Sabtu, 10 September 2011

Lihat Lebih Dekat Part 8


Lihat Lebih Dekat Part 8
~ Dia Kembali !!! Musuh Atau Sahabat ??? ~

                Beberapa hari terakhir ini Alvin benar-benar merasa ada sesuatu yang hilang dari harinya. Mungkin karena gadis yang biasa menemaninya bertengkar tidak masuk sekolah dengan tenggang waktu yang cukup lama, 1 minggu. Rasa penasaran tentang bagaimana keadaan gadis itu pun sebenarnya telah memenuhi pikirannya. Tapi rasa gengsinya terlalu besar walau sekedar untuk bertanya pada sahabat-sahabat gadis itu.

                Tapi pagi ini mungkin akan berbeda, bahkan sangat berbeda. Ketika ia masuk ke dalam kelas dilihatnya gadis itu sudah duduk manis di bangkunya bersama para sahabatnya. Ia sedang membaca buku sementara kedua sahabatnya asyik berceloteh ringan. Alvin pun mengembangkan sedikit senyum tipisnya. Entah kenapa ia begitu senang melihat gadis itu duduk dibangkunya lagi.

                Sementara para sahabat Alvin hanya memasang tampang bingung. Bukankah beberapa detik yang lalu laki-laki ini masih asyik melamun. Tapi sekarang ia tersenyum !! Mereka mengikuti arah pandangan Alvin. Dan yang mereka dapatkan adalah Sivia, Sang Putri Es yang sudah beberapa hari ini tidak masuk sekolah.

                Tanpa sadar Shilla menarik lengan Alvin. Ia cemburu. Alvin memandangnya lekat dan tersenyum seraya mengacak rambut Shilla. Shilla pun tersenyum mendapati perlakuan manis dari Alvin. Sedang disana Cakka hanya tersenyum miris. Di satu sisi ia cemburu tapi disisi lain ia bahagia karena Shilla juga  bahagia.

“ Alvin..” panggil Sivia ketika melihat Alvin melewatinya. Alvin pun langsung menatap Sivia.

“ Ada apa ?” tanya Alvin sambil menatap setiap lekuk wajah Sivia, wajah yang entah sejak kapan telah mengisi relung hatinya.

“ Jangan menatap aku seperti itu. Aku cuma mau bilang terima kasih dan jangan kasih tau siapa-siapa soal kejadian di UKS.” Sivia kali ini bicara tanpa ada nada dingin, mungkin menghilangkan nada dingin dari ucapannya adalah bentuk terima kasih darinya.

“ Hahhh..”

“ Kau pasti mengerti.” Sivia segera menutup buku di tangannya lalu berjalan keluar kelas.

“ Sivia, mau kemana kamu ?” Ify berteriak cukup keras ketika Sivia sudah sampai di depan pintu kelas.

“ Toilet..” jawabnya singkat dan pergi berlalu begitu saja.

><><><><><><><><>< 

“ BUKKK….”

“ Aduhhhh..” rintih Sivia sambil memegangi kakinya yang terasa sakit.

“ Ehh.., sorry. Kamu gak papa kan ?” tanya orang yang menabraknya. Sivia mendongakkan wjahnya menatap wajah orang yang menabraknya. Orang itu sama sekali tidak jatuh bahkan ia tidak bergerak dari tempatnya sedikit pun.

“ Ga papa kok.” balas Sivia dengan nada dinginnya. Ia segera berdiri dari jatuhnya. Dan mulai berjalan meninggalkan orang itu.

“ Ehh., maaf. Ruang kepsek ada dimana ?” tanya orang itu lagi. Sivia pun menghentikan jalannya dan menunjuk sebuah ruangan di ujung koridor. Orang itu hanya membungkuk, tanda terima kasih. Sivia pun melanjutkan jalannya untuk kembali ke kelas.

“ Alvin aku datang untukmu..” orang tadi hanya tersenyum sinis sambil mengatakan itu.

><><><><><><><><>< 

                Bel sudah berbunyi, semua murid sudah bersiap di bangkunya sambil menunggu sang guru datang. Akhirnya guru yang ditunggu pun datang tapi dia tidak sendiri, dia bersama seorang anak laki-laki tampan.

“ Bukankah itu laki-laki yang menabrakku tadi.” gumam Sivia sambil memandang seorang laki-laki yang sedang berdiri bersama dengan Guru Bahasa Indonesianya.

“ Hahh., kamu bilang apa vi ?” tanya Ify yang tanpa sengaja mendengar gumaman Sivia.

“ Bukan apa-apa kok.” balas Sivia dengan nada yang tenang, ia kembali memfokuskan pikirannya pada bukul tebal yang ia baca sebelumnya.

                Sementara itu di pojok belakang kelas seorang laki-laki benar-benar menahan emosinya. Kedua tangannya sudah terkepal kuat, bahkan wajahnya yang semula putih telah bersemu merah akibat menahan marah. Sementara ketiga sahabatnya hanya memandang cemas laki-laki itu, mereka takut hal itu terjadi lagi.

“ Ayo perkenalakan nama kamu.” Perintah sang guru Bahasa Indonesia.

“ Baik, nama saya Christoffer, tapi kalian boleh memanggil saya Chris.” Laki-laki itu mengembangkan senyumnya. Senyum yang cukup bisa membuat beberapa murid perempuan terlena. Kemudian tatapan Chris jatuh pada seorang laki-laki yang berada dipojok kelas.

“ Halo Alvin Adhika Karisma. Kangen nih !!” katanya dengan senyum sinis. Sementara Alvin sudah benar-benar tak bisa menahan emosinya.

“ BRAAKKKKK…” pertemuan antara tangan Alvin dan meja benar-benar terdengar keras dan nyaring.

“ Hei, cepat kamu keluar dari sekolahku !!” bentak Alvin kasar. Chris hanya bisa tersenyum miring sembari terkekeh geli.

“ Jangan mentang-mentang kamu anak dari pemilik sekolah kamu bisa mengusir murid lain seenaknya. Lagian sekolah ini punya ayahmu bukan punyamu.” Beberapa murid terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. Sementara Alvin semakin geram dengan kelakuan Chris, murid baru yang entah ada hubungan apa dengan Alvin.

“ Kenapa kalian mengangguk. Apa kalian mau dikeluarkan juga !!” Bentakan Alvin semakin kasar. Cakka, Shilla, dan Zahra sudah mencoba menenangkan Alvin yang semakin naik pitam. Semua anak langsung terdiam ditempatnya. Mereka takut, lebih tepatnya tak mau cari masalah.

“ Apa kau lupa dengan sahabat lamamu, Alvin.” Chris berkata dengan nada yang sangat menusuk. Alvin segera berjalan cepat ke arah Chris dengan seluruh emosinya.

“ Siapa yang sahabatmu., HAHH… !!” Alvin berkata tepat di muka Chris sembari menarik kerah baju Chris.

“ Aku !! Apa kau amnesia Alvin ?”

“ Bahkan aku ini saudaramu..”

“ Zahra, Cakka, Shilla apa kalian juga telah melupakan sahabat kalian ini.” Chris memandang bergantian ke empat ‘sahabat lamanya’ itu.

“ Cihh..” umpat Cakka, tangannya pun sudah terkepal dengan kuat. Sementara Shilla dan Zahra hanya terpaku ditempatnya, mereka seakan tak percaya menatap laki-laki itu sekarang berada di depan kelas, di hadapan mereka.

                Alvin dan Chris sudah saling menatap tajam. Aura pertengkaran pun sangat terasa diantara mereka. Dan saat Alvin akan melayangkan pukulannya.

“ BUKK…”

“ BUKK..”

                Dua buku tebal melayang tepat di muka Alvin dan Chris. Tatapan mata kedua laki-laki itu kini beralih tepat ke arah gadis yang baru saja ‘menghadiahi’ mereka sebuah buku.

“ Kalian itu kalau mau bertengkar, di luar sana !! Aku kesini mau belajar bukan mendengar atau melihat kalian bertengkar.” Sivia berkata seperti itu dengan nada sinis dan dinginnya. Ia pun kembali duduk. Sedang Alvin sedari tadi terus menatap Sivia sampai akhirnya ia memutuskan untuk duduk kembali.

                Chris hanya menatap Alvin bingung, tumben sekali seorang Alvin menuruti perintah seseorang, bahkan orang itu bukan sahabatnya. Tak lama Chris tersenyum penuh arti.

“ jatuh cinta ternyata..” gumam Chris lirih, ia kemudian menatap Sivia penuh arti.

“ Chris, kamu duduk disebelah Gabriel.” perintah Guru Bahasa Indonesia mereka. Chris hanya menurut dan berjalan ke tempat duduk yang ditunjuk sang guru.

><><><><><><><><><>< 

“ Gab., ayo ke kantin.” ajak Ify sambil menarik tangan Gabriel. Sivia hanya mengikuti dibelakang.

“ Ehh..” perkataan Chris terpotong karena Gabriel sudah menghilang duluan. Chris hanya bergumam sebal sambil berjalan menuju kantin.

><><><><><><><><><>< 

“ Siallll…” Alvin memukul batang pohon di depannya. Tanpa ia sadari darah segar mulai mengalir di tangannya.

“ Sudahlah, Vin. Tenanglah, kita takkan bisa mengadapinya dengan emosi.” Shilla segera menarik tangan Alvin. Menyiram lukanya dengan air mineral dan membalutnya dengan sapu tangan miliknya.

“ Sial., aku gak nyangka dia balik lagi.” Alvin menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

“ Tenang vin..” Zahra dan Shilla mengelus punggung Alvin. Sedang Cakka sedari istirahat tadi sudah tak terlihat.

“ Sialll.. banget !! Chrissss….” teriak Alvin keras. Zahra dan Shilla pun memahami apa yang terjadi dengan Alvin.

><><><><><><><><>< 

“ Vi, makan dulu.” Rio menyodorkan nasi gorengnya pada Sivia. Sementara Sivia menggeleng dan menyodorkan kembali nasi goreng dari Rio.

“ Gak kak, perut Via lagi gak enak banget buat dikasih makan.”

“ Nah, maka dari itu cepat makan.” suruh Rio yang sudah mulai gemas dengan tingkah Sivia.

“ Gak kak Rio..” tolak Sivia lagi.

“ Ya udah kalau kamu gak mau buat aku aja ya vi..” Ify bersiap mengambil nasi goreng milik Rio kalau saja tangan Gabriel tak menjitak kepalanya.

“ Aduhhhh.., apasih Gabb..” protes Ify sambil manyun sedang Sivia dan Rio hanya diam menahan tawanya.

“ Itu kan makanan buat Via., bukan buat kamu dodol.” ejek Gabriel sambil menjulurkan lidahnya.

“ Ihhh.. toh Vianya gak mau.” kata Ify, Sivia hanya mengangguk dan menyodorkan nasi goreng Rio pada Ify. Ify hanya tersenyum senang dan langsung melahapnya, sementara Rio tersenyum menatap gadis yang ia sayangi. Gabriel hanya geleng-geleng kepala.

“ Ehh.. fy. Itu tadi bekasku lho, jadi kita udah ciuman tidak langsung dong.” goda Rio sambil mengedipkan matanya. Ify terpaku sejenak.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

“ BRUSSHHHH…”

“ Ihhh., Ify jorok banget sihh…” protes Sivia dan Gabriel yang terkena semburan nasi goreng dari Ify. Segera Sivia dan Gabriel mengambil tisu di depan mereka dan membersihkan muka mereka dari butir-butir nasi goreng. Ify sendiri hanya cengengesan lalu ia kembali menatap Rio dengan tatapan serius.

“ Kak Rio, kamu gak serius kan ?” tanya Ify takut bercampur malu.

“ Enggak Ify cantik, aku cuma bercanda doang kok.” kata Rio sambil mengelus kepala Ify. Semburat merah pun mulai memenuhi wajah cantik Ify.

“ Hahh.., syukur deh. Kalo gitu, mari makan kembali !!” Ify kembali melanjutkan acara makannya, sedang Sivia, Rio, dan Gabriel hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

“ Haiii…” sapa seorang laki-laki. Sivia, Rio, dan Gabriel pun mendongakkan kepala mereka sedang Ify masih asyik dengan nasi gorengnya.

“ Kamu ngapain kesini ?” tanya Gabriel sambil tersenyum.

“ Mau gabung, habis gak ada tempat lagi. Boleh ??” pinta laki-laki itu, terlihat ia membawa satu mangkuk bakso dan jus jeruk.

“ Boleh kok..” balas Gabriel ramah, tanpa aba-aba laki-laki itu langsung duduk disamping Sivia.

“ Terima kasih !! Oh ya nama kalian siapa aja ??” tanya laki-laki itu sambil memakan baksonya.

“ Aku Rio kakak dari Sivia.” kata Rio sambil mengelus kepala Sivia yang duduk didepannya. Sivia hanya menatap tajam ke arah Rio. Seolah mengatakan – jangan elus-elus deh -.

“ Ify..” Ify sejenak menghentikan aktivitas makannya untuk sekedar menyebutkan namanya.

“ Sivia..”

“ Kamu cantik yaa..” Chris mulai melancarkan aksi gombalnya. Gabriel sedikit mendelik tak suka.

“ Biasa aja tuh. Udah makan aja sana.” Sivia segera berdiri dan langsung berpindah duduk di samping Rio.

“ Maaf, dia gak terlalu suka dipuji.” Rio pun menjelaskan pada Chris. Chris hanya manggut-manggut.

“ Maaf ya via.” Ucap Chris, tapi Sivia sama sekali tak memberinya respon atas permintaan maaf dari Chris.

“ Chrisss…..” Teriakan itu memenuhi seluruh kantin.

“ Apasih, aku belum budek tau.” balas Chris ketika melihat siapa yang memanggil namanya.

“ Baru tadi ketemu di kelas, masih kangen sama aku..” balas Chris dengan nada yang benar-benar sinis.

“ Kamu cepet pergi dari sekolah ini. Kamu harus tau kalau kamu itu bencana bagi Alvin.” ungkap Cakka jujur.

“ Kehadiranmu itu sama sekali gak berarti…”

“ Bodo., Emang penting gitu !! Yang penting itu, aku seneng.”

“ Kamu itu benar-benar RESEE…” Cakka menarik kerah baju Chris, sedang Chris masih menunjukkan ekspresi datarnya.

“ Ahhh.., kalian mengganggu acara makan orang aja sih.” Sivia berkata dengan nada dinginnya lalu segera berlalu meninggalkan meja itu.

“ Jadi gak napsu..” Ify juga ikut meninggalkan meja kantin dan menyusul Sivia.

                Chris dan Cakka masih terbengong dan menghentikan aksi berantemnya. Tak lama sebuah tepukan di bahu mereka masing-masing, menyadarkan mereka.

“ Lain kali kalau mau bertengkar lihat kondisi dulu yaa..” Rio dan Gabriel berkata bersamaan lalu berjalan meninggalkan kedua laki-laki itu.


************

*** Bagi yang udah baca terima kasih ***
*** Harap tinggalkan jejak buat yang nulis yaa ***



_mei_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar