[Panitia Festival]
Sivia memandang malas halaman sekolahnya. Pikirannya kembali
melayang pada kejadian kemarin siang. Laki-laki bernama Cakka itu benar-benar
menyebalkan. Dan yang lebih buruknya lagi, surat cintanya masih dibawa
laki-laki gila itu. Kalau saja bisa, dia pasti sudah mengutuk laki-laki itu menjadi
itik buruk rupa.
Sivia menghentikan lamunannya saat melihat wali kelasnya masuk ke
kelas dengan sapaan dan senyum ceria. Wajahnya berseri-seri, dan saat itu juga
Sivia yakin kalau guru itu akan membawa berita buruk untuk dirinya.
“Anak-anak, untuk memperingati hari jadi SMA Putra dan Putri Permata
maka akan dibuat festival sekolah. Nah, untuk itu ibu guru akan menunjuk dua
orang wakil dari kelas ini untuk bergabung sebagai panitia.” Sivia semakin
bergerak gelisah mendengar topik yang dibicarakan Ibu Dian selaku wali
kelasnya.
“Aisivia dan Ifykaila, kalian
benar-benar beruntung bisa berkerja sama dengan cowok-cowok tampan dari Putra
Permata.” Tubuh Sivia melemas ketika mendengar apa yang Ibu Dian katakan.
Apalagi melihat kerlingan mata menggoda guru itu.
“Tuh kan! Setiap guru itu masuk dengan wajah ceria pasti petaka buat
gue. Entah kuis dadakan, maju tanpa persiapan, bahkan hukuman.” batin Sivia
kesal. Dan dengan takut Sivia pun memberanikan diri mengangkat tangannya.
“Ada masalah Aisivia?” tanya Ibu Dian dengan pandangan tidak suka.
“Bu, boleh saya mengundurkan diri?” tanya Sivia dengan wajah yang
memelas.
“Berikan alasan yang cukup kuat maka saya akan mempertimbangkan
keinginanmu.” ucap Ibu Dian dengan nada otoriternya.
“Paling dia sok sibuk...”
“Mentang-mentang artis...”
“Dia kan lagi naik daun bu..”
“Lo pikir dia ulat pakai naik daun segala..”
“hihihi..”
Sivia menghela nafas sebal mendengar berbagai komentar tidak penting
yang mulai muncul. Rasanya capek juga menghadapi gadis-gadis labil itu. Mereka
selalu memojokkannya seolah-olah merekalah yang paling benar dan dia dalam
posisi yang selalu salah.
“Aduhh bu, gue itu takut sama cowok-cowok Putra Permata.” batin
Sivia kesal, andai saja ia tidak gengsi untuk mengucapkan kalimat itu di depan
semua teman sekelasnya. Mana mungkin ada cewek yang takut sama cowok, rasanya imposible banget.
“Baiklah bu, saya bersedia.” kata Sivia dengan nada pasrah. Sivia
bisa melihat jelas senyum kemenangan dari wajah wali kelasnya itu.
“Baiklah sudah ditetapkan. Aisivia dan Ifykaila pulang sekolah nanti
kalian ke aula gabungan untuk mengikuti rapat dengan panitia yang lain.” Ify
hanya tersenyum senang sementara Sivia mengangguk pasrah.
“Fy, nanti lo jangan jauh-jauh dari gue yaa. Lo kan tau kalau gue takut
sama cowok-cowok itu.” Ify hanya mengangguk dan tersenyum menjawab permintaan
Sivia.
~ Lollipop ~
“Temen-temen katanya bakal ada festival sekolah lagi. Dan kali ini
kepanitiaan festival diambil dari SMA Putra dan Putri Permata. Aduuhh, gue
beneran pengen lihat Sivia secara jelas.” teriak seorang murid laki-laki di
samping pintu kelas.
“Jangan mimpi deh! Belum tentu juga si Sivia itu ikut jadi panitia.
Dia kan artis, pasti sibuk lah.” komentar murid yang lain.
“Tunggu! Artis yang namanya Sivia itu yang bertubuh kecil mungil itu
kan? Yang kaya anak SD itu kan?” tanya salah seorang murid laki-laki yang lain.
“Iya Kka. Kenapa lo naksir juga? Aduh jangan deh, kalau sama lo gue
pasti kalah saing.”
Cakka hanya tersenyum miring dan mengangkat bahunya. Detik
berikutnya ia memandang Alvin yang sedang asyik membaca buku, sebuah rencana
luar biasa muncul dari otaknya. Dan tanpa Cakka sadari, rencana itu akan
menjadi perputaran perasaan yang luar biasa hebat.
~ Lollipop ~
Sivia P.O.V
Dari tadi aku terus menunda berangkat ke rapat panitia festival
sekolah. Aku benar-benar takut ketemu cowok-cowok Putra Permata lagi.
Jangan-jangan mereka bawa kamera lagi? Aduhh! Tapi baru saja Ify bilang ada
kemungkinan Alvin juga menjadi panitia acara ini dan mendengar itu entah
kenapa aku pun jadi bersemangat.
Aku dan Ify mengetuk ragu pintu didepan kami, sudah lebih dari 15
menit kami terlambat dan sekarang aku benar-benar takut untuk masuk. Pikiran
untuk bertemu dengan Alvin langsung hilang begitu tau disana akan banyak murid
cowok. Bagaimana kalau mereka mengambil fotoku dengan membabi buta seperti
dulu? Aku juga tidak siap menghadapi wajah seram panitia lain yang sudah lama
menunggu. Kulihat Ify yang juga
berekspresi tak jauh dari ekspresiku.
“Siv, pakai senyum lo deh. Biar mereka gak marah sama kita. Senyum
lo kan senyum malaikat.”
“Gimana bisa senyum kalau gue takut ngelihat murid-murid cowok dari
SMA sebelah.” Aku melihat Ify menghela nafas panjang.
Dengan ragu kami mengetuk dan membuka pintu. Detik berikutnya
aku hanya bisa melongo melihat bagaimana
rupa orang-orang di dalam sana. Semua cowok disana menyambut kami dengan
senyuman walau aku masih dapat melihat raut sinis dari panitia-panitia
perempuan. Aku pun hanya bisa tersenyum kaku membalas senyuman mereka.
Lalu aku memutar pandanganku dan melihat Ify yang sedang tertegun,
kuikuti arah pandangannya dan kali ini aku ikut tertegun. Aku melihat laki-laki
menyebalkan kemarin. Cakka. Cakka? Kenapa Ify memandang Cakka? Apa hubungan
sahabatnya dengan laki-laki super menyebalkan itu? Dan yang lebih membuatku syok adalah
laki-laki yang berada disampingnya, Alvin Jo. Melihatnya yang sedang asyik
berbicara dengan salah satu guru pembimbing membuat rona merah menjalar di
pipiku, aku melihatnya tersenyum dan bisa melihat senyumnya dari jarak dekat.
“Maaf kami terlambat.” sayup-sayup aku mendengar suara Ify. Detik
berikutnya aku kembali dari lamunanku.
“Mentang-mentang artis bisa seenaknya.”
“Dia kan ngerasa kalau dirinya yang paling hebat.”
“Sok sibuk.”
Aku menghela mendengar ocehan gadis-gadis itu. Siapa yang artis
siapa yang nge-bully. Harusnya kan
aku yang nge-bully mereka bukan
mereka yang nge-bully aku.
Menyebalkan!
“Mulut kalian tipis banget yaa.” dari sudut mataku, aku melihat
mereka bergidik ngeri mendengar omongan pedas dan tatapan maut yang dilontarkan
Ify. Ify memang sahabatku yang paling TOP. Dan entah kenapa aku tersenyum
sambil memandang Ify yang masih terus bicara membelaku.
~ Lollipop ~
Cakka P.O.V
Pandanganku langsung beralih ke arah pintu saat mendengar suara
pintu diketuk. Aku melihat dua gadis yang baru saja masuk. Aku melihatnya
tertegun memandangku. Aku tau kalau dia masih suka padaku karena aku juga masih
menyukainya. Tapi lidahku selalu kelu jika berada di dekatnya. Ifykaila Umari, mantan
pacarku waktu SMP. Hubungan kami yang awalnya hanya tetangga berubah seiring
berjalannya waktu.
Tetapi semua itu tidak bertahan lama sampai gadis itu memutuskan
untuk meninggalkanku. Dia meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Dan sampai
sekarang aku masih belum tau apa yang ada dipikirannya. Yang jelas kutahu hanya
kami masih saling menyukai, setidaknya itu menurutku.
Pandanganku segera beralih ke arah gadis mungil disampingnya, Sivia.
Wajah Sivia terlihat memerah, aku mengikuti arah pandangnya dan melihat Alvin
yang tengah tersenyum sambil berbicara dengan guru pembimbing kami.
Sivia benar-benar menggemaskan. Pipinya bisa bersemu merah hanya
karena melihat senyum laki-laki yang disukainya, benar-benar manis. Untuk
beberapa saat aku memandangi wajah Sivia dan aku kembali tersadar saat tidak
lagi mendengar suara cakap-cakap disebelahku.
“Alvin...” aku menatap Alvin yang tidak merespon panggilanku. Dan
aku pun mengikuti arah matanya saat kusadari ada seulas senyum dari bibirnya.
Aku sempat terpukau melihat apa yang dilihat Alvin. Senyum Sivia.
Benar-benar manis. Tapi yang lebih membuatku terpukau adalah alvin yang dingin
bisa tersenyum hanya karena melihat senyum seorang gadis. Dan ini benar-benar
wow. Aku jadi semakin yakin kalau misiku kali ini akan berjalan mulus. Gadis
lollipop tunggu aku!
~ Lollipop ~
Sudah lebih dari satu jam mereka semua terus berkutat dengan
pencarian konsep acara festival sekolah. Beberapa orang sudah mulai
menyampaikan ide mereka tetapi semua ide itu belum bisa menarik perhatian Pak
Dio, sebagai pembimbing.
“Ada yang punya ide lain untuk festival kita kali ini?” tanya Pak
Dio. Semuanya masih terdiam, mencoba menggali ide dari bagian otak terdalam
mereka.
“Bagaimana kalau kita buat stan-stan di seluruh area sekolah saja pak.
Nanti kita wajibkan bagi masing-masing kelas untuk membuat satu stan. Nah,
khusus kita sebagai panitia, kita juga harus membuat stan sendiri jadi nanti
kita tidak ikut tergabung dalam stan kelas.” usul Alvin, Pak Dio terlihat
mengangguk setuju. Sementara panitia yang lain pun bernafas lega karena mereka
tidak perlu memberikan ide lagi.
“Ada yang mau usul lagi atau menambahkan?” tanya Pak Dio.
“Begini pak, sekolah kita kan punya mitos yang cukup terkenal di
daerah sini.Tentang siapa yang bisa menukar kepangan pita merah mereka dengan
kepangan pita biru milik orang yang mereka sayangi pada jam 7 malam pasti
cintanya akan abadi. Bagaimana kalau kita gunakan itu sebagai daya tarik dalam
festival ini. Kita juga bisa menjual kepangan pita merah dan kepangan pita biru
di pintu masuk festival nanti. Lumayan untuk menarik pengunjung.” usul Sivia.
“Kekanak-kanakkan banget sih ide lo. Kenapa gak sekalian kasih tau
semua orang kalau di festival SMA Putra-Putri Permata akan ada idola terkenal
Aisivia Putri. Pasti mereka semua bakal datang buat minta foto sama tanda
tangan lo. Sekalian saja kita sebagai panitia buat stan foto dengan Aisivia
Putri. Pasti laris tuh!”
“Jangaaan...” Semua orang disana langsung memandang Sivia yang
tiba-tiba berteriak takut.
“Saya setuju sama ide Sivia. Dan buat ide Angel jangan dipakai pak.
Kesannya kita terlalu memanfaatkan Sivia.” kata Ify sambil menarik Sivia untuk
duduk kembali.
“Saya juga setuju.” kata Cakka dan langsung diikuti panitia-panitia
lainnya.
~Lollipop~
Sekarang Sivia sedang melangkah sendiri menuju gerbang SMA Permata.
Tiba-tiba entah dari mana cahaya kamera mulai menyapanya. Sivia pun dengan
cepat menutupi wajahnya. Dari sela tangannya Sivia melihat sekitar lima orang
laki-laki dari SMA lain.
“Yahh, jangan ditutupin dong. Kita jauh-jauh kesini kan bukan untuk
gagal motret lo.” seorang laki-laki berjalan mendekat ke arah Sivia. Sivia
sendiri masih berdiri kaku, ia terlalu takut.
“Kalian ada urusan apa kesini?” tanya seorang laki-laki.
“Cihh.. Ternyata ia dekat sama Cakka.” Kelima laki-laki itu pun
segera berlalu. Mereka tidak mau berurusan dengan Cakka.
“Lo takut sama cowok?” tanya Cakka sambil memandang Sivia yang
sedang duduk lemas di atas tanah.
“Gak!”
“Hahaha.. Gak percaya tuh! Tapi gak penting juga buat gue.”
“Mana surat cinta gue.” Sivia segera berdiri dan menyodorkan
tangannya ke arah Cakka.
“Lo mau surat cinta lo balik?” Sivia pun mengangguk bersemangat
mendengar pertanyaan Cakka.
“Tapi sebelum itu gue punya penawaran menarik.”
“Antara lo, gue, Alvin, dan Ify.” Cakka pun tersenyum simpul melihat
kerutan di dahi Sivia.
*****
***Huuaaa saya ngaret banget yaa J***
***Terima kasih udah mau baca dan mari tinggalkan jejak***
_mei_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar