Destiny, You and Me Part 7
~ Isi Hati ~
Kanya sedang sibuk membalut kaki Sivia saat tiba-tiba Gabriel masuk ke
kamar mereka. Sivia dan Kanya pun langsung menatap Gabriel dengan
tatapan tidak mengerti. Sementara Gabriel sendiri langsung menarik kasar
tangan Sivia.
“ Gab..” teriak Sivia kaget. Gabriel
sendiri tidak mempedulikan teriakan Sivia. Dan sekarang Gabriel malah
menyeret kasar Sivia keluar dari kamarnya. Sivia sendiri agak kesulitan
mengikuti langkah Gabriel, hal itu terlihat jelas dari langkah Sivia
yang agak timpang.
“ Apaan sih Gab ?? Sakit tau !!” Tepat beberapa meter dari kamarnya, Sivia mendorong kasar tubuh Gabriel yang menyeretnya.
“
Kamu yang apa-apaan Via, bukan aku !” bentak Gabriel keras. Mungkin
karena bentakkan Gabriel yang cukup keras orang-orang mulai muncul dari
balik pintu kamar masing-masing. Melihat apa yang sedang terjadi.
“
Kamu yang mulai Gab, tiba-tiba saja menyeret aku keluar dari kamar.
Sakit tau !!” Sivia hanya menunduk sambil memandangi perban yang
terbelit sekenanya di kakinya.
“ Kamu kenapa ??” kali ini Sivia mencoba meredam emosinya, dan memandang bingung ke arah Gabriel.
“
Sivia Azizah ! Kenapa kamu gak bilang kalau kamu belum sembuh dari
sakit ?” tanya Gabriel tegas, suaranya yang terdengar jelas itu membuat
orang-orang yang menonton mereka terbelalak kaget. Bukankah Sivia pulang
karena dia sudah sembuh ??
“ Kaa.. Kamu tau ?” tanya Sivia dengan nada gugup.
“
Kenapa kamu sembunyiin ini dari aku Vi ?” Gabriel memegang lembut bahu
Sivia, menatap lembut gadis itu dan sejenak melupakan amarahnya.
“ Apa ibu ? Tante Desi ?” Sivia sama sekali tidak mempedulikan pertanyaan dari Gabriel.
“ Aku yang memberi tau semuanya pada Gabriel.” Chris tiba-tiba saja muncul dari kerumunan orang yang kini mengelilingi mereka.
“ Chris ? Bagaimana ?” Sivia memandang Chris dengan tatapan bingung. Bagaimana mungkin ada yang tau kalau dia belum sembuh ?
“
Apa kamu lupa, saat kamu sakit, bertabrakan dengan laki-laki, muntah
darah, lalu pingsan.” Chris memandang Sivia. Sedang Sivia semakin
terpaku.
“ Kamu ?”
“ Iya, laki-laki itu aku.” jawab Chris.
“ Aku… aku..” Sivia masih berusaha sekuat tenaga menahan laju air matanya.
“ Maaf aku berbohong, maaf, aku hanya…” Sivia diam, air matanya mulai mengalir keluar. Sekarang yang terdengar hanya isakannya.
“
Sivia…” panggil Ify lembut. Sivia masih tetap menangis sambil menutup
wajahnya. Perlahan Ify berjalan mendekat ke arah, memeluk Sivia dengan
hangat.
“ Sivia tenanglah..” kata Ify lembut, semua mata kini memandang kedua sahabat itu.
“
Maaf aku berbohong, aku hanya tidak ingin, tidak ingin membuat kalian
sakit.” Sivia berbicara sambil terus menangis dalam pelukan Ify.
“
Aku hanya tidak ingin mengecewakan sahabatku. Mengecewakan harapan
kalian agar aku sembuh.” Selesai berkata seperti itu Sivia merasakan
tubuhnya ditarik perlahan. Dan kini ia berada dipelukan seseorang.
“
Bodoh !! Kami akan lebih kecewa karena kamu tidak mau membagi kesedihan
dan kesusahanmu pada kami.” tutur Gabriel. Ify hanya terdiam dan
menangis. Bukan karena cemburu, tapi ia tidak sanggup melihat dua
sahabat di depannya begitu terluka. Begitu juga dirinya yang terluka
dengan semua kenyataan tentang Sivia
“ Sini Fy..” Gabriel
mengulurkan tangannya ke arah Ify. Dengan cepat Ify menyambut uluran
tangan itu dan kini ia sudah berada dipelukan Gabriel bersama Sivia.
“
Kalian berdua itu orang yang begitu penting dalam hidupku. Dan Sivia,
aku dan Ify sahabatmu bukan ?? Jadi kamu harus berbagi kesedihanmu
kepada kami. Harus !!” tutur Gabriel tegas. Di dalam pelukan Gabriel,
Sivia dan Ify mengangguk mengerti.
“ Maafkan aku…”
tiba-tiba Gabriel merasakan kemeja yang ia kenakan basah. Perlahan ia
juga merasakan tubuh Sivia merosot ke bawah. Segera Gabriel melepaskan
pelukannya pada Ify dan menahan tubuh Sivia yang semakin merosot.
“ Siviaaaa……”
>
“ Dokter, bagaimana keadaan Sivia ?” tanya Ify saat melihat dokter yang menangani Sivia keluar dari ruang rawat.
“
Kondisinya semakin memburuk, dan dia benar-benar membutuhkan seorang
donor.” Semua yang mendengar itu benar-benar sudah hopeless.
“ Kami boleh masuk dok ??” tanya Ify lagi. Sang dokter hanya membalas dengan anggukan dan kembali ke ruangannya.
Ify, Chris, dan Gabriel yang berada disana segera berjalan masuk ke
kamar rawat Sivia. Rasanya benar-benar sakit ketika melihat orang yang
mereka sayangi terbaring tidak berdaya.
“ Sivia cepat sembuh yaa..” Ify menggenggam lembut tangan Sivia. Perlahan air matanya mulai turun.
“
Tenanglah, Sivia gadis yang kuat kok.” Gabriel mengusap pelan kepala
Ify, mencoba menenangkan sahabat tersayangnya itu walau ia sendiri
sebenarnya juga takut. Ia takut kehilangan Sivia. Benar-benar takut.
“ Benar, Sivia gadis yang kuat. Buktinya dia masih bertahan sampai sekarang.” tambah Chris.
“ Terima kasih..” Ify tersenyum sambil mengusap lembut air matanya.
>
Rasa benar-benar berat untuk membuka mata. Sivia mencoba mengerjap
berkali-kali sambil sesekali meringis menahan sakit. Saat pandangannya
mulai jelas, Sivia mulai memperhatikan sekelilingnya. Yang ia lihat
bukan orang tua atau keluarganya, yang ia lihat adalah Gabriel yang
sedang tertidur di sampingnya ranjangnya, Ify dan Chris yang juga
tertidur di sofa.
Sivia tersenyum lirih,
ia sadar 3 orang ini tidak akan pernah meninggalkannya, bagaimanapun
keadaannya, dan apapun yang terjadi padanya. Sivia mengurai pelan
genggaman tangan Gabriel pada jemarinya. Perlahan ia turun dari ranjang,
membuka tirai, dan berjalan keluar dari ruang rawatnya.
>
Ify mengerjapkan matanya berulang-ulang saat ia merasakan sinar
matahari memasuki kamar rawat Sivia. Perlahan ia memandang sekeliling,
dan matanya membelalak kaget saat tidak melihat Sivia di atas
ranjangnya.
“ Gabriel, Chris bangun !! Sivia gak ada !!”
mendengar suara Ify yang cukup keras Gabriel dan Chris langsung
terbangun dari mimpi mereka.
“ Hahh.. Sivia kemana ??” tanya Chris dan Gabriel.
“ Yee, mana aku tau ?? Orang aku juga baru bangun. Cari yuk !” Ify pun keluar dari kamar rawat diikuti Gabriel dan Chris.
>
“
Siv…” Sivia yang sedang asyik memandangi anak-anak kecil yang sedang
berlarian mengalihkan pandangannya pada orang yang memanggilnya sambil
menyampirkan jaket ke tubuhnya.
“ Masuk yuk ! Kamu kan masih sakit.” ajak Gabriel.
“
Biarkan aku disini Gab. Aku tidak tau sampai kapan aku bisa memandangi
pemandangan seperti ini.” Gabriel langsung meletakkan telunjuknnya tepat
di bibir Sivia.
“ Kamu akan selalu bisa memandangnya.
Karena aku, Chris, dan Ify tidak akan mengijinkanmu pergi. Percaya itu.”
Sivia hanya tersenyum, perlahan ia menyandarkan kepalanya pada bahu
Gabriel.
“ Sivia…”
“ Aku menyukaimu.. Kamu tau itu kan ? Aku sangat menyukaimu.” ucap Gabriel tiba-tiba.
“ Gabriel, maaf kalau aku hanya bisa melukai hatimu. Aku masih belum bisa membalas cintamu. Maafkan aku.”
“ Diamlah. Sebenarnya aku tau jawabanmu.”
“
Tapi walau begitu kamu harus tau kalau aku juga menyukaimu. Hanya
mungkin, takdir belum menginginkan kita untuk bersama.” Sivia mencium
pelan pipi Gabriel, Gabriel tersenyum. Perlahan ia menarik Sivia ke
pelukannya. Sesekali ia mencium puncak kepala gadis itu.
“
Sivia, kamu harus percaya. Kalau ada takdir diantara kamu dan aku. Dan
takdir itulah yang selama ini menyatukan kita, dan nantinya takdir itu
akan membawa kembali kamu kepadaku.” Sivia tersenyum sambil mengeratkan
pelukannya pada Gabriel.
“ Aku ingin percaya itu Gab..”
>
“
Mungkin aku memang tidak bisa masuk lebih jauh, hanya sebagai sahabat.
Sekarang dan selamanya.” lirih Ify, matanya menatap nanar ke arah
Gabriel dan Sivia yang sedang berpelukan.
“ Sama
sepertimu, aku juga tidak bisa masuk lebih jauh diantara mereka.” Pelan
Chris merangkul bahu Ify. Ia merasakan hal yang sama seperti yang gadis
itu rasakan.
“ Untuk mengesahkan patah hatinya kita, makan
di kantin Rumah Sakit yuk.” Ify tersenyum kecil dan mengangguk.
Perlahan ia dan Chris berjalan menuju ke kantin.
“ Dari
awal sebenarnya aku tau konsekuensi mencintai Sivia adalah patah hati.
Karena dari awal aku tau mereka lebih dari sekedar sahabat. Ada cinta
diantara mereka. Ada takdir yang menghubungkan mereka. Walau begitu aku
tetap saja mencintainya, mungkin karena Sivia adalah tipe yang mudah
untuk dicintai.” Chris berkata pelan, Ify hanya tersenyum.
“ Aku juga sama..” balas Ify.
“ Jadian Yuk Fy, mumpung sama-sama patah hati.” kata Chris tiba-tiba, mendengar itu semburat merah menjalar pasti di pipi Ify.
“ Apasih Chris..” Ify memukul pelan lengan Chris. Sedang Chris sendiri hanya tertawa renyah melihat ekspresi Ify.
“ Ciieee, muka kamu merah banget lho Fy.” goda Chris.
“ Kamu sih, goda aja. Orang lagi patah hati juga.” Ify hanya memanyunkan bibirnya.
“ Kan daripada kita sedih-sedihan, ayo jadian !!” goda Chris lagi.
“
Chris berhenti dong !! Aku telen juga nih kamu.” Ify berteriak marah,
walau begitu ia tidak bisa menutupi semburat merah di pipinya. Chris
sendiri semakin tertawa melihat ekpresi Ify.
>
“ Cieee, kalian berdua dari mana ? Pacaran yaa ?” todong Sivia seenaknya pada Chris dan Ify yang baru kembali dari kantin.
“ Yee, mana mungkin pacaran sama orang kayak gini.” Dengan sadisnya Ify menjitak kepala Chris.
“ Aduuhhh…” ringis Chris, Gabriel dan Sivia hanya tertawa melihat tingkah dua orang itu.
“ Tadinya mau aku ajak jadian, eh dianya malah merah. Malu-malu kucing tuh.” Kata Chris seenaknya.
“
Aduuuuhhh…” lagi-lagi Chris mengerang kesakitan karena kali ini Ify
menginjak sadis kakinya. Sivia dan Gabriel yang mendengar kata-kata
Chris barusan malah cengo. Tapi tak lama mereka tertawa bersama.
>
“
Gab, kamu pulang aja sana. Pasti kamu juga capek nungguin aku dari
pagi.” Sivia berbicara lembut pada Gabriel yang sedang mengupas apel
untuknya.
“ Kalau aku pulang siapa yang bakal nungguin
kamu ?? Semua keluargamu kan sedang pergi ke Padang gara-gara saudara
kamu nikah. Dan aku diberi amanat sama ibumu buat jaga kamu.” tutur
Gabriel sambil menyuapkan satu per satu potongan apel ke mulut Sivia.
“ Aku sendirian juga bisa kok. Gak papa.”
“ Aduhhh..” Sivia meringis kecil karena hidungnya dicubit Gabriel.
“
Sendirian gimana ? Tadi aja waktu aku tinggal makan siang sama Chris
dan Ify kamu jatuh dari ranjang.” kata Gabriel sambil mengingatkan
kejadian tadi siang.
“ Huuhh..itukan tadi gara-gara kebelet Gab.” bela Sivia.
“
Lalu nanti malam kalau kamu kebelet lagi, kamu mau gitu pake adegan
jatuh lagi ?” tanya Gabriel sambil menyeringai lebar, Sivia sendiri
hanya menggeleng.
“ Gak lahh. Jatuh itu kan sakit. Banget malah.”
“
Makanya kamu nurut aja. Besok aku gantian kok sama Ify.” Sivia menghela
nafas panjang. Ia lupa kalau sifatnya, sifat Gabriel, sifat Ify sama
semua, keras kepala !
“ Oke, karena aku waras aku mengalah.”
“ Aduuhh..” Sivia menjerit lagi karena Gabriel memencet hidungnya lagi.
“ Udah tidur sana, biar cepet sembuh.”
“
Aku kan gak mungkin sembuh.” Sivia menarik selimut sampai menutupi
lehernya, sementara Gabriel masih terpaku karena mendengar perkataan
Sivia.
“ Jangan bodoh, kamu pasti sembuh.” kata Gabriel tegas, Sivia hanya tersenyum kecil.
“ Semoga…” lirih Sivia.
***********
***Makasih udah mau baca, maaf ngaretnya lama banget***
***Buat yang udah baca diharap meninggalkan jejak buat penulis***
_mei_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar