Minggu, 06 November 2011

Destiny, You and Me Part 2 ( Kembalinya Sivia )


Destiny, You and Me Part 2
~ Kembalinya Sivia ~

                Dengan cepat Chris berjalan menuju kantor TU. Ia ingin segera menemui guru yang tadi ia tabrak dan menanyakan kebenaran dari apa yang tertera di selembar kertas yang ia bawa. Cakka dan Kanya pun hanya mengikutinya dari belakang. Dan tidak perlu waktu lama untuk sampai di kantor TU.

                Dengan cepat Chris mengetuk pintu dihadapannya. Setelah ia mendapat sahutan dari dalam dengan segera ia masuk ke ruangan TU. Sementara Cakka dan Kanya masih setia mengikuti dibelakangnya. Chris pun segera menghampiri guru TU yang tadi ia tabrak.

“ Ibu Icha, ini ada kertas yang tertinggal.” Dengan cepat Bu Icha mengambil kertas yang diberikan Chris, pelan ia tersenyum ke arah Chris, tanda terima kasih.

“ Boleh saya bertanya bu ?” Ibu Icha hanya mengangguk sebagai jawaban.

“ Disana tertera nama Sivia Azizah, apakah Sivia yang dimaksud adalah Sivia yang penyanyi itu ? Dia dulu juga termasuk anggota BLINK sebelum digantikan dengan Oik ? Ibu tau BLINK kan ?” Chris benar-benar bertanya dengan mata yang berbinar penuh harap. Dibelakang pun terlihat Kanya dan Cakka dengan wajah ingin tau mereka.

                Pelan Ibu Icha menghembuskan nafas beratnya. Mungkin hal yang ditanyakan Chris terlalu berat untuk ia jawab. Mungkin ?

“ Iya..” jawabnya pelan bahkan sangat pelan. Sedikit lebih pelan lagi mungkin tidak ada yang akan mendengarnya.

                Chris dan Kanya pun bersorak bahagia. Sedang Cakka hanya tersenyum simpul. Cakka tau kalau sekarang ini Chris dan Kanya sedang sangat bahagia. Apalagi jika berita ini sampai terdengar oleh Gabriel dan Ify, mungkin ekspresi mereka akan lebih hebat lagi.

“ Tapi…” Chris, Kanya , dan Cakka pun segera menatap Ibu Icha.

“ Tapi jangan katakan pada siapapun dulu tentang kepindahan dia ke sekolah kita.” tutur Ibu Icha. Chris, Cakka, dan Kanya hanya berkerut bingung.

“ Kenapa ?” tanya Cakka yang mewakili rasa penasaran semua yang ada disana.

“ Saya juga tidak tau, tapi itu adalah permintaannya. Dan apakah kalian tidak sadar akan sesuatu hal disini ?”

“ Sadar apa bu ? Kami tidak mengerti maksud Ibu ?” tanya Kanya lembut. Rasa penasaran kini mulai menyelimuti dirinya dan yang lainnya.

“ Kenapa Sivia memilih SMA Swasta Higashi yang nyatanya lebih mengutamakan akademiknya daripada SMA Swasta Higuchi yang sangat kuat pada bidang seni. Apalagi setau saya, semua sahabat Sivia bersekolah disana. Dan jika ia kembali bukankah yang harusnya ia temui pertama kali adalah sahabatnya. Bukan memilih orang lain yang mungkin tidak akan mengenalnya disini.” Chris, Cakka, dan Kanya hanya mengangguk mengerti. Semua yang dikatakan oleh Ibu Icha memang benar adanya.

“ Jadi tunggu saja sampai dia masuk ke sekolah ini.”

“ Dan kalian akan tau alasannya..”

“ Semoga…”

><><><><><><><><>< 

                Entah apa yang mendorong Gabriel sampai ia melajukan mobilnya ke rumah ini. Rumah seseorang yang sangat berarti baginya, dulu dan sampai kapanpun. Ia masih terdiam di mobilnya, menatap lama rumah penuh kenangan itu. Kenangan-kenangan manis dan pahitnya.

                Saat ia ingin melajukan mobilnya meninggalkan rumah itu, tiba-tiba sebuah taksi berhenti tepat di depan rumah itu. Seorang wanita dewasa pun turun dari dalam taksi. Wanita itu adalah salah wanita yang sangat ia kenal. Wanita yang pergi bersama gadis yang telah mengisi seluruh hatinya. Gabriel segera membatalkan niatnya untuk pergi dan segera keluar dari mobil dan berlari menghampiri wanita itu.

“ Tante…” panggil Gabriel, wanita dewasa itu segera menoleh. Wajahnya pucat seketika ketika melihat Gabriel disana. Sedang dari dalam taksi terlihat seorang gadis mengurungkan niatnya untuk turun. Gadis itu pun menundukkan kepalanya dan sedikit mengitip dari bawah jendela taksi.

“ Tante udah pulang ? Sivia juga ikut pulang kan ? Sivia mana ? Apa dia sudah ada di dalam rumah ? Bagaimana keadaan Sivia tan ? Dia sudah semuh kan tan ? Gabriel kangen banget sama Sivia tan.” kata Gabriel bertubi-tubi. Wanita itu masih terdiam, matanya sebentar menatap ke dalam taksi.

“ Maaf Gab, dia gak ikut pulang bareng tante. Tante minta maaf banget gak bawa pulang dia.” Mendengar penuturan itu rasanya semua harapan Gabriel yang baru muncul hancur seketika.

“ Dia masih disana..”

“ Tapi kenapa tan ?” tanya Gabriel lemah. Semua harapan kecilnya serasa tebang bagai debu.

“ Gabriel udah kangen banget sama Sivia.” Mendengar itu, jantung gadis yang masih berada di dalam taksi itu berdetak tak beraturan. Karena ia merasakan hal yang sama dengan Gabriel.

“ Jalan Pak !” Taksi itu segera berjalan meninggalkan Gabriel dan wanita itu yang masih berdebat kecil.

“ Aku juga kangen sama kamu..” Pelan gadis itu meraih kalung berbandul bintang di lehernya.

“ Selalu..”

“ Tapi kalung dari kamu ini selalu menemani seluruh hariku disana..”

><><><><><><><><>< 

                Sedari tadi Chris, Kanya, dan Cakka berdiri di gerbang sekolah mereka. Mereka sedang menunggu gadis itu. Gadis yang mungkin bisa membantu mereka memenangkan pertandingan melawan SMA Higuchi. Walau alasan sebenarnya mereka ada disana bukan itu, mereka benar-benar rindu akan sosok manis gadis itu.

                Tak lama sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka. Chris, Cakka, dan Kanya pun sangat mengenal mobil itu. Secara perlahan, seorang gadis cantik turun dari mobil itu. Mata Kanya benar-benar memanas saat melihat gadis yang baru saja turun dari mobil. Sementara Cakka dan Chris terus berusaha bersikap tenang.

“ Kalian..” gadis itu benar-benar terkejut saat melihat orang-orang dihadapannya. Ia benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan mereka. Bukan karena bahagia, tapi karena semua rencananya untuk pulang diam-diam hancur.

                Kanya segera menghambur, memeluk gadis cantik itu. Chris dan Cakka masih memandang gadis itu. Chris dan Cakka melihat ada perubahan besar pada tubuh gadis itu. Ia begitu kurus, namun bukan kurus yang wajar, wajahnya pun tidak terlalu terlihat segar.

“ Sivia, kamu kurusan ya ?” Kanya melepaskan pelukannya dan menatap Sivia. Sivia hanya tersenyum lelah.

“ Seandainya aku tau kalian sekolah disini, aku tidak akan masuk kesini.” tutur Sivia dingin. Cakka, Chris, dan Kanya tersentak kaget. Dan dengan cepat Sivia berjalan meninggalkan ketiga orang itu.

“ Maaf…” lirih Sivia terlihat beberapa bening air mata jatuh dari mata indahnya.

><><><><><><><><>< 

“ Kemarin aku lihat tante Desi pulang.” tutur Gabriel. Ify, Alvin, Shilla, Pricilla, dan Oik yang berada disana benar-benar terkejut mendengar perkataan Gabriel baru saja itu.

“ Apa dia akan mengambil alih semua yang telah aku dapat bersama BLINK.” batin Oik, kepalanya kini menunduk dalam tapi pelan Oik merasakan tangan hangat menggenggam erat tangannya.

“ Aku gak bakal biarin dia kembali ke BLINK dan rebut posisi kamu.” tutur Shilla tepat di telinga Oik. Memang sejak keluarnya Sivia, dan dia diganti dengan Oik. Oik dan Shilla menjadi sangat dekat bahkan mereka sekarang bersahabat.

“ Beneran Yel, lalu Sivia ada ? Gimana keadaannya ? Udah sembuh kan?” tanya Ify dan Pricilla dengan begitu semangat. Gabriel hanya menggeleng lelah.

“ Dia gak ikut. Aku juga gak tau kenapa dia gak ikut.”

“ Yang sabar ya, yakin aja kalau suatu saat nanti kamu pasti bisa ketemu sama dia.” Ify mencoba memberi semangat walau sebenarnya hatinya begitu terluka, di satu ia ikut merasakan apa yang dirasakan Gabriel, tapi di sisi lain ia begitu terluka tau kalau cintanya tidak terbalas.

“ Iya, aku pasti akan selalu sabar nunggu dia.”

“ Selalu…”

><><><><><><><><><>< 

“ Sivia, kami benar-benar butuh bantuan kamu.” pinta Chris. Kini Sivia dan Chris sedang bicara empat mata, mereka memutuskan berbicara berdua agar suasana yang tercipta lebih baik daripada tadi pagi.

“ Mengertilah Chris, aku memilih sekolah ini karena aku tidak mau sosokku kelihatan sama kalian semua. Mengertilah !” Sivia menatap Chris tajam. Tatapan Chris berubah menjadi lembut mendengar penuturan Sivia baru saja.

“ Kenapa Sivia ? Kenapa ?” tanya Chris pelan.

“ Maaf aku tidak bisa mengatakannya padamu. Dan coba kamu lihat, di sekolah ini tidak ada yang mengenal aku. Yahh, kecuali kamu, Kanya, dan Cakka.” Sivia mencoba menahan bulir air mata yang kini siap menyeruak dari matanya.

“ Maaf aku tidak bisa membantu. Dan sekali lagi aku minta tolong sembunyikan keberadaanku.” Sivia berjalan meninggalkan Chris yang kini masih terpaku di tempatnya.

“ Siviaaa…..”

><><><><><><><><><>< 

                Sivia dan semua siswa kelasnya sedang mendengarkan penjelasan guru biologi mereka saat sebuah ketukan menghentikan aktivitas mereka. Beberapa anak masuk dan berbicara sebentar pada bu Ida guru biologi mereka. Tidak lama Bu Ida pun pergi meninggalkan kelas.

“ Kalian gak ada puas-puasnya ganggu belajar kita ya.” kata salah seorang murid pada anak-anak yang kini berada di depan kelas. Sivia masih diam, dia hanya ingin tau apa yang sedang terjadi.

“ Maaf kalau kami mengganggu lagi. Kami benar-benar butuh keikutsertaan kalian dalam lomba bidang seni melawan SMA Swasta Higuchi. Apakah kalian mau sekolah kita diremehkan mereka.”

“ Kan sekolah ini jago di bidang akademik kenapa kalian gak bener-bener fokus pada lomba bidang akademiknya saja. Lalu kalau kalian mau bukankah disini juga ada 3 orang artis. Gunakan saja mereka sebagai peserta bidang seni.” tutur Sivia, para siswa OSIS yang berada di depan kelas pun langsung memandang Sivia.

“ Kamu anak baru ?” tanya salah seorang dari mereka. Sivia hanya mengangguk membenarkan.

“ Pantas, kalau begitu saya jelaskan. Kalau bidang akademik kami sudah pasti menang dan buat peserta yang mau ikut lomba akademik memang sudah mengajukan diri dan mulai dipilih.” Sivia hanya mengangguk mengerti ketika anak OSIS yang menjelaskan menatapnya.

“ Lalu disini ada peraturan kalau masing-masing siswa tidak boleh mengikuti lebih dari 1 lomba, maka dari itu artis yang juga bersekolah disini mungkin hanya bisa membantu sedikit. Dan kami benar-benar butuh bantuan semua siswa.”

“ Kamu mau ikut ?” tanya anak OSIS itu. Sivia hanya menggeleng lemah.

“ Maaf aku tidak tertarik.” Serempak setelah Sivia mengatakan itu semua murid kelasnya menyoraki para anggota OSIS yang ada dikelasnya.

“ Denger tuh bahkan anak baru aja gak mau ikut lomba konyol bidang seni kalian !” celetuk seorang siswa.

“ Mending kalian keluar dari kelas kami. Kami mau belajar !!”

><><><><><><><><><>< 

                Sivia terdiam, ia mengingat kejadian di kelasnya tadi. Jujur saja ia merasa kasihan melihat anak-anak OSIS tadi. Sivia pun berpikir hal yang sama pasti dialami oleh Chris, Kanya, dan Cakka. Sivia terus terdiam sampai teman sebangkunya menepuk pundaknya.

“ Mau ke perpus ?” tawar teman sebangkunya. Sivia hanya menggeleng lemah.

“ Aku lapar mau ke kantin. Kira-kira kantin ramai gak ya ?” tanya Sivia pada teman sebangkunya. Teman sebangkunya hanya tersenyum simpul mendengar pertanyaan dari Sivia.

“ Gak kok, murid sini jarang makan di kantin saat istirahat. Mereka kebanyakkan milih menghabiskan waktu istirahat mereka di perpus. Kalau gitu aku ke perpus duluan yaa.” Gadis tadi pun berjalan meninggalkan Sivia sambil melambaikan tangannya.

                Sivia hanya tersenyum. Ia pun mulai berjalan meninggalkan kelasnya sembari menuju ke kantin. Sivia memandang sekelilingnya sebentar. Benar-benar sepi, hanya terlihat sedikit orang yang berada di lapangan atau pun tempatnya sekarang kantin.

“ Bibi saya mau jus jeruk sama siomay dong.” Pinta Sivia pada sang bibi penjaga kantin.

“ Bi, semua murid disini kemana sih kok gak kelihatan ? Apa mereka gak pernah makan ?”tanya Sivia saat sang Bibi penjaga kantin memberikan makanan pesanannya.

“ Neng murid baru yaa ?” tanya sang bibi, Sivia hanya mengangguk sambil tersenyum manis.

“ Anak-anak sini mah gak ada yang makan waktu istirahat pertama. Mereka mah milih ke perpustakaan yang besar banget itu. Lalu mereka juga makan sih tapi waktu istirahat panjang nanti.” Sivia hanya mengangguk mengerti dan berjalan menuju ke salah satu meja kantin.

><><><><><><><><>< 

                Gabriel terus berdiam di bangkunya. Bahkan ponselnya yang sedari tadi berbunyi pun tidak ia pedulikan. Sampai seseorang datang menghampirinya.

“ Gabriel…” teriak seorang laki-laki. Gabriel segera menatap laki-laki yang baru saja memanggilnya itu.

“ Ngelamun aja. Ayo kita cabut ! Ada jadwal manggung nih.” teriak Dayat keras, dengan agak malas Gabriel pun membereskan bukunya.

“ Sivia, aku kangen banget sama kamu..”

><><><><><><><><>< 

                Sudah 3 hari Sivia sekolah di Higashi, sudah 3 hari pula Cakka, Chris, dan Kanya bergantian membujuknya supaya mau membantu mereka. Perlombaan pun hanya tinggal 2 minggu 3 hari lagi. Jujur saja Sivia benar-benar tidak tega melihat Cakka, Chris, dan Kanya yang selalu mendatanginya dan meminta bantuannya.

“ Ya sudah kalau kamu tidak mau membantu kami.”

“ Tapi kami benar-benar mengharapkan bantuanmu.”

“ Sivia..”

*********




_mei_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar