Jumat, 09 Desember 2011

Destiny, You and Me Part 3 ( Bantuan Kecil )


Destiny, You and Me Part 3
~ Bantuan Kecil ~

                Dengan langkahnya yang terburu-buru laki-laki berlari ke sebuah ruangan di salah satu bagian sekolah ini. Tidak butuh waktu lama Iama, ia sampai. Dengan terburu-buru ia membuka pintu di hadapannya dan berteriak kencang.

“ Kita kena sabotase !” suara kencang bercampur desah nafas yang tidak beraturan memenuhi seluruh ruangan ini. Semua anak-anak yang tadinya sedang melamun langsung terlonjak kaget dari tempat  duduk mereka.

“ Apaan sih Chris !” bentak beberapa dari mereka yang merasa sangat terganggu.

“ Semua formulir yang kita taruh di dekat mading, Hilang ! Omaigottt ! Itu kan asset kita ! Omaigottt !” Chris bergerak kesana-kemari sambil menggumam tidak jelas.

“ Tidak hilang ketua OSIS.” kata seorang gadis cantik yang sedari tadi diam saja. Chris berhenti berputar, dan memandang gadis itu sejenak, meminta penjelasan.

“ Maksudmu ?”

“ Lihat kemari !” gadis itu menunjukkan setumpuk kertas di depannya. Mata Chris membelalak kaget, segera ia hampiri tempat duduk gadis itu.

“ Kanya, ini serius ?” tanya Chris, Kanya hanya mengangguk mantap. Mata Chris masih tak henti menatap lembaran-lembaran formulir yang sudah terisi itu.

“ Kami semua juga bingung, tadi pagi waktu kami datang semua formulir ini telah terisi.”  Chris menggeleng bingung.

“ Sudahlah kalau begitu, mari kita umumkan !” tak mau berpikir lama, Chris segera berjalan ke radio sekolah.

><><><><><><><><><>< 

“ Gab..”

“ Gab..”

                Panggilan pelan itu sama sekali tidak mengusik lamunannya. Laki-laki itu masih asyik dengan alam lain miliknya.

“ Gabriel Stevent !” Akhirnya sebuah bentakan keras berhasil membawa dia keluar dari dunia lamunannya.

“ Ehh, Ibu…” Gabriel hanya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Ia memandang sekelilingnya, terlihat sekali kalau teman-temannya sedang menahan tawa.

“ Kamu itu melamun saja. Kalau memang kamu merasa pintar sudah sana keluar dari kelas saya. Gak usah ikut belajar !” Bentak sang guru dengan galaknya.

“ Yah, ibu kok gitu sih. Kalau saya udah pintar mana mungkin saya masih sekolah. Lagian kalau saya pintar, pasti saya yang jadi guru bukan ibu.” Dengan cepat Gabriel menutup mulutnya sendiri. Ia memandang wajah gurunya yang sudah benar-benar kesal padanya. Gabriel hanya nyengir dan kabur !!

“ Gabriel !!” Tawa pun pecah setelah Gabriel meninggalkan kelas itu.

><><><><><><><><><><>< 

“ Bagi semua siswa yang sudah mengisi formulir keikutsertaan lomba. Diharap nanti waktu istirahat pertama kumpul di aula. Dan terima kasih partisipasinya. Aku sangat menghargainya.”

                Semua murid yang sudah mendaftar kini berkumpul di aula. Mata Chris terus berputar ke semua penjuru aula, dia tidak disana. Seseorang yang benar-benar ia harapkan ada disana.

“ Mungkin dia benar-benar tidak ingin keberadaannya diketahui oleh siapapun.” Cakka berkata lirih sambil menepuk pelan bahu Chris. Chris tetap terdiam dan menggeleng.

“ Kalau begitu, untuk apa dia pulang.” Lirih Chris, sangat lirih.

><><><><><><><><><>< 

                Sivia sedari tadi duduk diam di taman ini. Menikmati semilir angin yang berhembus lembut di wajahnya. Tugasnya selesai ! Ia tersenyum puas. Saat ia akan meninggalkan tempat duduknya sebuah tangan menahannya.

“ Kanya ?”

“ Siv, aku cuma mau bilang. Makasih bantuannya. Aku tau, ini semua terjadi karenamu.” tutur Kanya lembut.

“ Bukan, ini semua terjadi karena usaha keras kalian selama ini. Aku hanya memberi sedikit saran kepada mereka. Saran kecil yang gak berarti apa-apa kok !”

“ Tetap saja aku berterima kasih.” Dengan lembut Kanya memeluk Sivia.

“ Tapi maukah kamu jadi wakil untuk menyanyi solo.” Dengan cepat Sivia mengurai pelukan Kanya. Dia menatap Kanya dalam dan menggeleng kuat.

“ Aku tidak ingin mereka tau aku ada disini.”

“ Tapi aku tidak mungkin bisa mengal…”

“ Suuttt…” Sivia meletakkan telunjuknya di bibir Kanya.

“ Tidak ada yang tidak mungkin. You have a great voice.”

“ Tapi suaramu jauh lebih bagus dari suaraku Siv..”

“ Maaf aku memutuskan untuk tidak memperlihatkan diriku.”

“ Maaf..”

                Sivia merasakan ada cairan kental yang akan menyeruak dari dalam mulutnya. Segera ia menutup mulutnya dan berlari ke arah kamar mandi.

“ Siv….!!”

><><><><><><><><>< 

“ BRUUKKK….”

Belum sampai di kamar mandi, Sivia bertabrakkan dengan seorang laki-laki. Karena tidak mampu menahan lagi, Sivia segera memuntahkan semua cairan kental yang sudah memenuhi rongga mulutnya. Ia tidak peduli dengan laki-laki yang ada disana. Laki-laki yang ditabraknya pun sangat terkejut melihat apa yang keluar dari mulut Sivia.

Tubuh Sivia lemas seketika, kesadarannya makin lama makin berkurang. Dan sekarang kesadarannya benar-benar hilang. Setelah memastikan Sivia benar-benar pingsan, laki-laki itu segera mendekat ke arah Sivia dan membawanya pergi dari sana.

“ Ternyata kamu belum sembuh…” lirihnya sambil terus memandangi wajah pucat Sivia.

><><><><><><><><>< 

“ Hoiii !! Kamu tadi ngapain aja sih ?” tanya Dayat pada Gabriel yang masih asyik melamun.

“ Lagi mikirin Via.” jujur Gabriel dengan suara yang pelan. Dayat menghela nafas panjang.

“ Dia gak disini Bro. Dan kamu harus sadar, disini ada Ify yang tulus sayang sama kamu.” Gabriel menghela nafas lagi.

“ Aku gak suka sama Ify dan bukankah kamu yang suka sama dia. Jauh lebih tulus dari aku.”

“ Tapi dia…”

“ Gak pernah lirik kamu, Bodoh !! Dia itu cuma belum sadar ada cinta tulus yang menunggunya. Cinta yang baik untuknya.” Gabriel menepuk pelan bahu Dayat dan berlalu dari sana.

“ Lagipula cintaku bukan untuknya..” lanjutnya lirih.

><><><><><><><><>< 

                Perlahan Sivia sadar dari pingsannya. Ia merasakan sakit yang teramat pada salah satu bagian tubuhnya. Segera ia meringkuk sembari memukul pelan bagian tubuhnya yang terasa sangat sakit. Berharap dengan pukulannya sakit itu akan menghilang.

                Sementara laki-laki itu tetap diam di tempatnya, memperhatikan Sivia dengan lekat. Jujur ia tidak sanggup melihat Sivia dalam keadaan seperti sekarang. Kalau bisa ia ingin menghampiri dan memeluknya tapi entah kenapa otaknya berkata lain… Jadi ini yang membuat Sivia tidak ingin keberadaannya diketahui, penyakitnya belum sembuh !

                Sivia terus memukul perutnya mungkin bukan perut tepatnya. Rasa sakit itu semakin lama semakin kuat. Perlahan Sivia bergerak ke tepi ranjang. Mengeluarkan semua cairan kental dari mulutnya. Bersama dengan itu, air matanya luruh. Tangannya pelan mengusap mulutnya. Kemudian ia pandang sisa cairan kental di tangannya.

“ Darah lagi…” lirihnya.

><><><><><><><>< 

                Laki-laki itu terdiam di taman. Baru saja ia keluar dari UKS. Ia benar-benar tidak tega melihat keadaan Sivia yang seperti itu. Hatinya terasa benar-benar sesak luar biasa.

“ Chris..” panggil seorang laki-laki.

“ Kenapa kamu murung ?” tanya Cakka, Chris hanya menggeleng. Cakka menghela nafas dan duduk di samping Chris.

“ Apa kamu tau, semua anak yang mengisi formulir itu bergerak karena…”

“ usaha kita selama ini, mereka menghargai usaha kita kan ?” lanjut Chris.

“ bukan cuma itu.” Chris berkerut bingung, ia tidak mengerti.

“ Mereka tergerak karena surat kaleng yang mereka terima.” Cakka menyerahkan sepucuk surat pada Chris, memang cuma fotokopian  tapi Chris benar-benar tau pemilik tulisan ini.

“ Sivia…” lirih Chris, Cakka mengangguk.

“ Chris, Cakka !” teriak Kanya. Chris dan Cakka segera menoleh ke arah Kanya.

“ Kalian lihat Sivia ?” tanya Kanya, raut wajah Chris berubah pucat seketika.

“ Gak tuh.” Jawab Cakka sedang Chris menggeleng ragu.

“ Aduh kemana sih dia, masak tiba-tiba hilang.” Kanya segera duduk diantara Chris dan Cakka.

“ Aduh Kanya, sempit tauuu….” Omel Cakka.

“ Yahh, Cakka. Kan udah gak ada bangku lagi. Masak aku duduk di tanah.” Kanya menatap Cakka dengan wajah memelasnya.

“ Itu Sivia..” Cakka tidak mempedulikan Kanya. Ia malah menunjuk Sivia yang sedang berjalan di koridor. Senyum lega tersungging di bibir Chris, sementara Kanya melambai.

“ Sivia…”

><><><><><><><><>< 

                 Gabriel berhenti berjalan, kini ia duduk di pinggir lapangan basket. Dia mengambil dompetnya, dibukanya perlahan dan kini muncul foto seorang gadis cantik dengan senyum dan lesung pipitnya yang khas.

“ Kamu itu ! Bagian terpenting hidup aku, dan kamu itu keping puzzle terakhir hati aku.” Lirih Gabriel sambil mengelus foto itu perlahan.

“ Mana mungkin aku bisa masuk ke hati kamu…” gadis di belakangnya memandang lirih Gabriel dan foto yang ada di dompetnya.

“ Karena hanya ada Sivia di hati kamu…” lanjutnya lirih.

><><><><><><><><><>< 

“ Sivia terima kasih.” kata Cakka tulus, Sivia hanya diam.

“ Kamu terlihat pucat, Siv.” tutur Kanya lembut, Sivia segera menutup pipi dan bibirnya. Tanpa banyak bicara ia meninggalkan tempat itu.

“ Kenapa sih dia, pulang-pulang jadi aneh.” kesal Cakka. Sementara Chris terus memandag Sivia sampai hilang dari pandangannya..

“ Kalian hanya tidak mengerti dan akupun juga belum terlalu mengerti dengan apa yang ia sembunyikan.” Chris berlalu, Cakka dan Kanya hanya berpandangan tak mengerti.

****

***Buat yang baca tinggalkan jejak***
***makasih udah mau baca***


_mei_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar