Kamis, 22 September 2011

Lihat Lebih Dekat Part 9


Lihat Lebih Dekat Part 9
~ Hubungan Mereka ~


                Rio sedang duduk sambil membaca serius buku yang tebalnya tak terkira itu. Ia sedari tadi benar-benar fokus dengan buku yang ia baca. Ia punya sebuah tujuan dengan membaca buku itu. Di lain pihak seorang gadis cantik berjalan menghampirinya pelan. Di tangannya terlihat sebuah kotak bekal lucu bergambar Hello Kitty. Semakin lama gadis itu semakin dekat dengan Rio yang sedang asyik membaca buku.

“ Kak Rio..” panggil gadis itu pelan, ia pun langsung duduk di sebelah Rio.

“ Ify..” Rio memalingkan wajahnya untuk menatap gadis yang baru saja memanggilnya. Ia pun memberikan senyuman manisnya untuk gadis itu, Ify.

“ Ini..” Ify menyodorkan kotak bekalnya untuk Rio. Rio terdiam sesaat.

“ Makan aja, aku tau kok kalau kakak belum makan kan.” Rio tersenyum senang menatap kotak bekal itu, segera di ambilnya kotak bekal itu dari tangan Ify.

                Rio mulai memakan nasi goreng yang sudah Ify siapkan. Sementara Ify terus memandang buku yang tadi Rio baca.

“ Jantung…” lirihnya pelan, matanya masih tak lepas pada cover buku tebal itu. Rio menghentikan aktivitas makannya sejenak dan menatap Ify dalam. Ify yang ditatap seperti itu hanya menghela nafas panjang.

“ Aku harap jantung buatan itu akan lebih bisa bertahan lama.” ucap Ify lirih, matanya menerawang jauh ke atas langit.

“ Itu harapanmu ??” Rio meletakkan kotak makannya  dan menuntun Ify untuk menatapnya. Ify hanya menggeleng kuat.

“ Gak, yang paling aku harapkan adalah dia segera mendapatkan donor jantung.” Rio menatap Ify penuh arti.

“ Andai saja aku bisa mendonorkan jantungku untuknya.” Rio segera meletakkan jari telunjuknya di bibir Ify setelah Ify selesai berkata begitu.

“ Kalau begitu aku takkan siap kehilanganmu bahkan tak pernah siap.” Rio menggenggam erat tangan Ify, memandang tajam kedua bola mata Ify.

“ Aku akan terus belajar masalah jantung agar bisa selalu merawatnya. Agar dia tetap bisa bertahan sampai nanti.” Rio mengelus pelan kepala Ify, Ify hanya tersenyum tipis.

“ Dan aku harap kau juga kuat dengan segala cobaan yang kamu hadapi.”

“ Jika ada masalah, datanglah padaku ! Aku akan selalu ada untukmu.”

                Rio mulai mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka. Sekolah masih cukup sepi apalagi di lapangan, tempat mereka berdua sekarang. Dengan secepat kilat Rio mencium pipi Ify. Ify melongo karena terkejut, perlahan semburat merah mulai memenuhi pipinya.

“ Makasihh fy sarapannya, dan makasih juga bonusnya..” Terlihat Rio memegang pipinya sambil berjalan cepat meninggalkan Ify, Ify sendiri hanya tertunduk malu. Ia benar-benar malu.

“ Kak Riooo….”

><><><><><><><><><><>< 

Gadis itu duduk di tempat paling indah di SMA Swasta Higashi, atap sekolah. Sesekali ia tersenyum riang sambil menggoreskan pensilnya di buku gambar kecilnya. Pelan tapi pasti ia menggambar keadaan sekolah mereka dari atas sana. Mungkin hanya butuh 5 menit untuk menyelesaikan sketsanya. Dan hasilnya benar-benar luar biasa, sangat indah. Tanpa gadis itu sadari, sedari tadi ia dipandangi oleh seorang laki-laki tampan. Bahkan laki-laki itu kini tepat berada di sampingnya.

“ Sketsa buatanmu benar-benar bagus.” ucap laki-laki itu, gadis yang sedari tadi asyik melukis itu terkejut dan segera membalikkan wajahnya ke asal suara.

“ CUP…” pipi Sivia mendarat tepat di bibir Alvin. Yah, jarak mereka sangat dekat jadi saat Sivia memutar wajahnya pipinya sudah berada di bibir Alvin.

                Dengan cepat kedua orang itu menjauhkan wajahnya. Semburat merah mulai memenuhi wajah mereka. Wajah yang sebelumnya berwarna putih bahkan sudah berubah merah.

“ Kenapa kamu ada disini ??” tanya Sivia dingin, ia mulai bisa mengusai perasaannya lagi.

“ Ini kan tempat favoritku. Lagian ini juga sekolahku. Jadi aku bisa dimana saja sesukaku.” Alvin merebahkan tubuhnya disebelah Sivia. Ia memejamkan matanya erat sambil menikmati hembusan angin pagi yang benar-benar menyegarkan.

“ Sekolahmu kau bilang, kamu itu cuma anak pemilik sekolah bukan pemilik sekolah ini.” Sivia bersiap berdiri saat tangan Alvin mencegahnya.

“ Maukah kamu menemaniku sebentar.” tutur Alvin, posisinya kini sudah tidak tidur lagi namun duduk rapat disebelah Sivia.

“ Maaf, aku gak mau.” tolak Sivia tegas, Sivia pun berdiri lalu mengibaskan roknya sebentar. Sivia mulai berjalan meninggalkan Alvin.

“ Heii, Putri Es yang punya senyum indah.” Sivia yang merasa risih dipanggil seperti itu membalikkan badannya dan menatap Alvin tajam.

“ CKREEEKK…” Sivia melongo tak percaya ketika tau bahwa dia baru saja dipotret oleh Alvin.

“ dasar cowok gila !!” umpat Sivia pelan, ia pun menuruni tangga, meninggalkan Alvin sendirian di atap sekolah.

“ Dasar cewek jutek, dingin, tapi cantik.” Alvin tersenyum sambil melihat foto Sivia yang baru saja ia ambil. Foto alami yang benar-benar menawan.

“ Kamu itu benar-benar menarik.”

><><><><><><><><><><>< 

“ Pagi Zahra..” sapa Chris pada Zahra yang sedang asyik melamun di depan kelas.

“ Apasih kamu, pergi sana aku gak suka melihatmu.” Zahra akan beranjak tapi tidak jadi karena Chris menghadangnya.

“ Kenapa kamu ikut benci padaku, bukankah yang harusnya benci padaku itu cuma Alvin.” Zahra terdiam sejenak mendengar penuturan Chris, semua yang dikatakan Chris itu masih terlalu mengambang.

“ Bukan !! Bahkan Alvin pun tak berhak membenciku. Harusnya aku yang benci padanya.” Chris berkata dengan nada yang benar-benar sinis, Zahra tertegun, dalam otaknya ia membenarkan semua perkataan itu tapi jauh di dalam hatinya ia tak setuju dengan semua itu. Hatinya jauh memilih Alvin sebagai pembenaran.

“ Bu..kan..” Agak tersendat Zahra mengucapkannya. Chris hanya tersenyum miring. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Zahra.

“ Kamu takkan bisa menyangkal, begitu juga dengan mereka.” Mulut Chris benar-benar berbicara dengan lancar di telinga Zahra.

“ Karena memang aku yang benar.”

“ Sampai jumpa di kelas Zahra Anindita Putri.” Chris berjalan meninggalkan Zahra yang masih terpaku di tempatnya.

“ Hei Zahra..” Suara bass dari laki-laki itu benar-benar menghentikan kebisuan Zahra. Zahra mendongak dan menatap laki-laki di hadapannya.

“ Gabriel..” lirihnya pelan, Gabriel sendiri hanya tersenyum manis.

“ Panggil Iel aja, biar gak kaku.” Zahra mengangguk mengerti.

“ Ada apa Iel ??” Agak canggung Zahra menyebut nama Iel.

“ Ini..” Gabriel menyodorkan saputangan milik Zahra yang tempo hari ia pinjamkan.

“ Makasih banyak waktu itu udah nolong aku.” tutur Gabriel, Zahra hanya tersenyum manis dan mengangguk.

“ Oh iya tadi kulihat kau bersama Chris. Ada apa ?? Kenapa tadi kau terlihat begitu tegang ??” Gabriel menatap Zahra yang sekarang menunduk.

“ Maaf, kurasa ini bukan urusan kamu.” Zahra agak tersenyum getir sambil mengatakan itu.

“ Sudahlah tak apa.” Gabriel tersenyum, ia benar-benar mengerti kalau ini bukan urusannya.

                Zahra dan Gabriel pun terlibat pembicaraan yang sangat asyik. Zahra sendiri merasa jantungnya terus berdegup kencang setiap kali melihat senyum dari Gabriel. Apakah ini yang namanya cinta ?? Entahlah. Keasyikkan mereka berdua terganggu saat Sivia datang dan membawa Gabriel pergi.

“ Huhh, dasar cewek pengganggu.”  Gerutu Zahra dan berjalan masuk ke dalam kelas.

><><><><><><><><><>< 

“ Kamu tadi bicara apa sama dia ?” Sivia memandang sekelilingnya, sekarang ia sedang berada di taman sekolah bersama Gabriel.

“ Bukan apa-apa kok.” Gabriel tersenyum seraya mencubit pipi Sivia.

“ Iihh., kebiasaan deh Gab.” Sivia menepis pelan tangan Gabriel dari pipinya. Gabriel sendiri hanya tersenyum penuh arti.

“ Siviaaa… Gabrielll..” Laki-laki itu memanggil Sivia dan Gabriel dari ujung lapangan. Tak lama terlihat ia berlari kecil ke arah Gabriel dan Sivia.

“ Sivia, maaf kemarin aku membuat moodmu rusak.” Kata laki-laki itu sekenanya, Sivia sendiri hanya mengangguk.

“ Siv, kamu udah punya pacar ??” tanya laki-laki itu, Sivia dan Gabriel hanya mendelik sebal.

“ Kenapa kau bertanya hal yang seperti itu ?? Tidak adakah pertanyaan lain yang bisa kau lontarkan ??” Agak kesal Sivia berkata itu, laki-laki itu sendiri hanya menggeleng mantap.

“ Huhh, Chriss kau bukan siapa-siapa aku. Kau tak berhak bertanya seperti itu.” Sivia kembali pada nada dinginnya. Chris sendiri hanya tertawa kecil.

“ Aku kan teman sekelasmu, lagian aku suka padamu sejak pandangan pertama.” Chris segera duduk di sebelah Sivia. Dengan cepat Sivia berpindah posisi duduk. Sekarang Gabriel berada di tengah Sivia dan Chris.

“ Love at the first sight.” ucap Chris lagi. Sivia mendelik tajam, Gabriel mulai gelisah.

“ Maaf, aku gak percaya cinta pada pandangan pertama. Cinta itu ada karena terbiasa.” Tutur Sivia secara jelas, Chris hanya tersenyum kecil, Gabriel menarik nafas lega.

“ Itu emang benar, aku cuma ingin Alvin kehilangan cintanya seperti aku kehilangan cintaku.” Chris hanya dapat mengatakan itu dalam hatinya. Ia terus menatap Sivia.

“ Benar-benar perempuan yang bertolak belakang dengan Keke.” ucap Chris lirih, Sivia diam ia tak mendengar gumaman Chris tapi Gabriel mendelik tajam. Ia sadar ada sebuah niat di ucapan Chris tadi.

“ Siv, ayo pergi saja.” Dengan cepat Gabriel menarik tangan Sivia. Sivia hanya pasrah mengikuti Gabriel.

                Chris masih terpaku di tempatnya saat ia melihat Gabriel dan Sivia sudah berjalan cukup jauh.

“ Siv, kamu tadi bilang. Cinta itu ada karena terbiasa, apakah mungkin kau akan cinta padaku ??” tanya Gabriel jujur, Sivia menghentikan langkahnya dan menatap Gabriel tajam.

“ Sahabat dan cinta itu berbeda. Aku sayang padamu tapi tak lebih dari seorang sahabat. Dan aku tak ingin mengecewakanmu karena mungkin waktuku sudah tak lama lagi.” Sivia menatap langit, menatap jauh kesana. Gabriel masih membisu, tapi perlahan tangannya bergerak dan mengelus kepala Sivia.

“ Aku akan memberikan seluruh waktuku untukmu.” Tuturnya pelan, Sivia berbalik menatap Gabriel.

“ Jangan mulai lagi Gab.” Lirih Sivia.

><><><><><><><><>< 

“ Kka, apakah dengan kedatangan Chris peluangku mendapatkan hati Alvin semakin sempit ??” Kini Cakka dan Shilla tengah asyik menikmati jalanan yang masih sepi. Memang sengaja hari ini mereka berangkat sekolah bersama.

“ Jangan pesimis tapi kau juga harus tau. Cinta itu tak harus memiliki.” Cakka menatap gadis yang ia cintai sekilas, kemudian ia kembali fokus ke jalanan.

“ Sama seperti cintaku padamu..” lanjutnya dalam hati.

“ Aku mencintaimu Shill bahkan cintaku lebih dari cintamu pada Alvin.” Cakka tetap terdiam dalam pikirannya, kenapa begitu sulit untuk mengungkapkan isi hatinya.

“ Aku takut, Ia kembali pada bayang-bayang Keke. Aku takut ia kembali mencintai sosok itu lagi.” Tutur Shilla pelan, entah kenapa ia merasa sangat rapuh ketika mengingat kenangan-kenangan pahitnya dulu.

“ Tak mungkin, Keke sekarang bukanlah sesuatu yang nyata.”

“ Yang harus kau waspadai sekarang adalah Putri Es, Sivia Imelda Puri.” Cakka tetap berkonsentrasi pada jalanan, Shilla sendiri hanya tersenyum pahit. Kenapa ia selalu mendapat seorang saingan dalam masalah cinta.

“ Tapi mungkin Alvin belum sadar akan perasaannya pada Sivia.” ucap Cakka lagi, sebenarnya ia merasa sangat berat mengatakan itu. Mungkin karena rasa sayang yang terlalu besar sampai ia mau mengorbankan perasaannya sendiri.

“ Ya, dia itu memang tak peka.” Balas Shilla, matanya kembali menatap ke depan.

><><><><><><><><><><>< 

“ Alvin aku akan menghancurkan cintamu, yang bahkan belum kau sadari sampai saat ini.” Chris hanya menatap foto Alvin dan dirinya dalam ponselnya. Foto mereka berdua itu terlihat begitu dekat dan akrab.

><><><><><><><><><><>< 

“ Tuan Johan Karisma, kami sudah banyak tau tentang gadis itu.”

“ Oke jelaskan padaku tentang dia.”

…………………………………………………

“ Aku mengerti, kalau begitu jangan ganggu hubungan mereka. Aku mengerti kalau dia gadis baik-baik.”

><><><><><><><><><><>< 

“ Hai Putri Es..” Alvin memulai ejekannya lagi. Sivia sendiri tidak memberi respon apa-apa.

“ Senyummu itu manis banget lho.” Goda Alvin lagi, kali ini Sivia tidak tinggal diam. Ia menggebrak keras mejanya.

“ Dasar cowok rese..” Sivia mulai berjalan meninggalkan Alvin tapi tubuh tegap Alvin benar-benar menghalanginya.

“ Aku akan sebarkan foto ini jika kau tak mau mengikuti semua perintahku.” Alvin memperlihatkan foto Sivia yang sedang tersenyum manis. Sivia sendiri tersentak kaget, ia tak menyangka kalau Alvin telah memotretnya diam-diam. Tangan Sivia kini menggenggam kuat.

“ Silahkan saja, Tuan Alvin Adhika Karisma.”

“ Ini sebuah tantangan dari saya !!” Lanjut Sivia sambil tersenyum sinis. Sementara Alvin tersenyum licik.

“ Ini maumu…”

                Dengan cepat Alvin menekan tombol send. Dan kini mungkin semua murid Higashi yang punya ponsel sudah dapat melihat foto itu.

“ You are very stupid !!” Sivia menunjuk tepat di dada Alvin. Tak lama ia berjalan meninggalkan Alvin yang tersenyum licik.

“ And You are the beautiful girl.” teriaknya keras, Sivia melengos sebal. Kini seluruh ruang kelas itu kata cieee.

                Zahra dan Gabriel yang berada di dalam kelas hanya melongo. Shilla sendiri terpaku melihat adegan itu di ambang pintu kelas, Cakka menghela nafas berat sebelah tangannya menggenggam tangan Shilla erat, mencoba menguatkan walau hatinya sendiri terluka. Terlihat dari jendela Chris yang sedang tersenyum licik.

“ It’s show time baby.”

************


_mei_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar