

“Tau deh yang baru jadian. Pajaknya mana nih?” kata Sivia dengan nada ringan.

“Nanti gue bakal traktir lo di kantin gabungan deh. Ada Alvin juga lho.” goda Ify sambil mengedipkan sebelah matanya pada Sivia.

“Gue nggak jadian sama Alvin tau.” kata Sivia sambil berjalan meninggalkan Ify.

“HAH?! Maksud lo apa?” Sivia terus berjalan meninggalkan Ify yang masih melongo di depan lokernya.

“Siviaaa...” teriak Ify.

~Lollipop~

                Sivia sekarang sedang berjalan menuju kantin gabungan. Ia memang sengaja menghilang duluan sebelum Ify kembali memberondongnya dengan sejuta pertanyaan lagi. Tapi tiba-tiba saja ia langsung ditarik oleh beberapa kumpulan cewek.

“Sakit!” jerit Sivia saat tubuhnya didorong keras sampai membentur tembok.

“Lo, jangan macam-macam!” kata salah seorang dari mereka sambil menarik dagu Sivia.

“Macam-macam gimana sih? Gue punya salah apa sama kalian?” tanya Sivia, mulutunya berbicara dengan lancar dan tegas tapi tangannya yang mengepal erat sangat gemetaran.

“Lo tau gak? Gara-gara ada lo disini, cowok-cowok sama sekali nggak ngelirik kita. Lo itu cuma pengganggu. Sok cantik lah, sok manis lah, sok imut lah.” Sivia membulatkan matanya agar menimbulkan efek menakutkan tapi gadis-gadis yang disana hanya tertawa.

“Kami gak bakal takut sama cewek kecil macam lo.”

“Tapi bagus juga yaa! Kalau muka artis lo ini kena tamparan. Atau sekalian lecet juga.”

“PLAAAKK..”

“Ehh, kayaknya kalau cuma satu tamparan kurang tuh.”

“Gak ma-in ka-sar!” Gadis-gadis yang mengelilingi Sivia langsung mundur melihat Cakka yang menahan tangan gadis yang akan menampar Sivia lagi.

“Kalau dalam hitungan kelima kalian gak cepat pergi. Video ini bakal gue sebarin ke seluruh sekolah, bahkan bisa gue jual ke stasiun tv. Lucu kali yaa, kalau besok headlinenya cewek-cewek gila nge-bully artis imut.” Mendengar kata-kata Cakka, gadis-gadis disana langsung pucat pasi, kalau video itu disebar ke sekolah pasti mereka kena skorsing tapi kalau sampai video itu diputar di stasiun tv pasti tidak ada laki-laki yang mau pada cewek brutal macam mereka.

“Satu...”

“Dua..”

“Tiga..” Cakka tersenyum puas saat melihat gadis-gadis itu pergi dari sana.

“Sivia, lo gak apa-apa kan?” tanya Cakka sambil menyentuh lebam di pipi Sivia.

“Sakit..”

“Ehh, Kka tolong bilang ke Ify. Gue gak bisa ikut makan-makan. Dan makasih banyak.” Sivia pun langsung pergi begitu saja dari sana.

~Lollipop~

                Cakka melihat Ify dan Alvin yang sedang bercanda. Entah kenapa saat ini Cakka ingin merangsek maju ke arah Alvin dan memukulnya keras, tapi semua keinginan itu ia tahan dengan kuat.

“Halo Kka!” sapa Ify dan Alvin saat melihat Cakka yang berjalan kearahnya.

 “Berarti kurang Sivia.” ucap Ify saat Cakka mengambil tempat duduk di sebelahnya.

“Dia gak datang. Tadi dia dikeroyok sama murid-murid cewek mungkin sekarang dia di Ruang Kesehatan.” Cakka melihat tubuh Alvin dan Ify menegang mendengar kata-katanya.

“Sialan tuh cewek-cewek, beraninya main keroyokan.” umpat Ify.

“Vin, harusnya lo jaga Sivia. Bukannya dia pacar lo!” Cakka benar-benar menekan rasa marahnya pada Alvin. Kenapa Alvin begitu tidak bertanggung jawab, mengabaikan Sivia yang pacarnya. Padahal ia yang hanya sebagai pemilik cinta bertepuk sebelah tangan saja masih berusaha melindungi gadis itu.

“Gue emang mau jaga Sivia tapi gue bukan pacar Sivia!” Cakka tersentak kaget mendengar ucapan Alvin. Lalu apa maksud dari pelukan malam itu. Apa itu hanya pelukan perpisahan? Apa yang sebenarnya terjadi?

“Ify kayaknya lo harus nemenin Sivia deh.” Ify hanya mengangguk, ia sempat mencium pipi Cakka sekilas lalu meninggalkan mereka.

“Ceritain..” ucap Cakka pada Alvin saat melihat Ify keluar dari kantin gabungan.

“Sivia nolak gue. Dia bilang ada yang dia sukai. Orang yang akhir-akhir ini ada dalam hidupnya. Tapi sayang cintanya bertepuk sebelah tangan gara-gara cowok itu plin-plan.” Alvin mulai berjalan meninggalkan Cakka yang masih mematung.

“Sivia nggak jadian sama Alvin? Ada cowok selain Alvin yang Sivia sukai? Cinta bertepuk sebelah tangan? Cowok plin-plan?”

“Vin, lo tau siapa cowok itu?” tanya Cakka yang entah sejak kapan menarik tangan Alvin.

“Bukan urusan lo!” Alvin menepis kasar tangan Cakka yang memegangnya.

“Alvin! Itu urasan gue.”

“Lo, Cakka. Cowok bego itu lo! Lo cowok plin-plan itu!” marah Alvin.

“Hati lo itu milih Sivia tapi kenapa lo jadian sama Ify! Gara-gara perbuatan bodoh lo lo nyakitin hati Sivia, hati lo, dan nantinya hati Ify.” Alvin mendorong kasar bahu Cakka dan mulai berjalan lagi.

“Dan saat gue ketemu Sivia tadi, lo tau apa yang ia bawa? Satu kantung plastik penuh lollipop lemon. Cintanya yang baru ia sadari berakhir asam.”

“Tapi tenang aja. Gimanapun caranya gue bakal buat dia suka sama gue.” Mendengar semua kata-kata Alvin, Cakka terpaku di tempatnya.

“Jadi gue lah yang jahat disini.” ucap Cakka penuh sesal.

~Lollipop~

“Gue udah tau semuanya.”

“Jadi bukan gue yang dia cintai...”

“Jahat...”

“Ify?”

***

***Terima kasih udah mau baca***
***Tolong tinggalkan jejak buat penulis***


_mei_

Kamis, 03 Januari 2013

Lollipop [4]


[Penembakan]

                Cakka sedang tidur-tidur ayam di atas sofa kamarnya. Semua kejadian tadi siang membuat ia benar-benar bingung. Kenapa ia bisa begitu perhatian dengan Sivia? Dan bagaimana mungkin ia tidak merasakan apa-apa saat ia memeluk Ify?  Ify, cinta pertamanya!

Gadis yang ia sukai adalah Ify, bukan Sivia! Bahkan sekarang ia dalam proses mendekatkan Sivia dengan sahabatnya, Alvin. Semua ini benar-benar tidak masuk akal! Semua pikiran tentang Sivia dan Ify ini, benar-benar mengusiknya.

“Sivia, apa gue cinta sama lo?” tanya Cakka dengan suara pelan.

“Aku juga suka kamu.” Cakka mengerjapkan matanya tidak percaya.

Baru saja ia mendengar dengan jelas suara Sivia, tapi darimana asalnya? Apa sekarang Sivia ada di rumahnya? Cakka segera berlari ke arah jendela kamarnya. Tidak ada siapapun di luar sana. Tapi ia benar-benar yakin mendengar suara Sivia. Didorong rasa penasaran, Cakka pun keluar dari kamarnya.

“Acha, kamu dengar ada yang manggil kakak gak?” tanya Cakka pada adiknya yang sedang asyik menonton televisi.

“Gak ada kok kak.” Acha menjawab sambil menggelengkan kepalanya dan itu membuat dua ikatan rambutnya bergoyang lucu.

“Sudah kukatakan aku suka kamu tapi kenapa kamu masih pergi dengan gadis lain.” Cakka terkesiap lagi. Suara Sivia terasa benar-benar nyata. Mana mungkin ia salah dua kali? Cakka pun segera berlari menuju pintu depan rumahnya. Tapi saat ia membuka pintu, tidak ada Sivia disana. Dan entah kenapa ia benar-benar merasa kecewa.

“Kakak kenapa sih? Lagi nunggu temen yaa?” tanya Acha saat melihat Cakka berjalan gontai ke arahnya.

“Cha, kakak mungkin udah gila.” ucap Cakka sambil memandang adik kecilnya yang berumur 8 tahun itu. Acha sendiri hanya mengangkat bahu tanda tidak paham dengan kata-kata Cakka.

Saat Cakka sedang memperhatikan Acha, mata Cakka tidak sengaja menatap sosok yang sedari tadi ia cari. Dia melihat Sivia sedang berpelukan mesra dengan seorang laki-laki di dalam televisi.

“Siviaaa..” ucap Cakka dengan penuh semangat, ia tau kalau ternyata ia tidak gila. Tadi itu suara Sivia yang ia dengar berasal dari televisi.

“Lho, Kak Cakka kenal artis Aisivia?” tanya Acha saat mendengar Cakka menyebut nama Sivia. Cakka langsung mengangguk semangat menjawab pertanyaan Acha. Sedangkan Acha yang melihat anggukan kepala Cakka pun langsung berbinar senang.

“Beneran kak? Kakak serius? Gimana aslinya? Cantik? Imut? Baik gak? Aduhh Acha suka banget sama Aisivia.” Acha pun tak tanggung-tanggung memberondong Cakka dengan pertanyaan.

“Dia itu imut, mungil, cantik, suka lollipop, dan baik hati.” Cakka tersenyum ringan, matanya masih terus menatap lekat sosok Sivia di dalam televisi.  

“Hayooo, jangan-jangan kakak suka sama Aisivia yaa?” goda Acha.

“Gak ngerti, Cha. Menurut kamu gimana?” Mendengar pertanyaan Cakka, Acha pun melemparkan tatapan bingungnya.

“Kakak kan yang ngerasain, kok nanya ke Acha sih.”

Cakka tidak menanggapi kata-kata Acha dan memutuskan untuk duduk di samping Acha. Entah kenapa ia begitu senang memperhatikan setiap ekspresi yang muncul dari wajah Sivia.

“Drama televisi ini tiap hari apa Cha?” Kedua mata Acha langsung melotot mendengar pertanyaan kakaknya.   

“Hiiii.. Ternyata Kak Cakka beneran gila.”

~Lollipop~

                Ditempat yang berbeda, Sivia juga sedang tiduran di kamarnya. Kondisinya sudah sedikit lebih baik daripada tadi siang. Tapi ada satu hal yang mengusiknya, sedari tadi ia terus memikirkan Cakka dan Alvin. Kalau Alvin sudah jelas, karena ia menyukainya, tapi Cakka? Ia belum menemukan alasan yang tepat kenapa memikirkan laki-laki itu.

 “Gue kok aneh banget sihh..”

“Apa mungkin otak gue agak geser gara-gara kebentur lantai tadi yaa?”

“Tapi kenapa gue ngerasa biasa sama Alvin.”

“Padahal dia pangeran penyelamat gue. Padahal dia terus nungguin gue di Ruang Kesehatan. Padahal Alvin ngantar gue pulang sampai rumah.”

“Padahal gue suka sama Alvin?”

                Sivia menarik rambutnya kesal. Kenapa ia jadi begini. Kenapa sedari tadi otaknya hanya memproses kenangan beberapa hari terakhir, saat ia bersama Cakka. Saat Cakka menawarkan perjanjian, saat Cakka membantunya untuk dekat dengan Alvin, saat Cakka tidak sengaja mendengar ia dihina siswi lain, dan saat Cakka menutup telinganya ketika siswi-siswi lain mulai menghinanya. Kenapa Cakka? Kenapa bukan Alvin?

“Dan kenapa tadi gue kecewa gara-gara gak lihat Cakka di ruang kesehatan.”

“Huuaaaaaaa....” teriak Sivia.

“Sivia?” Sivia langsung membungkam mulutnya saat mendengar panggilan dari luar kamarnya.

“Masuk Kak.”

“Sivia, sudah waktunya minum obat dan tidur.” Sivia memandang gadis cantik dihadapannya sambil tersenyum manis.

“Makasih banyak Kak Feb..” ucap Sivia sambil mengambil botol-botol obat yang disodorkan Febby.

~Lollipop~

                Festival untuk memperingati hari jadi SMA Putra dan Putri Permata akan segera dimulai. Semua siswa mulai mempersiapkan stan mereka masing-masing. Beberapa panitia festival pun  sedang asyik menata cafe buatan mereka. Mulai dari menata meja, menata kursi, sampai menyiapkan makanan yang akan mereka sajikan.

“Sivia, lo udah bener-bener sembuh kan? Muka lo masih kelihatan pucat.” tanya Ify pada Sivia yang sedang berdiri di dekat pintu cafe mereka.

“Udah mendingan kok..”

“Gimana kemarin pulang sama Alvin?” tanya Ify, sebelah matanya mengedip jahil ke arah Sivia.

“Gak kerasa. Gue kemarin cuma tidur di mobilnya aja.”

“Hehh.. cafe udah mau buka. Jangan ngobrol doang dong, mentang-mentang artis.” Sivia menggelengkan kepalanya sebal.

“Capek tau ngurusin kalian.” gumam Sivia pelan sambil menyenggol bahu beberapa siswi dihadapannya. Kesabaran yang sudah ia pupuk selama ini sudah mencapai puncak.

“Mentang-mentang artis jangan sok deh.” Salah seorang dari mereka langsung mendorong Sivia ke belakang, untung saja Ify sempat menahan tubuh Sivia agar tidak membentur pintu kelas.

“Kalian mau main kasar?” Siswi-siswi yang tadi memojokkan Sivia hanya bisa bergidik ngeri melihat tatapan mata Ify dan mendengar suara-suara dari gerakan jemari Ify.

“Guys, bodyguardnya ngamuk.” ucap salah seorang dari mereka, beberapa saat kemudian mereka berhamburan di dalam kelas.

“Gue gak papa kok. Makasih Ify.” Sivia melemparkan senyum manisnya pada Ify.

“Sivia...”

“Anak-anak yang bagiin kepangan pita butuh bantuan lo buat narik perhatian pengunjung. Lo kan artis, jadi pasti mereka langsung kenal sama lo.” Sivia langsung melotot saat melihat salah seorang panitia berbicara dan melambai di depan pintu cafe mereka.

“Gue?” siswa itu hanya mengangguk mendengar pertanyaan Sivia. Sivia sendiri mencoba mengumpulkan nafasnya dan berdoa dengan cepat.

“Ini nih gak enaknya jadi artis.”

“Dan berarti hari ini bersama cowokk...” batin Sivia pasrah.

~Lollipop~

“Ehh.. yang ngasih kepangan pita itu beneran artis? Ayo kesana deh!”

“Artisnya siapa sih?”

“Aisivia Putri, itu lho artis cantik seumuran kita.”

“Katanya aslinya lebih cantik dan imut.” Cakka yang sedang dalam perjalanan menuju sekolahnya hanya bisa merengut sebal mendengar percakapan cowok-cowok di depannya.

“Emangnya Sivia tontonan..” batinnya kesal.

“Tunggu dulu! Sivia sama cowok..” Cakka yang sadar akan sesuatu langsung berlari menuju gerbang sekolahnya.

Saat sampai di dekat pintu gerbang ia melihat Sivia yang mencoba tersenyum ramah ke arah cowok-cowok yang minta kepangan pita padanya. Tapi yang membuat Cakka heran adalah pada bagian Sivia banyak cowok yang mengantri sedangkan bagian milik panitia lain hanya beberapa orang saja yang mengantri disana. Ternyata Sivia benar-benar hebat.

“Dia cantik yaa.”

“Gue yang ngoleksi semua fotonya aja kaget ternyata aslinya jauh lebih cantik.”

“Aduhh, jadi pengen megang tangannya yang bagiin kepangan pita.” Cakka langsung melemparkan tatapan sebal pada cowok-cowok yang berjalan ke arah Sivia.

~Lollipop~

                Dari tadi Sivia terus menghela nafas. Ia berusaha menghilangkan rasa takutnya pada cowok dan pada beberapa kamera yang mengambil fotonya diam-diam.

“Huuaaaaa....” jeritnya dalam hati.

“Sivia, boleh kami minta kepangan pita?” Sivia langsung bergidik ngeri saat salah satu cowok dari kumpulan di depannya itu mengedipkan genit sebelah mata padanya.

“I-ini..” gugup Sivia sambil menyerahkan 5 kepangan pita. Sivia langsung tersentak kaget saat tangannya yang mengulurkan kepangan pita itu digenggam oleh salah satu dari mereka.

“M-maaf..” Sivia mencoba menarik tangannya.

“Halo Sivia.” Cakka yang entah datang dari mana segera merangkul bahu Sivia. Sedangkan dengan cepat ia melemparkan tatapan membunuhnya pada laki-laki yang masih memegang tangan Sivia.

“Cepat lepas tanganmu! Dia Cakka!” Salah seorang dari teman laki-laki itu langsung memperingatkan. Dan tepat setelahnya kelima laki-laki itu berlari menjauh.

“Makasih banyak Kka. Kalau gak ada lo, gue gak tau bakal jadi apa.” kata Sivia sambil memberikan senyum manisnya pada Cakka.

“Sam...”

“Siviiaaaa....” panggilan dari Alvin itu menghentikan kata-kata Cakka sekaligus membuat kedua orang itu menoleh. Cakka sendiri langsung memilih pergi ketika Alvin semakin dekat ke arah mereka.

“Lho.. Kkaa mau ke man...” belum sempat Sivia melanjutkan pertanyaannya Cakka sudah tidak terlihat lagi.

“Cakka kemana Vi?” tanya Alvin yang sekarang sudah berada di depan Sivia.

“Gak tau.”

“Mau gue temenin gak?” tanya Alvin sambil melihat Sivia yang sendirian membagikan kepangan pita.

“Boleh..” Sivia pun melemparkan pandangan terima kasih sambil tersenyum manis.

“Sivia hari ini gue bakal lakuin rencana gue. Rencana yang luar biasa.” batin Alvin sambil memandang Sivia.

~Lollipop~

                Cakka baru saja masuk ke cafe para panitia festival. Pandangan matanya berhenti ketika melihat Ify yang kerepotan membawa pesanan, dengan sigap Cakka pun mengambil alih nampan yang Ify bawa.

“Gue bantuin..” sahut Cakka sambil tersenyum ke arah Ify. Ify hanya tersenyum riang. Dan tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya. Dengan cepat Ify mengambil dan mengetik sesuatu di ponselnya.

“Ikut aku Kka. Ayo kita bolos bekerja.” Ify segera menarik tangan Cakka saat melihat laki-laki itu meletakkan nampan.

“Mau kemana sih Fy?” tanya Cakka yang pasrah tangannya ditarik.

“Siviaaa...” Cakka menatap Ify sejenak kemudian beralih menatap Sivia dan Alvin.

“Ayo kita ke rumah hantu!” ajak Ify sambil menarik tangan Sivia.

“Hah! Rumah hantu?” tanya Sivia takut-takut.

“Emang ada yang buat rumah hantu?”

“Ada, kakak kelas kita.”

“Lo takut yaa..” goda Cakka saat melihat raut tidak yakin dari wajah Sivia.

“Idihhh, gak dong! Ayo jalan!” Mereka berjalan bersama menuju ke rumah hantu. Saat tiba disana raut wajah Sivia masih terlihat tidak yakin. Tapi karena gengsi pada Cakka akhirnya Sivia berjalan di depan, dibelakangnya ada Ify, Cakka, dan Alvin.

“Huaaaa...” Sivia langsung menutup matanya dan jongkok saat melihat sesuatu melintas di depannya.

“Ada yang lewat Ifyyy..” teriak Sivia, Ify dan Alvin pun langsung menenangkan Sivia sementara Cakka tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Sivia.

“Udah dong Kka! Via tenang yaa. Ada gue kok.” kata Alvin sambil mengusap puncak kepala Sivia.

“Cakka.. lo jahat banget sama gue.” kata Sivia saat  sudah mulai tenang.

“Masa lo tega ngetawain gue yang ketakutan..”

“Ini terakhir kali gue usilin lo. Karena setelah ini lo bakal jadi milik Alvin. Dan gue putusin gak akan ganggu lo.”

“Bahkan nanti gue akan bantu dia saat nembak lo.”

“Tapi sekarang gue sadar, lo itu cinta gue. Sedang Ify masa lalu gue.”

~Lollipop~

                Alvin membawa Sivia ke atap sekolah. Sedangkan dari bawah Cakka mengamati mereka berdua, bersiap meluncurkan kembang api yang nanti akan membawa cintanya pergi. Sivia sendiri bingung kenapa ia dibawa kesini, dipisahkan dengan Cakka dan Ify. Kenapa Cakka lagi? Perlahan Alvin menggenggam tangan Sivia, mencoba menatap ke dalam mata Sivia.

“Sivia, gue gak tau apa yang terjadi sama gue.”

“Gue yang sebelumnya adalah Alvin yang dingin sama semua cewek. Tapi sekarang gue bisa bener-bener peduli sama seorang cewek. Dan gue beruntung karena cewek itu lo.”

“Gue memang bukan orang yang romantis. Makanya gue cuma mau bilang, gue suka sama lo! Sebagai buktinya lihatlah ke langit.”

“Duaaaarrr....” Sivia menatap kembang api yang baru saja dinyalakan oleh Cakka. Alvin tersenyum melihat bibir Sivia melukis senyuman.

“Kembang api itu hadiah dari gue.”

“Jadi?” tanya Alvin. Sivia memejamkan matanya sejenak. Dan yang terbayang disana adalah wajah seorang laki-laki yang menggugah hatinya.

~Lollipop~

                Cakka berdiri mematung sambil menatap ke arah langit, kembang apinya meledak sama seperti hatinya yang hancur. Hatinya bertambah sakit ketika melihat Alvin berpelukan dengan Sivia. Matanya menerawang jauh, ia sadar sekarang. Mungkin cinta tak harus memiliki?

“Cakka..” Cakka memutar kepalanya, entah sejak kapan tangannya digenggam lembut oleh Ify.

“Gue suka sama lo, Kka. Dan lo mau jadi pacar gue lagi kan? Gue janji gak akan mutusin lo tanpa alasan lagi.” Ify memadang Cakka dengan penuh harap. Sedangkan Cakka memutuskan untuk memeluk Ify, mencoba menenangkan hatinya sendiri.

“Makasih Kka. Makasih mau jadi pacarku lagi.” Cakka terdiam, ia memang belum mengatakan iya tapi tidak ada salahnya mencoba berpacaran lagi dengan Ify. Mungkin saja ia akan kembali suka pada gadisnya itu dan melupakan semua tentang Sivia.

“Sama-sama..” kata Cakka dengan suara yang benar-benar pelan.

“Siviaaaaa...” Cakka dan Ify langsung beralih menatap sumber suara.

Mereka berdua benar-benar terkejut. Saat ini Sivia sedang berada dalam pelukan Alvin. Cakka kembali merasakan sakit pada hatinya. Tapi kenapa ia sama sekali tidak sadar kalau dua orang itu berada disana. Sivia dan Alvin dibawah? Sivia tau dia dan Ify balikan? Dan kenapa Sivia pingsan?

“Apa gue salah lagi?” Cakka memandang sendu Alvin yang menggendong tubuh Sivia, sementara Ify ikut mengantar Alvin ke Ruang Kesehatan.

“Sivia, gue pengen tau apa yang lo rasain sekarang..”

****

***Selamat dan terima kasih udah mau baca***
***Tolong tinggalkan jejak buat penulis***


_mei_